Mohon tunggu...
Ardi Winangun
Ardi Winangun Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang wiraswasta

Kabarkan Kepada Seluruh Dunia

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Sepakbola Wanita

12 Juli 2015   19:13 Diperbarui: 12 Juli 2015   19:13 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

Di tengah penyelenggaraan Copa America 2015 di Chili, di Kanada juga diselenggarakan pagelaran sepakbola dunia yang bisa tidak kalah menariknya, yakni piala dunia wanita, FIFA Women’s World Cup 2015. Di Indonesia, Copa America disiarkan langsung oleh salah satu stasiun televisi sehingga pecandu bola bisa melihat pemain pujaannya yang merumput di ajang itu seperti Messi, Neymar, dan lain sebagainya.

Namun untuk piala dunia wanita, ajang sepakbola kaum hawa itu sepertinya tidak ada yang menyiarkan secara langsung. Pemberitaan di media massa pun juga tak seheboh Copa America, malah pemberitaan yang ada terkadang di luar konteks sepakbola, seperti pemberitaan mengenasi pemain-pemain cantik di kesebelasan-kesebelasan yang berpartisipasi.

Bagi negara yang tidak berpartisipasi, bisa jadi piala dunia wanita hanya sebagai berita selintas namun bagi negara peserta, seperti Jerman misalnya, acara itu menjadi berita hangat. Sebelum piala dunia wanita digelar, panduan televisi di negara itu sudah memasang foto penjaga Nadine Angerer sebagai cover, sampul. Dengan menampilkan Nadine sebagai cover, itu menunjukkan masyarakat Jerman diingatkan akan ada piala dunia wanita di mana Jerman juga sebagai salah satu peserta.

Kalau kita cermati dalam ajang piala dunia wanita, sepertinya negara yang berpartisipasi hanya itu-itu saja, seperti Jerman, Amerika, Inggris, Belanda, dan untuk Asia Thailand dan Jepang, termasuk Australia. Dengan demikian sepertinya sepakbola wanita belum berkembang semasif sepakbola yang dimainkan kaum laki-laki.

Permasalahan sepakbola wanita tidak bisa cepat berkembang di banyak negara karena disebabkan oleh banyak faktor, seperti karena hambatan budaya, agama, dan kemakmuran ekonomi. Seperti banyak kita ketahui di banyak negara, peran kaum wanita masih belum diperhatikan bahkan ada kelompok yang memandang wanita tidak boleh beraktivitas di luar. Anggapan yang demikian, pastinya membuat wanita tidak bisa menikmati apa yang dinikmati oleh kaum laki-laki. Hal demikian tentu berpengaruh pada upaya untuk mengembakan sepakbola wanita. 

Pernah ada sebuah film yang menceritakan bagaimana perjuangan seorang wanita di Iran agar bisa melihat Ali Karimi bermain dalam sebuah pertandingan di stadion. Ali Karimi adalah pemain nasional Iran yang dikontrak oleh Bayern Munchen, kesebelasan elit Eropa dari Jerman. Ia dipuja-puja sebagai peman hebat di negeri para mullah itu. Ia berjuang agar bisa datang ke stadion sebab di negara itu ada larangan perempuan tidak boleh ke stadion untuk melihat pertandingan sepakbola.

Hambatan-hambatan seperti agama dan budaya yang masih menempatkan wanita pada posisi subordinat dari kaum laki-laki itulah yang membuat sepakbola wanita tidak bisa menyeruak ke tengah masyarakat. Pandangan lain soal sepakbola dari masyarakat yang ada di sekitar kita yang menyebabkan sepakbola dijauhi oleh kaum wanita adalah bahwa sepakbola adalah olahraga kaum laki-laki, dikatakan sebagai olahraga laki-laki sebab sepakbola itu termasuk olahraga yang ‘kasar’, yakni berlari, benturan fisik, dan menendang bola, sementara posisi wanita di masyarakat kita harus berperilaku kalem, manis, dan santun.

Di antara negara Asia yang budayanya lebih ‘liberal’ untuk posisi wanita adalah Thailand dan Jepang sehingga negara tersebut selalu berpartisipasi dalam piala dunia wanita.

Banyak negara yang sepakbola wanitanya tidak berkembang selain karena faktor budaya dan agama, juga bisa jadi dikarenakan badan organisasi sepakbola negara itu bingung bagaimana membina wanita dalam bersepakbola. Mereka berpikir untuk mengembangkan sepakbola wanita bisa jadi harus ada badan khusus sepakbola wanita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun