Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lafran Pane dan Tantangan Mempertahankan NKRI

20 November 2017   08:48 Diperbarui: 20 November 2017   08:56 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Peringatan Hari Pahlawan yang biasa kita peringati pada tanggal 10 November tahun ini, merupakan kado terbaik kepada anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Keluarga Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI). Kado terbaik sebab pendiri HMI, Lafran Pane, ditetapkan oleh pemerintah sebagai pahlawan nasional. Dengan penetapan sebagai pahlawan maka Lafran Pane sejajar dengan para pahlawan lainnya. Dengan predikat yang demikian maka membuktikan apa yang dilakukan Lafran Pane dan rekan yang lain dalam mendirikan HMI, membawa manfaat bagi bangsa, negara, dan masyarakat.

Kalau dikupas tentang sejarah HMI tentu sangat luas namun satu hal yang menyebabkan Lafran layak dijadikan sebagai pahlawan nasional, karena organisasi ini dibentuk dengan salah satu tujuannya adalah "mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia."

Tujuan itu dinyatakan pada 5 Februari 1947 sebab ketika bangsa ini masih berumur sangat muda, belum genap 3 tahun, namun penjajah Belanda masih ingin menguasai kembali Indonesia. Selain tidak mengakui kemerdekaan Indonesia yang dinyatakan pada 17 Agustus 1945, Belanda juga melakukan tekanan-tekanan militer dengan bukti mereka melakukan Agresi I Militer 21 Juli - 5 Agustus 1947 dan Agresi II Militer 19 -- 20 Desember 1948.

Jadi gejala-gejala akan adanya gangguan dari bangsa asing untuk menjajah kembali Indonesia juga dibaca oleh mahasiswa-mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Jogjakarta seperti di Sekolah Tinggi Islam, Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada, dan Sekolah Teknik Tinggi. Untuk mencegah upaya Belanda menguasai kembali Indonesia maka mereka membentuk organisasi, HMI, sebagai badan yang digunakan sebagai alat perjuangan. Untuk melawan penjajah asing, para mahasiswa berpikir perlu persatuan. Dengan persatuan maka kekuatan mahasiswa mudah dimobilisasi dan digerakkan.

Dari tujuan mempertahankan Indonesia itu maka ketika terjadi Agresi I dan II Militer Belanda, banyak kader HMI yang memanggul senjata. Dalam masa itu, mereka meninggalkan bangku kuliah, untuk sementara waktu, untuk pergi ke medan laga melawan militer Belanda. Salah satu dari kader HMI yang turun ke medan laga adalah Dahlan Ranuwihardjo. Selain tercatat sebagai mahasiswa FH UGM, pria yang akrab dipanggil Pak De itu menjadi Komandan Kompi Mahasiwa Brigade XVII yang bertugas di Markas Ronggolawe I, Lamongan, Jawa Timur, tahun 1947-1949.

Turunnya kader-kader HMI ke medan laga ini maka HMI jelas mempunyai kontribusi yang besar dalam ikut mempertahankan keberadaan Indonesia. HMI memobilisasi anggotanya agar ikut secara aktif, tidak hanya sekadar gagasan dalam pikiran, namun juga kehadiran fisik di saat yang dibutuhkan.

Tujuan HMI tersebut dinyatakan tidak hanya karena situasional, namun Lafran Pane dan rekan-rekan yang lain jauh melihat ke depan, bahwa bangsa Indonesia tidak hanya dipertahankan namun derajad rakyatnya ditinggikan. Mereka yakin bahwa bangsa Indonesia setiap saat akan menghadapi tantangan yang makin lama masalahnya semakin pelik.

Untuk itu HMI menyatakan komitmennya bahwa Indonesia harus tetap ada meski apapun cobaan dan tantangan yang menghadangnya. Dengan demikian tekad HMI ini sama, sebanding, dengan hasil Kongres II Pemuda yang diselenggarakan pada 27 sampai 28 Oktober 1928. Di mana dari kongres tersebut menghasilkan keputusan yang menyatakan bahwa para pemuda dari beragam latar itu bertumpah darah satu, berbangsa satu, dan berbahasa persatuan, Indonesia. Dengan demikian berdiri dan tujuan HMI sama monumentalnya dengan Sumpah Pemuda.

Sekarang HMI sudah berusia 70 tahun. Organisasi ini baik dari segi kuanitas, anggota dan jaring-jaring organisasi, mulai dari pengurus besar hingga komisariat terus berkembang. Entah HMI sebagai organisasi yang menarik atau kader-kadernya pandai sebagai marketingmencari anggota, pertumbuhannya bisa dikatakan sangat mengagumkan. Kabupaten dan kota serta kampus yang sebelumnya tidak ada HMI menjadi ada. Badko-Badko pun juga semakin mengembang menjadi per provinsi. Dari Kota Banda Aceh sampai Kota Jayapura, dari Kabupaten Nunukan hingga Kota Kupang ada ribuan komisariat dan ratusan cabang HMI di sekujur nusantara.

Dengan semakin banyaknya kader dan semakin meluasnya jaring-jaring HMI membuat organisasi ini menjadi kekuatan potensial nasional. Dengan potensi seperti ini HMI mampu menjadi perekat, penjaga, dan pemersatu Indonesia. HMI menjadi asset sebagai perekat, penjaga, dan pemersatu Indonesia ini bukan mengada-ada sebab seperti dipaparkan di atas bahwa organisasi ini didirikan untuk mempertahankan NKRI. Tujuan HMI berdiri bagi gerak HMI itu sendiri seperti Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 dalam UUD NRI Tahun 1945. Ia tidak bisa diubah, diganti, atau diamandemen.

Dengan mengacu pada tujuan HMI tersebut maka bila ada gerakan-gerakan yang merongrong atau ingin memisahkan diri dari Indonesia maka HMI harus sebagai garda terdepan dalam membela dan menjaga keutuhan Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun