Mohon tunggu...
Ardy Milik
Ardy Milik Mohon Tunggu... Relawan - akrabi ruang dan waktu

KampungNTT (Komunitas Penulis Kompasiana Kupang-NTT)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memutuskan Putusan, Memilih Pilihan (Pembacaan atas Karya Albert Camus "Sang Pemberontak")

20 Januari 2019   13:15 Diperbarui: 20 Januari 2019   14:47 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: theguardian.com

 Selama masa penahanan, Camus mengelontarkan pandangan kebebasannya dalam diri Mersaulut yang tetap saja merasa bebas meski berada dalam tahanan: rupanya Camus ingin menekankan paham kebebasannya yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Penggunaan diksi yang membentuk frase menarik melahirkan keingintahuan untuk terus mengikuti alur ceritanya. Disini dapat ditemukan bagaimana pemahaman kebebasan eksistensial Camus menggema dalam pembahasaannya yang metaforis dan puitis;

Ketika pertama kali aku ditahan, hal terburuk adalah aku terus berpikir seperti orang bebas. Misalnya aku tiba-tiba ingin ke pantai dan bebas berjalan turun ke laut. Ketika kubayangkan suara ombak-ombak kecil di bawah alas kaki, rasa air di tubuhku dan kebebasan yang diberikannya,...

Dalam diri Mersaulut yang dialami bukan saja kebebasan yang semarak berkobar namun juga kebosanan yang sangat hingga membutuhkan wadah untuk melepaskan keterasingannya saat berada dalam penjara. Camus menenggelamkan Mersaulut dalam situasi kebosanan akibat dari rutinitas yang membelenggu. Akhirnya, Camus memberi solusi mengatasi kebosanan dalam diri Mersaulut dengan berusaha membunuh waktu dan menempiaskan keterasingannya. 

Pengalaman Mersaulut selama di penjara menumbuhkan pemahamannya bahwasanya melalui keterasingan kesadaran diri dapat menemukan identitasnya. Keterasingan ini dapat dieliminasi jika diri mendapati dirinya dalam keterasingan diri. Dalam bahasa Hegel "Fur-sich-sein" (ada-bagi-diri-sendiri, menyadari diri) hanya dapat tercapai sebagai hasil pengasingan diri ke dalam "An-sich-sein" (ada-pada-dirinya-sendiri, secara objektif, tanpa menyadari diri sebagai itu) yang disadarinya sebagai An-sich-nya Fur-sich-sein itu. Identitas diri menyeluruh atau "das absolute Wissen" (pengertian mutlak) dapat tercapai dalam "An-und-fur-sich-sein" (ada-pada-dan-bagi-dirinya-sendiri), sebagai "Bei-sich-sein-im-beim-endern-sein" (memiliki-diri-sendiri-dalam-berada-pada-yang-lain).

Setelah lima bulan lamanya berada di penjara Mersaulut sudah mampu untuk mengatasi keterasingannya. Setelah waktu itu pula ia mulai disidangkan untuk pertama kalinya. Setiap orang yang pernah berhubungan dengannya diminta untuk menjadi saksi dalam kasusnya. Selama proses persidangan, Camus berusaha mengkonfrontasikan fragmen-fragmen pengalaman hidup Mersaulut melalui pernyataan jaksa penuntut umum yang memberatkan hukuman baginya.

Mersaulut dituduh tidak menaruh peduli atas kematian ibunya; mengangapnya sebagai bukan peristiwa luar biasa hingga setelah pemakaman ibunya ia segera berkencan dengan Marie. Mersaulut juga dituduh berkonspirasi dengan Raymond untuk mencelakakan gadis yang mengecewakan temannya itu. Akibat dari ketidakpeduliannya itu, Mersaulut membunuh orang Arab tersebut. Rentetan dari ketidakpedulian ini menjadi asumsi dasar untuk memvonis Mersaulut dengan hukuman mati sebab pada dasarnya Mersaulut tidak punya hati atas pengalaman emosionalnya; yang menurut para hakim dan jaksa ia seharusnya mempunyai perhatian lebih atas kematiannya ibunya.

Melalui pertentangan dalam diri Mersaulut dan vonis yang diterimanya, Camus hendak menegaskan pemahamannya atas kebebasan eksistensial pribadi seseorang yang dalam aktualisasinya tidak dapat diterima secara rasional oleh orang-orang disekitarnya. Camus membawah pemisahan bagaimana pemahaman atas kebebasan yang dikemukakan dalam diri Mersaulut sekalipun mendapat penolakan namun tetap bergaung dalam kepribadiannya.

Setelah Mersaulut divonis untuk menjalani hukuman mati, ia selalu berupaya untuk menerima hukuman ini sebagai sebuah tantangan atas kebebasan dirinya. Camus menggambarkan pencarian Mersaulut untuk menemukan sebab rasional atas alasan yang dituduhkan padanya sehingga membuatnya menerima hukuman mati. Kebebasan yang dikekang menjadikan Mersaulut memepertanyakan rasionalisasi atas alasan yang memaksanya untuk menerima hukuman mati.

Akhirnya, Camus mengarak Mersaulut pada suatu penerimaan atas keputusan hukuman mati yang dijatuhkan pada dirinya. Mersaulut pun mengamini keputusan ibunya yang secara bebas siap menjalan kehidupannya menjelang kematiannya. Dengan kesiapan hati yang penuh dan kebebasan yang mutlak Mersaulut diarak menuju tiang gantungan. Camus menekankan bahwasanya hukuman mati yang dialami Mersaulut tidak sama sekali mengoyahkan kebebasannya. Bahkan dengan bahagia, Mersaulut siap menerima hukuman mati itu. Dunia yang mengabaikannnya pun diterimanya sebagai suatu penyempurnaan atas kebebasan yang dijalaninya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun