Oleh : Anis Fathoni - Petani Rasional
Suara adzan terdengar sayup mengiringi matahari yang berayun lambat menuju barat. Sinarnya kian lembut, tak seperti saat berada persis lurus di atas kepala yang begitu terik dan menyengat. Pacul, masih diayunkan. Satu jam lagi waktu kerja usai.
Genap enam puluh hari Tim Lapangan bekerja membongkar lahan hingga melakukan penanaman di Saung Berkarya Hambalang, Bogor.
Dan, kini mereka telah bisa menikmati ritme kerja, telah terbiasa dengan cuaca yang panas, hujan dan tidak jarang diiringi angin kencang.
Mereka yang bekerja itu adalah anak-anak muda yang sebelumnya tak mengenal pertanian, kini mereka bekerja hampir tanpa kesalahan.
Kita tidak bertani saja. Tidak hanya bertani untuk menghasilkan rupiah bagi keluarga. Lebih dari itu, kami berupaya menumbuhkan minat siapa saja untuk kembali terjun bertani, mengolah tanah warisan leluhur sendiri.
Profesional di bidang ekonomi Manajemen dan perencanaan kami libatkan untuk membuat skema kerja, melakukan riset pasar, hingga tahapan go to market. Pertanian hari ini harus dari hulu ke hilir, terukur dan tertakar.
Praktisi pertanian sekaligus penulis buku Budidaya Tanaman Produktif, menjadi mentor di lapangan. Dipadukan juga dengan menerapkan skema dinamika kelompok dan manajemen komunitas sebagai strategi kerja dan pemasaran.
Kesemuanya kami rangkum dalam "Tekhnik Pertanian Moderen." Moderen bagi kami, terletak pada manajemen, bukan pada tools. Pengerjaan dengan kearifan lokal.
Kita ketahui, pertanian adalah  profesi yang kurang diminati, terutama para pemuda sehingga regenerasi petani di negeri ini tidak terjadi. Rata-rata petani kita di atas usia 45 tahun. Dan, tentunya hal itu sangat mengkhawatirkan.