Mohon tunggu...
Ardy Firmansyah
Ardy Firmansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mencari candu yang baru | Surat-surat Nihilisme

Lagi belajar nulis di Kompasiana~

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pandemi Covid-19, Penemuan Sabun, dan Perilaku "Hygiene" yang Menyelamatkan Umat Manusia

21 Maret 2020   11:52 Diperbarui: 21 Maret 2020   12:23 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber dari Tufts Now

"Jangan lupa rajin-rajin Cuci Tangan!"

Sebenarnya, gerakan cuci tangan yang bersih sudah dilakukan sejak dini. Saya pertama kali diajarkan saat TK yakni mempraktikan cara mencuci tangan yang benar menggunakan sabun. Praktik tersebut dilakukan dengan didampingi oleh guru-guru TK, untuk memberi pengarahan serta pemahaman yang baik bagaimana mencuci tangan sampai bersih dengan sabun.

Gegara corona (Covid-19), hal kecil yang masih dianggap sepele oleh banyak orang ini ternyata menjadi salah satu kunci dari selamatnya umat manusia dari wabah ini. Sabun dan juga gerakan cuci tangan memberikan dampak besar yang bisa menyelamatkan umat manusia lho.

Tapi masih banyak diantara kita yang memandang sebelah mata fungsi sabun dan efektivitas dari melakukan cuci tangan sampai "bersih". Sampai saya penasaran, emang orang dulu di abad-abad awal kehidupan itu pakai sabun? Emang pakai air aja gak cukup?

Setelah saya riset dan cari informasi, ternyata sabun itu sudah digunakan sejak zaman romawi Kuno. Dalam legenda romawi, kata sabun (soap) diambil dari sebuah tempat yang bernama Mount Sapo. 

Sebuah situs yang digunakan sebagai tempat pengorbanan hewan. Setelah dilakukan pengorbanan hewan di tempat itu, air hujan akan mencuci lemak dan abu hewan yang telah dikorbankan tersebut dan terkumpul di bawah altar upacara, hingga ke tepi Sungai Tiber.

Legenda tersebut menjelaskan jika para wanita romawi kuno yang mencuci pakaian di tepi Sungai Tiber ini memperhatikan bahwa jika mereka mencuci pakaian mereka di bagian-bagian sungai tertentu setelah hujan deras pakaian mereka ternyata menjadi jauh lebih bersih. Dengan demikian hal ini ditandai sebagai munculnya sabun pertama, atau setidaknya penggunaan sabun pertama.

Metode pembuatan sabun ternyata juga sudah ditemukan sejak 2800 SM di Babylonia. Setelahnya, pada abad kedua Masehi, dokter Yunani, Galen, merekomendasikan sabun digunakan sebagai keperluan pengobatan dan pembersihan. Sehingga masyarakat Eropa pada saat itu mulai membiasakan untuk mandi menggunakan sabun. Akan tetapi kebiasaan mandi di seluruh Eropa mengalami naik dan turun sejalan dengan peradaban Romawi.

Ketika Roma jatuh pada tahun 467 M, ternyata kebiasaan mandi juga menurun. Diyakini bahwa kurangnya kebersihan dan kondisi kehidupan yang buruk pada saat itu berkontribusi pada banyak malapetaka dan penyakit yang terjadi Abad Pertengahan.

Jauh setelahnya pembuatan sabun sudah dilakukan negara-negara di Eropa, seperti Spanyol, Italia, Prancis dan Inggris pada abad 7 sampai 17. Kesadaran masyarakat Eropa pun meningkat terkait pentingnya penggunaan sabun membuat mereka memiliki ketertarikan yang besar pada kebiasaan hidup yang bersih dan higienis.

Baru pada abad ke-18 kebiasaan mandi sudah kembali menjadi tren masyarakat. Pada tahun 1791, ahli kimia Prancis Nicolas Leblanc menemukan proses untuk mengubah garam biasa (natrium klorida) menjadi alkali yang disebut soda ash.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun