Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sisi Lain "The Power of Emak-emak"

26 September 2018   21:25 Diperbarui: 26 September 2018   21:27 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah siapa yang pertama kali menyebut bagi ibu-ibu ( padahal sebenarnya tidak selalu ibu-ibu mungkin juga para gadis ) pengendara atau pengemudi sepeda motor yang sering tidak sesuai aturan. Mulai dari menyalakan sein kiri tapi berbelok ke kanan atau sebaliknya dengan sein kanan tapi belok kiri. Bahkan ada juga yang berani nekat dengan sepeda motor melewati jalur kendaraan roda empat atau lebih atau sengaja menerobos lampu merah.

Gambaran seperti ini mudah dicari di facebook dan youtube. Penulis sendiri pernah memposting di facebook hasil jepretan sendiri bagaimana seorang ibu membonceng tiga putrinya yang masih kecil dengan sepeda motor metik melalui jalur yang berlawanan arah. Tentu saja hal ini membuat penulis ingin sekali mengingatkan si ibu bahwa itu sangat berbahaya bagi semuanya. Namun, belum sempat dilakukan istri saya merayu....'halaaaah biarkan saja...maklum ibu-ibu!' Hlaaaa....

Kejadian seperti ini, dialami penulis bukan hanya satu kali ketika dalam perjalanan cukup jauh seperti ke Jogja atau Banyuwangi. Ternyata pelakunya bukan hanya ibu-ibu atau wanita saja. Bahkan paling sering justru kaum pria. Mulai dari pedagang sayur, pedagang krupuk, pengemudi motor daring, pencari rumput, bahkan karyawan yang berangkat kerja.

Kasih ibu sepanjang jalan./dokpri
Kasih ibu sepanjang jalan./dokpri
Sebuah pertanyaan muncul, mengapa jika wanita melakukan hal demikian yang membahayakan pengguna jalan menjadi sorotan publik utamanya netizen? Bahkan, boleh dikatakan menjadi bahan olokan? Apakah sang pengunggah adalah kaum pria yang merasa dominasinya atas dunia yang keras dan penuh tantangan takut tergeser perubahan jaman di mana wanita tak harus di belakang pria. Ataukah sang pengunggah adalah kaum wanita yang tak mau bahwa wanita bergerak melebihi kaum pria. Boleh jadi memang ke duanya.

Memang harus diakui, beberapa ibu-ibu atau wanita dalam berkendara kadang kurang control. Bukan hanya dengan sepeda motor saja tetapi juga dalam mengemudikan mobil. Termasuk istri penulis ketika menyalip dari sisi kiri yang membuat penulis menahan nafas!

Tetapi sebenarnya, kalau kita mau melihat dari sisi lain ternyata ada hal yang tak terduga mengapa si ibu atau wanita tadi tidak mematikan atau mengubah arah lampu sein.

Suatu pagi di Jl. Pemuda Surabaya dari arah Gubeng yang padat seorang ibu dengan sepeda motornya yang penuh bekal dengan tanda sein kiri justru belok kanan masuk ke Delta. Karuan saja beberapa pengendara ngedumel. Si ibu muda ini dengan cuek bebek langsung berhenti di lorong barat Delta dan menurunkan dagangannya disambut dengan suaminya yang sudah siap dengan lapak Tahu Campur Lamongan.

Dulu seperti ini bisa dicaci./dokpri
Dulu seperti ini bisa dicaci./dokpri
Suatu sore di Jl. Dieng Malang seorang ibu dengan sepeda motornya tampak membonceng anaknya. Sein ke arah kiri tetapi terus berada di jalur kanan, penulis pun yang akan berbelok ke kanan tidak berani mendahului. Dan, ketika berhenti di lampu merah, barulah diketahui ternyata tangan kiri si ibu sedang menyangga kepala salah satu putranya yang masih balita sedang tertidur di boncengan depan. Perjuangan seorang ibu.

Kejadian di atas hanyalah contoh kecil. Kalau pembaca pernah berkendara di daerah urban seperti sepanjang Jl. Darmo hingga Wonocolo Surabaya bahkan Sidoarjo, atau sepanjang Jl. Ahmadyani hingga Singosari Malang, atau daerah industri di Tangerang tentu pemandangan ini mudah ditemui. Bukan tanpa alasan tepat sekalipun amat berbahaya, para ibu melakukan hal ini.

"Suami masih belum pulang Mas, dan ini tadi saya baru saja jemput anak-anak dari rumah neneknya yang mengasuh...."

Yang lain mengatakan,"Daripada anak-anak ditinggal di rumah tak ada yang jaga, lebih baik diajak jemput suami yang mau pulang..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun