Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

[Foto] Beri Kesempatan Pada Seniman Muda Tradisional Menampilkan Bakatnya

26 November 2018   20:59 Diperbarui: 28 November 2018   02:02 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai pecinta dan pemerhati budaya dan seni tradisional, kadang penulis merasa prihatin akan seni budaya yang semakin hari semakin tergerus jaman. Sepertinya tinggal menunggu waktu saja seni budaya tradisional sedikit demi sedikit akan tinggal kenangan.

Pemerhati dan pecinta boleh dikatakan masih ada. Kesempatan untuk mengenal, mempelajari, dan mengembangkan lewat lembaga resmi (pendidikan) memang masih ada.

Diskusi atau symposium sering diadakan. Buku-buku dan artikel-artikel yang ditulis oleh pemerhati dan seniman sendiri juga masih cukup banyak.

Namun, apakah masih menarik bagi masyarakat? Harus diakui buku-buku yang dijual di toko buku jarang laku, sehingga ketika ada pertunjukan atau seminar tentang seni budaya para penulis harus mempromosikan sendiri bukunya yang diterbitkan sendiri secara mandiri. Demikian juga tulisan-tulisan di media cetak dan daring tentang seni budaya tradisional boleh dikatakan sepi pembaca.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Hal yang patut disyukuri, sekalipun kurang mendapat perhatian oleh masyarakat luas selain oleh para kerabat pecinta dan penerus seni budaya tradisional adalah para seniman masih mau menunjukkan kecintaan, kemampuan, dan bakatnya dirinya sebagai seorang seniman.

Tanpa mempedulikan apa yang akan diterima secara materiil dan finansial. Terpenting bagi mereka bisa mengekspresikan apa yang ada di dalam dirinya sebagai seniman.

Tarik Jago
Tarik Jago
Saweran. Dokpri
Saweran. Dokpri
Ambil saweran dengan kaki. Dokpri
Ambil saweran dengan kaki. Dokpri
Dua minggu yang lalu, ketika kerabat kami sebagai pecinta dan pelestari kesenian tradisional yang mengadakan pesta perkawinan memberi kesempatan kepada para seniman untuk menampilkan delapan tarian tradisional. 

Ini bukanlah sebuah pesta besar tetapi pesta kampung yang ingin menampilkan keceriaan dan suasana 'masa lalu' yang sudah jarang lagi ditemui.

Sekalipun di desa. Seperti diketahui bahwa pesta perkawinan masa kini lebih sering menampilkan hiburan orgen tunggal.  Entah campursari dengan pakaian tradisional, dangdut koplo, atau lagu-lagu jadul yang membuai para orangtua.

Dokpri
Dokpri
Jaran Guyang. Dokpri
Jaran Guyang. Dokpri
Pucuk dicinta ulam tiba. Ternyata kerinduan akan seni dan budaya tradisional mendapat sambutan dari warga desa  dan semua orang yang tertarik untuk menontonnya.

Tentu ini sungguh membahagiakan bagi kami serta para seniman muda dan pelatihnya yang telah mendidik mereka. Seniman-seniman muda ini adalah siswa-siswi SMPK Sang Timur Banyuwang yang berasal dari Desa Curahjati (Grajagan).

Dokpri.
Dokpri.
Bruaaak. Dilempar ke meja. Totalitas penampilan seniman muda. Dokpri
Bruaaak. Dilempar ke meja. Totalitas penampilan seniman muda. Dokpri
Delapan tarian seperti Gandrung Banyuwangi, Jaranan Buto, Barongan, Merak, dan Jaran Guyang dengan iringan gamelan atau karawitan secara langsung serta suara merdu para pesinden dan penyanyi muda yang bersuara merdu dengan pakaian tradisional sungguh amat menawan. 

Dorongan dan motivasi dari para guru dan pelatih yang ikut hadir dan menonton menjadi penyemangat para seniman seniwati muda tampil habis-habisan. Tepuk tangan para penonton di luar para orangtua dan undangan semakin menambah keberanian mereka unjuk diri. 

Bukan hanya dengan gerak yang gemulai dan senyuman yang manis seorang pemuda yang menampilkan diri sebagai seorang wanita tetapi juga bagaimana salah seorang penari muda yang masih berumur 14 tahun bisa berdialog dengan penonton secara humoris sehingga membuat decak kagum dan tepuk tangan para penonton.

Gandrung Banyuwangi. Dokpri
Gandrung Banyuwangi. Dokpri
Dokpri
Dokpri
Ditambah lagi dengan ketrampilan mengambil uang saweran dengan kaki yang diberikan oleh penonton. Uang saweran ini bukan untuk penari yang menerima saja tetapi dikumpulkan untuk keperluan  atau beaya pengembangan kesenian.

Keberanian dan totalitas inilah yang menyebabkan penulis menyebut mereka para pecinta dan pelestari seni budaya tradisional ini sebagai seniman seniwati muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun