Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

[Foto-foto] Menanamkan Profesi Petani bagi Generasi Muda

22 Mei 2019   21:57 Diperbarui: 22 Mei 2019   21:58 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Murid SD pun bisa dikenalkan pertanian. Dokpri

Tanpa bermaksud mengabaikan data hasil penelitian para pakar pertanian yang banyak ditulis di jurnal, buletin, atau suratkabar harian maupun yang dipublikasikan oleh pemerintah lewat kementerian yang berwenang kadang saya meragukan bahwa regenerasi petani di negeri kita mengalami kemunduran.

Jika benar memang mengalami kemunduran tentu ada sebabnya bukan sekedar tak mau menjadi petani dengan alasan karena pendapatannya tak sebanding dengan kebutuhan hidup yang harus ditanggung.

Dari pembicaraan yang sering penulis lakukan dengan para petani di sekitar Malang Raya, mulai dari Batu, Kepanjen, Pagelaran, dan yang paling banyak di daerah Malang timur yakni Tumpang, Pakis, Poncokusumo, dan Singosari di mana penulis sering kulakan hasil pertanian menunjukkan bahwa penurunan generasi muda untuk menjadi petani tidaklah begitu mengkawatirkan. 

Petani muda menjual hasil pertaniannya. Dokpri
Petani muda menjual hasil pertaniannya. Dokpri
Petani muda panen tebu. Dokpri
Petani muda panen tebu. Dokpri
Petani muda Ngadas sedang istirahat. Dokpri
Petani muda Ngadas sedang istirahat. Dokpri
Bahwa ada pemuda yang tak mau disebut sebagai petani bukan karena dia tidak mau menjadi petani tetapi lebih disebabkan mereka tidak mempunyai lahan garapan sendiri artinya hanya sebagai buruh tani. Sedang bagi pemuda yang memiliki lahan pertanian tetap saja tidak sepenuhnya bekutat di sawah atau ladang tetapi juga bekerja di sektor lain.

Alasannya pertanian bukanlah sebuah usaha padat karya yang membutuhkan tenaga sepenuhnya. Sebagai contoh, penulis sendiri hanya kadang kala mengajak putri ke ladang dan kebun saat panen. Sedang pada saat pengolahan kami lebih sering menggunakan tenaga para buruh tani yang justru amat membutuhkan pekerjaan.

Petani muda di ladang apel. Dokpri
Petani muda di ladang apel. Dokpri
Petani muda di sawah saat panen. Dokpri
Petani muda di sawah saat panen. Dokpri
Petani muda panen sayur. Dokpri
Petani muda panen sayur. Dokpri
Keluarga petani mengolah lahan kering. Dokpri
Keluarga petani mengolah lahan kering. Dokpri
Hal inilah yang banyak dilakukan oleh para petani tradisional seperti penulis. Apakah nanti para putra-putri kami akan menjadi petani? Penulis seperti hal petani tradisional berani menjawab ya. Seperti burung bangau yang terbang jauh namun akan kembali ke kandang menemui keluarganya dan kehidupannya tercinta. Tentu saja ini hanya berlaku bagi mereka yang mempunyai lahan.

Bagaimana mereka yang tidak mempunyai lahan? Tak dapat dipungkiri, banyak petani yang bekerja sebagai buruh saja atau petani pengolah dengan hasil pas-pasan. Maka hidup sebagai petani yang tidak menjanjikan tentu akan ditinggalkan.

Keluarga petani tradisional di Ranu Pani. Dokpri
Keluarga petani tradisional di Ranu Pani. Dokpri
Keluarga petani tradisional di Banjarsari Pakis, Malang. Dokpri
Keluarga petani tradisional di Banjarsari Pakis, Malang. Dokpri
Putri kami hanya datang saat tertentu saja. Dokpri
Putri kami hanya datang saat tertentu saja. Dokpri
Santai di tepi hutan. Dokpri
Santai di tepi hutan. Dokpri
Bagaimana menanamkan profesi petani pada generasi milenial?

Pengalaman penulis sebagai seorang guru, ternyata di antara puluhan siswa yang bercita-cita menjadi dokter, arsitek dan konstruktor, lawyer, guru, dan pilot, ternyata ada juga yang tertarik menjadi petani. Bahwa satu dua ada yang meleset namun harus diakui ada juga yang berhasil menjadi petani. Bukankah menjadi petani bukan hanya harus bekerja di sawah dan di ladang?

Sekedar menanyakan cita-cita tak ada artinya jika tidak ada pengenalan bagaimana hidup sebagai petani di negeri agraris yang subur ini. Mengajak terjun langsung di lahan pertanian adalah hal luar biasa. Bisa saja dengan para petani atau pun bekerjasama dengan instansi terkait termasuk pihak swasta yang mengelola pertanian.

Siswa kami ajak panen wortel, Dokpri
Siswa kami ajak panen wortel, Dokpri
Dukungan orangtua sangat diperlukan. Dokpri
Dukungan orangtua sangat diperlukan. Dokpri
Pengurus dan Siswa SMA Pangudi Luhur Van Lith saat kami ajak ke kebun. Dokpri
Pengurus dan Siswa SMA Pangudi Luhur Van Lith saat kami ajak ke kebun. Dokpri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun