Mohon tunggu...
Ardi Prasetyo
Ardi Prasetyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Musik, Literasi, Bisnis

Begitu banyak instrumen kehidupan, seperti halnya musik. Lalu, kupelajari satu per satu, pun agar harmonis hidup yang kumainkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Demi Memfasilitasi Program ANBK, Seorang Guru Honorer Rela Tebus Laptop di Pegadaian

23 Oktober 2021   20:48 Diperbarui: 23 Oktober 2021   21:21 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: wartakepri.co.id

Bulan Oktober 2021 ini, program ANBK (Assesmen Nasional Berbasis Komputer) yang dimotori oleh Kemdikbud mulai dijalankan serempak di seluruh penjuru negeri. Mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah atas.

Secara umum, program ANBK ditujukan untuk mengevaluasi kinerja dan mutu sistem pendidikan. Sehingga nantinya diperoleh umpan balik untuk melakukan perbaikan dalam sistem pendidikan di negeri ini.

Terkait pelaksanaannya, program ANBK ini memerlukan komputer atau laptop yang terhubung jaringan internet. Jadi, masing-masing sekolah dituntut untuk mampu memfasilitasi para siswa dengan perangkat tersebut yang mana jumlahnya relatif tidak sedikit, yakni minimum sepuluh unit agar kegiatan ini dapat tuntas sesuai jadwal yang ditentukan.

Untuk sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas, mungkin hal ini tidak terlalu menjadi masalah karena rata-rata sudah memiliki laboratorium komputer untuk mendukung proses belajar siswa terkait mata pelajaran komputer. Lain halnya dengan sekolah dasar yang mayoritas belum memiliki fasilitas lab komputer karena belum ada mata pelajaran komputer.

Sebagai contoh, di SD Negeri Cogreg 02 kabupaten Bogor, seorang guru honorer sampai rela menebus laptopnya di pegadaian demi memfasilitasi siswa dalam melaksanakan ANBK. Tentu ini adalah suatu permasalahan riil yang terjadi di lapangan karena keterbatasan fasilitas.

Sebagai upaya untuk menutupi keterbatasan tersebut, operator sekolah berusaha keras mencari pinjaman laptop pada guru-guru di sekolah tersebut dan juga pada rekan-rekannya, sedangkan hanya sebagian saja yang memilikinya. Bahkan, sebagian guru yang memiliki laptop pun memiliki problematika masing-masing untuk dapat meminjamkan laptopnya. 

Sebagaimana yang sudah disinggung sebelumnya, hal yang menurut saya menarik perhatian adalah bahwa ada seorang guru yang laptopnya sedang digadaikan sehingga beliau berusaha menebusnya entah dengan cara apa "demi" memfasilitasi muridnya. Menurut saya pribadi, hal ini sangatlah menyentuh hati dan pantas mendapatkan penghormatan atas pengorbanannya.

Permasalahan seperti itu saja bisa terjadi di wilayah yang relatif dekat dengan ibu kota negara, lalu bagaimana dengan sekolah-sekolah yang berada di pelosok-pelosok negeri? Saya meyakini masih banyak sekolah yang belum terjangkau internet. Kalaupun terjangkau, fasilitasnya yang juga belum ada. Atau kalaupun ada, jumlahnya yang belum memadai. Kalau pemerintah berkenan "blusukan" lebih dalam, saya yakin pemerintah akan lebih mampu memahami kondisi yang sebenarnya secara komprehensif. 

Sebagai penutup, berdasarkan pengamatan saya  sebagai seorang tenaga kependidikan yang menyaksikan secara langsung bagaimana program ini dijalankan, pelaksanaan program Kemdikbud ini sangatlah perlu ditinjau kembali. 

Terutama dalam hal fasilitas, besar harapan saya agar pemerintah hendaknya memberikan fasilitas terlebih dahulu sebelum mengaktualisasi program ANBK ini. Tentunya agar program yang memiliki tujuan mulia ini dapat berjalan secara optimal sehingga kinerja dan sistem pendidikan di Indonesia kedepannya akan semakin baik lagi.

Kab. Bogor, 23 Oktober 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun