Kedua, yang masuk di suatu sekolah memiliki latar belakang ekonomi dan pendidikan dari orangtua yang berbeda-beda. Di sebuah sekolah, ada anaknya orang kaya, ada yang berpenghasilan rendah, ada pula yang orangtuanya bisa dikatakan miskin.Â
Ada pula orangtuanya yang mempunyai latar pendidikan yang tinggi, sedang, bahkan ada pula yang berpendidikan tidak tinggi. Kondisi yang demikian pasti mempengaruhi perilaku anak, perilaku anak menjadi tidak sama.Â
Di sinilah faktor-faktor yang tidak diinginkan itu bisa terjadi. Di tengah kondisi ekonomi dan latar belakang pendidikan orangtua yang berbeda membuat suasana di kelas atau di sekolah menjadi 'tidak imbang', hal demikian bisa membuat problem sosial di sekolah, seperti anak meminta uang kepada anak yang lain baik dengan cara halus maupun kasar.
Hal demikian berbeda dengan sebuah sekolah di mana kondisi orangtuanya memiliki latar belakang ekonomi dan pendidikan yang relatif sama. Di suatu tempat pendidikan yang terbilang elit dan mapan, meski tidak menjamin, namun sepertinya faktor kekerasan minim terjadi sebab anak-anak di sana berasal dari orangtua yang mempunyai pendidikan dan latar belakang yang lebih sehingga anak-anak itu dari segi kebutuhan jasmani dan rohani tercukupi. Ketimpangan sosial tidak ada sehingga konflik sosial pun juga bisa teratasi.
Dua hal di ataslah yang bisa jadi membuat di sekolah bisa terjadi kekerasan. Untuk itu di sini penting mensiasati agar lubang-lubang yang terjadi bisa diatasi atau ditutupi. Kapan kekerasan di sekolah itu munculnya kita tidak tahu namun dengan melihat 'peta' di sekolah, yakni jumlah siswa dan tingkat pendidikan dan ekonomi orangtua anak membuat pihak sekolah bisa menjaga-jaga atau mengantisipasi agar kekerasan tidak terjadi.Â