Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pengalaman Mengunjungi Pasar Tradisional Tapi Modern

25 November 2014   21:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:52 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14169001131180150581

Pada tahun 2011 saya mengunjungi Pasar Modern Bumi Serpong Damai (BSD). Begini cerita pengalamanku:  ekonomi kerakyatan bila dikelola dengan baik, hasilnya ternyata sangat luar biasa. Salah satu contoh hal yang demikian adalah Pasar Modern BSD City. Pasar yang terletak di Desa Rawa Mekar Jaya, Kecamatan Serpong, Kabupaten Tangerang Selatan, Banten, ini awalnya adalah pasar tradisional. Di tengah pesatnya pengembangan BSD sebagai kawasan perumahan elit, maka pasar tradisional yang terkesan sebagai pasar becek, kotor, kumuh, dan banyak preman, tentu akan membuat pasar itu akan mati. Untuk mensiasati hal yang demikian maka pihak pengelola pasar mengubah pasar tradisional dengan kesan seperti itu menjadi sebuah pasar tradisional namun dikemas secara modern.

[caption id="attachment_378074" align="aligncenter" width="300" caption="Pasar Modern BSD (sumber www.kotabsd.com)"][/caption]

Pengemasan pasar modern itu tidak mengubah pasar yang ada menjadi seperti Senayan City, Grand Indonesia, Pondok Indah Mall, atau pusat perbelanjaan mewah lainnya, namun cukup menjadikan tempat itu menjadi bersih dan rapi. Dengan luas bangunan 1,3 ha pasar itu menjadi lebih lapang sehingga pembeli tidak berdesak-desakan seperti di pasar tradisional yang ada selama ini. Dengan bangunan berkeramik dan dikelilingi toko yang apik maka Pasar Modern BSD City menjadi pasar yang menarik bagi semua. Di pasar itu, pengunjung tidak hanya berbelanja semata namun juga bisa berwisata kuliner, layaknya seperti di supermarket.

Sejak berdiri 1 Juli 2004, Pasar Modern BSD City telah terbukti sebagai pasar yang sukses. Setahun setelah berdiri saja pasar ini sudah menyaber pasar terbaik. Dan pada tahun 2010, WHO pernah mengadakan acara di Pasar Modern BSD City. Tentu lembaga dunia memilih pasar itu bukan tanpa alasan. Pastinya alasannya adalah bersih dan sehat.

Sebagai pasar yang meraih berbagai penghargaan, tak heran Kementerian Perindustrian dan Perdagangan merekomendasikan pasar itu sebagai rujukan bagi pemerintah daerah untuk acuan bila hendak membangun pasar tradisional. Dalam sebuah kesempatan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu memuji pengelolaan pasar tradisional seperti Pasar Modern BSD yang dikemas lebih profesional sehingga mampu memikat banyak warga untuk berbelanja meskipun di sekitar pasar terdapat beberapa ritel raksasa. Tak heran bila Pasar Modern BSD City tak lelah-lelahnya menerima kunjungan dari pemerintah daerah dari seluruh Indonesia.

Sukses pengelola Pasar Modern BSD City itulah yang menginspirasi Olympus Development, untuk membangun pasar sejenis di Cikarang, Cengkareng, DaanMogot, Palemparadise, Bekasi, Kosambi, Bogor, dan tempat lainnya.

Pasar yang dikunjungi pembeli sebanyak 4000 sampai 5000 orang itu memiliki 303 lapak dengan ukuran per unitnya 4 meter persegi, 320 kios dengan ukuran per unitnya  9 sampai 15 meter persegi, dan 100 ruko dengan ukuran per unitnya 40 meter persegi. Bangunan toko mengelilingi pasar. Sedang di dalam pasar, bagian barat dan timur berjejer kios-kios, sementara di bagian tengah berjejer lapak-lapak. Ada beberapa kelompok lapak. Satu lorong diisi pedagang daging, di bagian lain khusus pedagang ikan basah. Masing-masing dibagi sesuai dengan jenis dagangan yang dijual.

Menurut Ketua Pengelola Pasar Modern BSD City, Deddy Wirman, jumlah pedagang yang ada di pasar itu mencapai 800 orang. Geliat Pasar Modern BSD City tidak hanya mulai dari jam 04.00 WIB hingga berhenti pada jam 17.00 WIB. Pada malam hari, di lahan parkir yang mengitari pasar, seluas 0,2 ha, ada 60 kafe tenda.

Karena menarik itulah maka pembeli datang dari berbagai kawasan di BSD dan sekitarnya seperti dari Pondok Indah, Bintaro, Ciputat, Pamulang, Cibubur, dan Tangerang. Pengemasan pasar tradisional menjadi modern membuat Pasar Modern BSD City mampu menahan gempuran pedagang tradisional dari hadirnya mall, supermarket, dan hypermarket. Dulu disebut Pasar Modern BSD akan sepi ketika dibangun ITC Careffour BSD dan Giant BSD. “Ternyata pembangunan kedua supermarket itu nggak ngaruh,” ujar pegawai Pengelola Pasar Modern BSD City Liana Lestari.

Soal peredaran uang di situ, setiap harinya mencapai ratusan juta sampai miliaran rupiah. Diungkap oleh Deddy Wirman, satu lapak setiap hari terjadi transaksi sekitar Rp500 ribu sampai Rp1 juta. “Coba kalau dikalikan dengan 303 lapak,” ujarnya. Jadi dari lapak saja sehari ada transaksi sekitar Rp151,5 juta hingga Rp303 juta.

Dengan transaksi sebesar itu maka pedagang tradisional banyak mengeruk untung bila berjualan di situ. Apa yang diraihnya cukup untuk menyewa toko, kios, lapak, dan kafe tenda. Sewa untuk toko dalam setahun berkisar antaraRp40 juta sampa Rp70 juta, kios Rp17 juta hingga Rp30 juta, lapak basah per bulan Rp700 ribu hingga Rp750 ribu, lapak kering per bulan Rp550 ribu hingga Rp600 ribu, kafe tenda pintu selatan extension per bulan Rp900 ribu, kafe tenda pintu selatan per bulan Rp1,150 juta, kafe tenda pintu barat per bulan Rp1,2 juta, kafe tenda timur per bulan Rp1,4 juta, dan kafe tenda pintu utara Rp1,3 juta.

Untungnya berdagang di tempat itu diakui oleh Noviarman, seorang pedagang barang kelontong. Ia berdagang di Pasar Modern BSD City sejak pasar itu masih berbentuk pasar tradisional. Dengan berjualan di situ dikatakan ia mampu menyekolahkan anaknya. “Jualan di sini untung,” ujar pria yang menjadi sekretaris Persatuan Pedagang Pasar Modern (P3M). Hal senada juga dikatakan Andik, seorang penjaga toko baju anak-anak dan perempuan. ”Kesannya enak, senang, dan laku terus,” ujarnya.

Kesan untung tidak hanya pada pedagang namun juga pembeli. Salah seorang pembeli, Danita Ayusa, mengatakan ia senang berbelanja di Pasar Modern BSD City karena tempatnya bersih, nyaman, dan enak. Tidak hanya itu yang didapat oleh Danita, namun di pasar ini semua kebutuhan yang dicari ada. Senada dengan Danita juga dikatakan oleh Diah Fitria. Menurutnya pasar itu ruangannya luas dan sirkulasi udara lancar karena atapnya tinggi. Sehingga tidak kepanasan sedang bila hujan tidak terkena air hujan dari bocoranya atap seperti selama ini dialami ketika belanja di pasar tradisional. “Harganya juga tidak mahal,” paparnya.

Untuk lebih menguatkan ekonomi kerakyatan di pasar itu maka sebagaian pedagang menghimpun diri dalam P3M. Organisasi itu dibentuk dalam rangka mewujudkan salah satu basis ekonomi rakyat yang bisa diandalkan dan tekad dan komitmen sekaligus mempertegas peran pedagang pasar sebagian bagian yang tak terpisahkan dalam dunia ekonomi.

Menurut Noviarman keuntungan menjadi anggota P3M adalah, kemudahan mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR), menjalin hubungan yang baik sesama pedagang, dan menjalin hubungan yang baik antara pedagang dan pengelola pasar sebagai mitra bisnis yang saling menguntungkan.

Dikatakan oleh pria asal Sumatera Barat itu, jumlah pedagang yang terhimpun menjadi anggota P3M baru sebanyak 170 anggota. Disebut banyak pedagang yang ada di pasar itu datang dari berbagai wilayah yang ada di Indonesia.  “Kami di sini untuk memberikan sumbangsih kepada pembangunan ekonomi nasional,” ujar Noviarman.

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun