Mohon tunggu...
Ardy Milik
Ardy Milik Mohon Tunggu... Relawan - akrabi ruang dan waktu

KampungNTT (Komunitas Penulis Kompasiana Kupang-NTT)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kami Bukan Barang Dagangan

31 Agustus 2019   09:19 Diperbarui: 1 September 2019   17:08 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosialisasi Anti Perdagangan Orang di Basmuti. Credit Foto: Amel Sesfaot

Okto mengajak masyarakat Basmuti melihat potensi potensi di bidang agrikultur dan holtikultura. Sebagai sumber ekonomi keluarga yang bila diatur sejak masa tanam sampai panen dengan baik dapat menjamin kehidupan di tanah sendiri.

Dari pada harus ke luar daerah atau negeri mengerjakan kebun kelapa sawit miliknya para cukong atau menjadi asisten rumah tangga majikan yang sering berlaku laiknya binatang. Main pukul. Lempar. Sesudahnya tidak dirawat. Tak digaji. Bahkan dibiarkan meninggal (Baca: Adelina Sau).

Sesi berikutnya, kami memaparkan tentang sebab-akibat Tindak Pidana Perdagangan Orang; bagaimana mengatasinya dan cara bermigrasi aman bila hendak menempuh hidup di luar daerah atau luar negeri. Hadirin menyimak serius. 

Ayah dari salah seorang korban Perdagangan Orang, Yunus Kebkole (46) menanyakan bagaimana cara melapor dugaan perdagangan orang atau menindak pelaku perdagangan orang.

Pertanyaan ini bertolak dari pengalaman pribadinya sekaligus pengalaman dalam amatan di kondisi sekitar.  Anaknya, Embri Sebsandri Kebkole, -meninggal di Medan, pada malam tahun baru 2019 karena kecelakaan kendaraan bermotor. Jenazahnya tidak dapat dipulangkan dengan alasan tidak dapat diformalin. . 

Semula keluarga Embri menuntut keras agar anaknya dapat dipulangkan, tapi perekrut yang adalah Om kandungnya tidak mampu memenuhinya. Anehnya, keluarga malah didatangi Kapolsek dan Danramil Kecamatan Kuanfatu untuk bermediasi agar anaknya yang bekerja di salah satu toko emas di Medan dapat dikuburkan di sana.

Korban lainnya dari Desa Basmuti, Yosep Tefa-Meninggal di Malaysia saat bekerja di kebun kelapa sawit karena gigitan buaya-Jazadnya tidak dapat dikenali, maka keluarga diminta untuk melakukan test DNA, untuk mengindentifikasi identitasnya.

Pada akhir bulan Juni 2019 sekitar 10 orang anak dari Desa Basmuti dibawa keluar dari desa untuk dipekerjakan di perkebunan Kelapa Sawit di Papua. Salah seorang warga Desa Basmuti SN (36) lewat sambungan telepon mengabarkan adanya perekrutan terhadap pemuda pemudi di Basmuti oleh orang yang tidak dikenal. Para pemuda dibawa dalam sebuah mobil van Putih. Hingga kini, pemuda pemudi tersebut belum dipulangkan.

"Kemarin ada mobil putih satu datang cari anak anak. Mereka bawa 10 anak ke Papua untuk bekerja di sana. Orang tuanya tidak tahu apakah mereka dijinkan atau tidak. Yang ambil ini orang Belu. Dia ada keluarga di sini. Kami tidak kenal dia" tutur SN Selasa (31/06/2019.

Berdasarkan penelitian IRGSC tentang "Dokumen Administrasi dan Migrasi di NTT" tahun 2017, yang salah satu locusnya di Desa Basmuti, mengungkapkan bahwa alasan warga memilih bermigrasi ke luar daerah atau luar negeri adalah:  77.8% untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi; 5% untuk memperoleh pekerjaan yang lebih mudah; 1.7% pekerjaan bertani tidak menjanjikan karena gagal panen; dan 1,7% mengatakan harga barang produksi pertanian rendah tidak sebanding dengan waktu bertani.

Sosialisasi Anti Perdagangan Orang di Basmuti. Credit Foto: Amel Sesfaot
Sosialisasi Anti Perdagangan Orang di Basmuti. Credit Foto: Amel Sesfaot
Penggalan tentang Kuanfatu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun