Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Setelah Jalan Tol, Lalu Apa?

2 Juli 2018   08:46 Diperbarui: 2 Juli 2018   11:49 2000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan Tol Mojokerto-Jombang diresmikan Presiden Joko Widodo pada Minggu (10/9/2017).

Seruas demi seruas akhirnya jalan tol mulai membentang dari ujung barat hingga ujung timur Pulau Jawa. Pembangunan tol tersebut pastinya tidak dilakukan semalam, seperti cerita Bandung Bondowoso membuat seribu candi, namun dilakukan secara berkesinambungan mulai dari pemerintahan Presiden Soeharto, Susilo Bambang Yudhoyono hingga Joko Widodo.

Pembangunan tol ruas penghubung seperti Solo-Madiun, bisa cepat karena bisa jadi sebelumnya tanah untuk jalan tol sudah dibebaskan oleh pemerintahan sebelumnya. Maka dari sini tak bijak kalau pembangunan jalan tol diklaim oleh salah satu presiden.

Terlepas di era siapa jalan tol dibangun, dengan membentangnya jalan tol di sekujur Pulau Jawa akan membuat semakin cepat dan mudahnya masyarakat dalam bermobilitas. 

Dalam situasi normal melaju antara Jakarta-Tegal 4 jam, Jakarta-Semarang 6 jam. Dengan demikian jalan tol memangkas waktu bagi pengguna, roda empat ke atas, bila dibanding melewati jalan arteri yang memerlukan waktu berjam-jam. Tidak hanya semakin cepatnya jarak tempuh namun juga membuat efisien bahan bakar dan pengeluaran lainnya.

Meski jalan tol telah membentang sekujur Jawa tetapi bukan berarti masalah transportasi antarkota antarprovinsi selesai. Banyak hal yang perlu dilakukan agar fungsi jalan tol seperti yang diharapkan, yakni memperlancar mobilitas penduduk. Bukan sebaliknya bikin macet berkepanjangan. Bila jalan tol tak mampu mengurai kemacetan lalu apa fungsinya membangun jalan tol.

Bisnis Tempo.co
Bisnis Tempo.co
Untuk mendukung jalan tol seperti yang diharapkan, hal yang perlu dilakukan adalah, pertama, membatasi jumlah pertumbuhan mobil. Tentunya pemerintah mempunyai rumus berapa jalan yang dibutuhkan dengan berdasarkan jumlah kendaraan yang ada. Sayang, jumlah pertumbuhan mobil di masyarakat beberapa tahun ini lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan jalan (tol). Akibat yang demikian membuat berapa panjang dan banyak jalan yang dibangun tidak mampu menampung jumlah kendaraan yang melintas apalagi bila bergerak secara bersamaan dengan satu tujuan.

Fenomena macet di jalan tol sepanjang tahun, lebaran atau hari libur panjang, itu akibat dari pertumbuhan mobil yang tak terkendali sehingga meski tahun depan banyak jalan tol fungsional atau jalan tol yang sudah jadi tersambung tetap saja akan macet bila jumlah kendaraan tidak dibatasi. Berapapun panjang dan banyaknya jalan tol kalau tidak sebanding dengan jumlah kendaraan maka pembangunan jalan tol itu tidak sesuai dengan harapan.

Untuk itu perlunya adanya pembatasan jumlah kendaraan. Pemerintah harus berani mengambil sikap untuk membuat regulasi bagaimana proses penjualan mobil tidak mudah. Saat ini membeli mobil seperti membeli kacang goreng sehingga masyarakat dengan gampangnya bisa memiliki mobil. Dengan modal Rp15 juta seseorang sudah bisa memiliki mobil. Dulu yang punya mobil adalah orang kaya, sekarang setiap orang bisa memiliki mobil.

Lebih parah lagi kemudahan membeli mobil ini ditambah dengan diizinkannya pabrik mobil yang harganya "murah" berdiri di Indonesia. Tentu dengan adanya mobil murah akan semakin memperbanyak jumlah mobil di masyarakat. Dengan demikian mengapa pemerintah membanggabanggakan infrastruktur jalan tol kalau pertumbuhan mobil tidak terkendali. Apa yang dilakukan oleh pemerintah, membangun jalan tol, akan sia-sia bila kemacetan terjadi di jalan tol akibat banyaknya jumlah kendaraan.

Kedua, pemerintah dan pihak swasta harus memperbanyak public transport. Harus kita akui saat ini layanan kereta api yang disediakan oleh pemerintah semakin membaik sehingga masyarakat antusias naik kereta. Sayang kapasitas tempat duduk kereta terbatas sehingga banyak masyarakat yang tak bisa menikmati.

Pemerintah harus memikirkan hal-hal yang demikian yakni menciptakan public transport yang nyaman dan aman agar masyarakat berduyun-duyun menggunakan sarana ini. Kita senang semakin banyak bandar udara dibangun di berbagai kota. Kita gembira ketika ada rencana pembuatan double track kereta serta pengadaan kereta cepat Jakarta-Bandung dan Jakarta-Surabaya. Yang baru lagi adalah kereta sleeper.

Di pihak swasta pun sekarang juga ada bus-bus double decker yang suasananya lebih nyaman dan longgar serta bisa bisa tiduran dan selenjoran. Hal-hal demikianlah yang harus didorong terus agar masyarakat tidak menggunakan mobil pribadi untuk bepergian. Masyarakat cenderung menggunakan mobil pribadi sebab public transport yang ada selama ini kapasitasnya kurang dan tak nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun