Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tidak Ada Lagi Tangan Tuhan dalam Sepakbola

1 Juli 2021   09:23 Diperbarui: 1 Juli 2021   10:06 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sepakbola yang berumur ratusan tahun dari waktu ke waktu semakin popular. Sepakbola saat ini tidak hanya untuk berolahraga namun juga untuk rekreasi dan kompetisi. Di antara banyak cabang olahraga, sepakbola merupakan cabang olahraga yang paling banyak penggemarnya. Ini bisa terjadi karena sepakbola kegiatan yang bisa diikuti oleh banyak orang, murah, egaliter, tidak perlu kemahiran (seperti pemain professional), dan bisa dilakukan di mana saja, bisa di gang, jalan, bahkan ada yang bermain bola di atap gedung bertingkat. Juga bisa dimainkan dalam berbagai musim, saat musim hujan bisa, saat lapangan becek (bersalju) bisa, di malam hari pun ok. 

Tidak disadari oleh kita, sepakbola mampu bertahan bahkan berkembang di tengah kehidupan ummat manusia, adalah karena sepakbola mampu mengikuti perkembangan jaman, mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan. Sepakbola sebagai cabang olahraga tidak pernah mengasingkan diri dari kehidupan manusia, tidak pernah menolak kemajuan jaman, apalagi memusuhi peradaban.

Dari waktu ke waktu, sepakbola selalu mengikuti kemajuan teknologi. Kali pertama sepabola dilakukan hanya sekadar untuk mengusir kejenuhan setelah itu menjadi pertandingan formal, di samping masih marak dilakukan oleh siapa saja dan di mana saja. Ketika pertandingan menjadi formal, dikompetisikan, dan dikelola secara professional, di sinilah sentuhan-sentuhan kemajuan teknologi masuk dalam dunia sepakbola.

Ketika pertandingan diformalkan dengan cara dipertontonkan kepada ummat manusia maka dibangunlah bangunan yang terdiri dari lapangan dan tempat duduk bagi para penonton. Mulai dari stadion yang sederhana hingga stadion yang super megah dan besar seperti Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Indonesia; yang memiliki bentuk tak lengkang oleh waktu dan mampu menampung kapasitas hingga 100.000 orang.

Sentuhan teknologi pada sepakbola tidak berhenti di situ. Satu persatu teknologi yang lebih mengaktraktifkan pertandingan dan melindungi pemain mulai digunakan dalam sepakbola. Mulai dari jersey pemain yang ringan, mampu menyerap keringat, serta elastis sesuai ukuran tubuh hingga bentuk bola serta rumput lapangan. Beberapa tahun yang lalu, kita lihat jersey para pemain bola terlihat kedodoran. Bandingkan dengan jersey pemain bola saat ini yang bentuknya atletis dan sport. Dulu mungkin bola yang ditendang oleh pemain ukurannya lebih besar dari sekarang dan terasa berat saat ditendang namun sekarang ukuran bola yang ada terasa pas dengan ukuran tubuh manusia serta mempunyai bobot yang cukup.

Bila menggunakan rumput alami mengalami kendala karena lapangan tak selamanya hijau, sebab rumput tumbuh ada musimnya, saat musim panas, lapangan terlihat kering; maka untuk mengatasi yang demikian digunakanlah rumput sintesis. Penggunaan rumput sintesis ini merupakan salah satu pilihan dan merupakan bukti sepakbola mampu mengikuti perkembangan jaman.

Ketika perkembangan piranti elektronik semakin canggih, dunia sepakbola pun tidak melepaskan diri dari piranti-piranti ini. Sejak Piala Eropa 2016 di Perancis, Piala Dunia 2018 di Rusia, dan Piala Eropa 2020 di banyak kota di Eropa, pertandingan-pertandingan yang ada sudah menggunakan piranti elektronik yang disebut dengan VAR (Video Assistant Referee). Fungsi VAR adalah untuk membantu wasit (referee) dalam pertandingan ketika ada keraguraguan dalam terciptanya gol dan kejadian-kejadian berat lainnya dalam pertandingan.

Selama ini dunia sepakbola dihantui dengan berbagai pertandingan yang dirasa tidak adil oleh salah satu pihak. Hantu pertandingan akibat rasa ketidakadilan itu salah satunya adalah pertandingan antara Inggris dan Argentina saat Piala Dunia 1986 di Mexico. Hal demikian bisa terjadi karena keterbatasan pandangan wasit dalam melihat atau memimpin pertandingan. Wasit juga manusia. Keterbatasan wasit dalam memimpin pertandingan diakui oleh FIFA dan UEFA. Untuk itulah badan sepakbola dunia dan Eropa itu setuju penggunaan VAR dalam Piala Dunia dan Piala Eropa. Diharap dengan penggunaan VAR akan menciptakan hasil pertandingan yang adil, tidak merugikan salah satu pihak, serta diterima oleh semua termasuk para supporter.

Kalau kita lihat dalam Piala Eropa 2020, penggunaan VAR terlihat sekali. Bila ada keragukeraguan dalam proses terjadinya gol atau insident besar, wasit segera melihat video yang ada. Dari sinilah selanjutnya ia memberi keputusan.

Penggunaan VAR di Piala Eropa 2020 membuat beberapa gol yang sudah terjadi dianulir atau dibatalkan sebab setelah wasit melihat video ternyata proses yang terjadi ada pemain yang off side. Pun demikian sebaliknya, gol yang dibatalkan oleh asisten wasit (dengan tanda mengangkat bendera tanda off side) bisa diakui sah ketika dalam video yang dilihat oleh wasit ternyata pemain tidak pada posisi off side.

Hasil dari rekaman VAR tidak bisa diganggu gugat oleh semua pihak sebab kamera tidak bisa bohong. Ketika gol yang sudah terjadi namun dibatalkan atau disahkan, berdasarkan rekaman VAR, tidak membuat para pemain dan pelatih melakukan protes keras seperti sebelum penggunaan VAR. Ada dua gol Perancis saat melawan Jerman dibatalkan dalam Piala Eropa 2020, karena VAR, namun pemain Perancis tidak mengumpat dan mengeroyok wasit. Pun demikian ketika gol pertama Jerman saat melawan Portugal dibatalkan. Dengan adanya VAR justru membuat dunia sepakbola penuh kejutan. Kemenangan Korea Selatan dari Jerman, 2-0, dalam Piala Dunia 2018 di Rusia, bisa terjadi salah satunya karena VAR. Tanpa VAR bisa jadi Korea Selatan tidak bisa seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun