Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Serunya 4 Kompasianer Jelajah Wilayah Tengger

31 Maret 2019   23:37 Diperbarui: 1 April 2019   00:00 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3 K'er dan teman di depan gerbang TN BTS Malang

Jam 12.30 kami putuskan ke pelataran Gunung Bromo. Sekali lagi gerimis dan kabut tebal menghalangi rencana kami yang harus segera menuju Penanjakan lewat jalur Dingklik dengan kontur jalan berkelok tajam dengan kemiringan 45 derajat.

Rasa kuatir cukup menghinggapi Mbak Tamita dan Mbak Aridha Prasetya. Apalagi jarak pandang hanya sekitar 3 -- 4 m saja. Hal yang menarik hanyalah saat kami bertemu dengan serombongan monyet jenis makaka yang sedang melintas jalan untuk migrasi.

Rupanya para monyet ini sedang mencari makan. Kami pun melemparkan kacang dan sedikit kue pada kera-kera yang tampak tak kedinginan walau cuaca cukup ekstrem.

Penanjakan yang merupakan puncak tertinggi di wilayah kaldera dengan 2770 mdpl yang biasanya menjadi tempat terbaik untuk melihat bentangan Bromo, Widodaren dengan segara wedi, Watangan, Kursi, Ayek-ayek dan Semeru kini hanya kabut tipis yang membentang. Hanya 20 menit kami di sini dan segera meluncur kembali ke Pelataran Bromo.

Cemoro Anget bawah Bantengan, Gunung Ider-ider. Dokpri
Cemoro Anget bawah Bantengan, Gunung Ider-ider. Dokpri
Wilayah Adasan. Dokpri
Wilayah Adasan. Dokpri
4 K'er plus Lilik Sinden. Dokpri
4 K'er plus Lilik Sinden. Dokpri
Kamis, 28 Maret 2019

Karena perjalanan yang cukup melelahkan pada hari rabu, rencana keliling wilayah Bromo dari 4 titik yang semula jam 6 pagi menjadi molor jam 8.15 pagi. Dengan kendaraan dan pengemudi serta jalur yang sama kami meluncur dengan kecepatan biasa menuju kaldera.

Jam 9 kami sudah di Watu Gedhe, sebuah punden yang juga merupakan tapal batas alami Malang dan Probolinggo. Setelah menikmati keindahan alam kami meluncur sekitar 400m ke selatan tepat di bawah bukit atau Gunung Ider-ider. Sensasi luar biasa dinikmati Mas Rahab dan Mbak Tamita dengan naik di atas kap hardtop.

Di sini kami hanya sekitar 20 menit selanjutnya meluncur wilayah Adasan di mana banyak tumbuhan adas pulosari atau adas pulowaras, wilayah tepat 75m di bawah Gunung Kursi yang banyak dikenal kaum milenial dengan sebutan bukit teletubis. Jeprat-jepret sekitar 15 menit kami meluncur ke wilayah pasir berbisik dan Watu Kutho. Mbak Tamita dan Mas Rahab masih senang menikmati perjalanan ini dari atas kap.

Mendung menggelayut dengan dengan suhu yang sedikit panas menciptakan pemandangan cukup spektakuler bagi yang tidak pernah mengalami, yakni munculnya uap dari permukaan pasir berbisik. Uap yang membentuk kabut tipis ini tampak menari-nari tertiup angin dari sisi selatan kaldera. Padahal biasanya dari sisi utara kaldera Bromo.

Apa boleh buat, gerimis makin deras maka pilihan yang tepat menuju Bantengan yang ada di puncak Ider-ider. Di sinilah sensasional kami rasakan dengan melihat sendiri ketika lautan pasir atau segara wedi dilanda banjir.

Memang tidak semua wilayah hanya di parit-parit alami yang memotong jalur perjalanan, tetapi derasnya air dengan kedalaman sekitar 20 -- 50 cm apalagi pasir lembut menjadi bubur hitam yang siap menjebak roda kendaraan sekelas offroad sekali pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun