Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pengalaman Gratis Melewati Jalan Tol Baru Kertosono-Solo

23 April 2018   20:38 Diperbarui: 24 April 2018   19:25 4051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi mereka yang sering bepergian antarkota (dan antarprovinsi) dengan mengendarai mobil, melewati jalan tol adalah hal yang biasa saja. Demikian juga penulis ketika harus pergi ke Surabaya. Tujuannya agar lebih cepat dan bebas hambatan.

Kamis, 19 April 2018 kemarin, ketika kami menuju Jogja, menjelang hutan Saradan tak sengaja menemukan petunjuk ke arah jalan tol baru. Kami baru sadar, bahwa ada jalan Tol Kertosono-Solo yang baru saja diresmikan pemerintah. Melalui Gerbang Tol Wilangan (Nganjuk) kami memasuki jalan tol yang masih baru dan kinyis-kinyis ini. Cukup mengagetkan, ketika sudah berada di depan gerbang ternyata mobil yang masuk hanya 3 buah. 

Sebuah minibus keluarga, praoto, dan mobil kami. Demikian juga gerbang keluar yang ada di samping kanan, hanya ada sebuah bis pariwisata yang keluar. Setelah menempelkan kartu e-Tol kami pun melaju dengan santai sekitar 50 Km per jam untuk sekedar melepas ketegangan akibat 4 jam perjalanan dari Malang. Baru 5 menit berjalan, sebuah rambu mengingatkan kami untuk memacu paling rendah 60 Km perjam dan paling tinggi 100 Km per jam.

Hanya seorang petugas ( polisi ? ) yang menjaga penutupan ke arah Solo, di tengah teriknya jalan tol
Hanya seorang petugas ( polisi ? ) yang menjaga penutupan ke arah Solo, di tengah teriknya jalan tol
Dari spion, penulis tidak melihat ada sebuah kendaraan pun yang ada. Saya pun mulai memacu lebih cepat dan cepat sekitar 80 Km per jam. Sekitar 8 menit melaju, praoto, dan minibus mulai kami salip, dan di depan pun tak ada kendaraan yang lewat. Saat inilah, penulis mulai terpancing untuk memacu lebih cepat lagi, 100 Km per jam. Hanya melaju sekitar 10 Km, kecepatan penulis turunkan mengingat silaunya pantulan sinar matahari di jalan yang berupa cor beton. Ditambah lagi embusan angin dari arah samping yang cukup kuat juga, sekalipun tak secepat hembusan angin di Jembatan Suramadu.

Cukup silau. Dokpri
Cukup silau. Dokpri
Sepi. Dokpri
Sepi. Dokpri
Jalan Tol Kertosono-Solo, memang tak beda jauh dengan jalan tol lainnya. Namun karena jalan tol ini, masih baru dan sekali pun sudah diresmikan, ternyata masih belum sepenuhnya aman bagi pengendara. Minimnya rambu petunjuk, belum adanya lampu penerangan jalan yang amat diperlukan pada saat gelap (mendung, hujan, dan malam), di beberapa titik batas pengaman bahu jalan belum ada, dan belum adanya spotlight di batas pagar pengaman dan jalur. Demikian juga, rest area yang masih dalam proses pembangunan, tentu jalan tol ini sebenarnya belum layak digunakan sepenuhnya.

Ketika memasuki Ngawi, ternyata jalan tol ke arah Solo sudah ditutup (lagi). Tentu ini merupakan keputusan yang tepat, sekalipun tol Ngawi-Solo juga sudah diresmikan.

Belum ada pagar batas pengaman. Dokpri
Belum ada pagar batas pengaman. Dokpri
Rest Area masih dikerjakan.
Rest Area masih dikerjakan.
Minggu, 22 April 2018, kami kembali melewati Tol Ngawi-Wilangan (Nganjuk). Keadaannya sama seperti dari arah Wilangan-Ngawi. Sepinya kendaraan yang lewat, sekali lagi kami memacu kendaraan lebih cepat lagi. Kali ini mencapai 120 Km per jam. Kondisi kendaraan yang telah kami persiapkan sebelumnya, membuat penulis berani memacu dengan cepat. Penulis memacu bukanlah, untuk meniru para pembalap F1, tetapi sekadar mencoba kenyamanan jalan tol ini. Karena yang kami pakai adalah jenis sedan, yang secara teknis cukup aerodinamis maka cukup nyaman. Namun, ternyata hembusan angin dari samping ternyata cukup mengganggu.

Bukan pembalap F1. Dokpri
Bukan pembalap F1. Dokpri
Di sinilah, pihak PT Jasa Marga selaku pengelola bisa mempertimbangkan penanaman pohon di pinggir bahu jalan tol untuk memecah embusan angin. Seperti halnya penanaman pohon dilakukan di jalan Tol Malang-Surabaya.

Berdasarkan pengalaman penulis tersebut, untuk sementara pemakaian jalan tol Kertosono-Solo sebaiknya, hanya untuk kendaraan besar yang bukan kendaraan penumpang umum dan kendaraan pribadi. Jadi hanya khusus untuk tanki, trailer, box, dan truk supaya tidak menimbulkan kemacetan di jalan umum nontol. Adanya petugas patroli yang keliling untuk menjaga segala kemungkinan yang ada.

Dokpri
Dokpri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun