Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Kesuksesan dalam Hidupku

9 Desember 2017   11:35 Diperbarui: 9 Desember 2017   11:40 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebuah pertanyaan besar jika mendapat sebuah pertanyaan "Apakah kesuksesan terbesar dalam hidupmu?" pertanyaan ini bukan sesuatu yang mudah untuk dijawab. Pertanyaan ini merupakan hal yang membuat tiap orang tertegun.

Apakah kesuksesan terbesar didalam hidup ini? Apakah sukses itu selalu berkaitan dengan nilai akademik? Nilai rapot selalu bagus dan mendapat ranking dikelas apakah itu termasuk sebuah kesuksesan? Apakah seseorang yang tadinya hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama kemudian menjadi artis terkenal bermodal kan suara indah juga termasuk sebuah kesuksesan? Jawabannya bisa iya dan tidak. 

Tergantung seseorang menilai/melihatnya. Karena kesuksesan setiap orang berbeda-beda. Sebuah kesuksesan tidak harus mengandalkan sebuah nilai akademik tetapi sebagian orang masih beranggapan di jaman ini orang meilihat seseorang sukses hanya dari akademik nya saja.

Sukses adalah capaian paling tinggi yang telah dilakukan seseorang dalam hidupnya. Kesuksesan tiap orang berbeda-beda. Di tiap kesuksesan seseorang, pasti ada namanya sebuah "usaha" usaha dimana seseorang ingin mendapat sebuah kesuksesan itu. Kerja keras, semangat dan doa yang mengiringi setiap langkah seseorang mencapai kesuksesan-nya.

Namun sukses menurut saya adalah ketika saya bisa membuat orang terdekat seperti misalnya orangtua,bangga terhadap apa yang telah saya lakukan. Dan juga tentu nya kesuksesan itu harus bisa bermanfaat bagi orang lain atau diri kita sendiri.

Di umur yang 20 tahun ini, saya sudah lumayan banyak melewati kehidupan yang beraneka ragam sifatnya. Ketika SD saya bersekolah di SD Muhammadiyah Condongcatur, kemudian SMP melanjutkan ke SMP Negeri 1 Depok dan SMA di SMA Negeri 2 ngaglik. Hampir terbilang, jarak antara rumah dan sekolah saya pada saat itu terbilang dekat.

Tetapi, setelah lulus SMA saya mendapatkan sekolah yang terbilang cukup jauh dari rumah saya. Saya tinggal didaerah sleman sementara kampus saya di daerah wirosaban. Kampus itu adalah Universitas Ahmad Dahlan. Padahal saya baru bisa mengendarai motor di kelas 2 SMA. Itu pun juga terbilang dekat. Dan kini saya harus melewati jalan yang cukup besar dan jauh.

Suatu hari saya menangis, karena mendapat tempat kuliah yang amat jauh dari rumah. Tetapi saya juga berpikir, inilah jalan yang Allah berikan untuk saya. Allah melatih hambanya untuk sabar dan mandiri.

Tiap hari saya melaju kendaraan dengan menggunakan sepeda motor. Perjalanan menempuh waktu kurang lebih 35 menit. Terkadang, sudah sampai kampus tetapi sering mendapat kabar dadakan seperti kuliah kosong atau kuliah waktunya diganti.

Orangtua menyarankan saya untuk kost saja, karena orangtua merasa kasihan terlebih jika saya pulang jam 9 malam. Kebetulan saya mengikuti sebuah organisasi kampus. Jadi sering pulang malam dikarenakan rapat.

Pada akhirnya saya memilih kost dekat kampus. Memang beban perjalanan terasa ringan. Tetapi ada beban lagi yang saya dapatkan. Ketika jauh dari orangtua. Tetapi hal yang paling saya ingat adalah ketika orangtua berjuang sekeras tenaga untuk anaknya, keringat dan biaya yang dikeluarkan lebih banyak dibanding anaknya. Yang harus saya lakukan adalah belajar dan mendapatkan nilai yang tinggi agar orangtua saya bangga. Itu tekad saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun