Mohon tunggu...
Ryan Ardiansyah
Ryan Ardiansyah Mohon Tunggu... Penulis - Tak ada kosa kata yang mampu mengambarkan

Barangkali kopi kita kurang diaduk

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Doa di Persimpangan Pos Digital

29 Desember 2020   00:14 Diperbarui: 29 Desember 2020   00:24 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.pinterest.com/pin/120541727514136577/

Katanya dunia sedang absurd tapi nyatanya sedang chaos kekasih


Terimalah sejarah ini dengan segala kerendahan hati agar menjadi kisah
Dekaplah segala puisi ini agar menjadi kasih
Bukankah dengan sastra jalanan kita menemukan cinta
Dan prosa yang panjang adalah pelaksanaan perjuangan
Lalu agama akan menjadi rumah bagi hati kita

Kebingungan besar melanda umat manusia
Dan pertanyaan-pertanyaan memenuhi atmosfer bumi
Melahirkan awan- awan pemberontakan
Serta membesarkan pohon revolusi

Duhai kekasih....
Masih ingatkah kah kau pertemuan kita di jembatan air mata, diantara batas waktu sore dan malam kau berbisik
" Tolong, aku yang takut kegelapan cakrawala".

Wahai wanita ku....
Tak ada perlu ditakutkan oleh kegelapan, tapi yang perlu kita takutkan adalah dimana politik dan birahi merebut waktu bercinta kita

Kekasihku....
Jika kau bersedih diperlukan
Menangislah
Biarkan air matamu jatuh ke tanah yang tandus
Dan angin pun tak akan mampu mengurangi gaya gravitasi antara air mata dan tanah

Kekasih...
Mari sini, disampingku berdoa untuk segala kebaikan agar semesta dan kejancukan menjadi lebih indah

Bahari, 28 Desember 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun