Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Melihat Pembuatan Kerajinan Kipas Bambu di Bantul

24 April 2018   17:20 Diperbarui: 25 April 2018   01:52 3717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kipas yang sudah jadi dalam proses pengeringan alami. (Dok. Pribadi)

Kalau anda berwisata ke Jogja, Bali, Borobudur, Prambanan atau  tempat wisata lainnya, tentu pernah melihat atau ditawari penjual cindera mata berupa kipas bambu dan kain batik. Barangkali anda juga pernah mendapat cinderamata kipas ini saat pesta perkawinan atau reuni.

Kipas yang sederhana, unik, indah,  namun sangat bermanfaat saat kita kegerahan di tempat terbuka dengan sedikit semilir angin. Seperti di tempat wisata yang disebut di atas. Harganya pun relatif murah sekali, antara 7 -- 10 ribu, tergantung kepandaian menawar. Asal jangan menawar terlalu murah, karena belum tentu sehari pedagang bisa menjual lebih dari 10 buah.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Setelah dibelah lalu dikeringkan sebelum dibuat kerangka. (Dok. Pribadi)
Setelah dibelah lalu dikeringkan sebelum dibuat kerangka. (Dok. Pribadi)
Jumat, 20 April 2018 saat ke Jogja, kami menyempatkan diri mengunjungi salah satu pengrajin kipas bambu ini di komplek Goa Selarong, tempat bersejarah di mana Pangeran Diponegoro bersembunyi dan mengatur strategi melawan Belanda.

Kipas bambu atau boleh juga disebut kipas kain, bahan dasarnya memang terbuat dari bambu dan kain. Bambu yang digunakan sebagai kerangka, adalah jenis bambu wulung atau bambu hitam. Bambu ini mempunyai sifat lembut dan halus serta tak mudah patah sekalipun sudah kering.

Bambu ini didatangkan dari daerah Purworejo, Jawa Tengah. Sebab di daerah sekitar Jogja lebih banyak jenis bambu jawa dan petung.

Kain yang dipakai biasanya batik dengan aneka motif, namun ada juga yang kain biasa. Kain yang dipakai ada yang perca ( sisa pengguntingan ) dengan ukuran minimal 20 x 20cm, tetapi ada juga terbuat dari kain lembaran sesuai dengan permintaan dengan jumlah banyak tetapi satu motif.

Misalnya untuk cindera mata pesta perkawinan, reuni, atau konsumen hotel. Sedang yang terbuat dari perca biasanya untuk dijual bebas di tempat wisata.   

Diikat jadi satu sebelum dipotong. (Dok. Pribadi)
Diikat jadi satu sebelum dipotong. (Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Proses pembuatan.

Bambu dipotong setiap ruas dengan panjang  antara 25 -- 50 cm, lalu dibelah menjadi 5 -- 7 buah dengan lebar 1,5 -- 2  cm. Potongan ini, dibelah lagi menjadi 3 bagian dengan ketebalah 1,5 -- 2  mm. Setebal membuat gedheg seperti yang penulis kisahkan sebelumnya.  Setiap 16 potongan ini, kemudian diikat menjadi satu.

Selanjutnya, satu  ikatan ini dipotong  lagi menjadi dua kerangka. Setiap kerangka lalu  dibor untuk menaruh gantungan kipas dan diukir sederhana menggunakan  pisau besar di bagian pangkal kipas. Kerangka yang sudah jadi, lalu  dijemur. Proses pembuatan kerangka kipas ini dilakukan oleh karyawan  pria.

Dilobangi untuk gantungan kipas. (Dok. Pribadi)
Dilobangi untuk gantungan kipas. (Dok. Pribadi)
Kerangka yang sudah jadi.(Dok. Pribadi)
Kerangka yang sudah jadi.(Dok. Pribadi)
Ketika sudah cukup kering, selanjutnya dipasanglah kain dan gantungan. Lalu dijemur lagi agar perekatan kain dan kerangka kipas betul-betul terjamin. Sebelum, kain dipasang biasanya dicetak dulu sebuah nama sesuai permintaan. Misalnya: Hotel Melati, P.T Anggun Cantik, Reuni SMA Nusa Kambangan, atau nama dua mempelai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun