Mohon tunggu...
Ardina Tasya Rahmadini
Ardina Tasya Rahmadini Mohon Tunggu... SMA Labschool Cibubur 12 IPS 1 (03)

Suka membaca & mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pentingnya Penerapan Nilai Bhinneka Tunggal Ika untuk Mengatasi Isu Rasisme di Indonesia

5 Februari 2025   19:35 Diperbarui: 5 Februari 2025   20:37 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keberagaman adalah salah satu ciri khas yang melekat pada Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Dengan ribuan pulau yang membentang dari Sabang hingga Merauke, Indonesia dihuni oleh berbagai suku, budaya, bahasa, dan agama yang berbeda-beda. Perbedaan ini bukanlah hambatan, melainkan kekayaan yang memperkaya identitas bangsa. Namun, dalam realitanya, keberagaman juga dapat menjadi tantangan ketika tidak diimbangi dengan sikap saling menghormati dan toleransi antarsesama. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami bagaimana keberagaman terbentuk dan bagaimana cara menjaga persatuan di tengah perbedaan agar tetap kokoh sebagai satu kesatuan bangsa.

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar tidak dapat menghindari akan adanya perbedaan di dalamnya. Keberagaman ini pada dasarnya berawal dari berbagai budaya lokal yang kemudian tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Selain itu, keberagaman ini juga tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor utamanya adalah letak Indonesia yang strategis, kondisinya yang diapit oleh dua benua dan dua samudera, memungkinkan para pedagang dari berbagai negara melakukan singgah dan membawa kebudayaan mereka. Kebudayaan yang masuk kemudian diadaptasi dan dikembangkan di Indonesia sehingga banyak budaya baru yang bermunculan, memperkaya keberagaman bangsa. Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara majemuk. Menurut Soni Sadono dalam buku Budaya Nusantara (2023), Indonesia dikategorikan sebagai negara majemuk karena memiliki keragaman dalam aspek ras, agama, budaya, dan suku. Namun, kemajemukan atau perbedaan ini tentunya tidak selalu dapat diterima oleh semua masyarakat yang kemudian mengakibatkan perselisihan dan perpecahan. Rasisme dan diskriminasi sering kali muncul sebagai akibat dari perbedaan tersebut, sehingga semakin memperburuk konflik sosial di masyarakat. 

Rasisme dan diskriminasi ini muncul karena adanya prasangka buruk terhadap ras tertentu atau anggapan bahwa kelompoknya lebih unggul daripada kelompok lain. Hingga saat ini, diskriminasi dan rasisme terhadap kelompok tertentu masih sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh diskriminasi yang pernah terjadi adalah terhadap masyarakat Tionghoa di Indonesia. Kompas.com mencatat bahwa pada masa pemerintahan Orde Baru, mereka diwajibkan memiliki Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) sebagai syarat mutlak dalam berbagai urusan administrasi publik. Kebijakan ini dapat menimbulkan ketimpangan sosial karena kebijakan ini membedakan hak kewernegaraan mereka dengan warga negara lain.  Selain masyarakat Tionghoa masyarakat Papua juga kerap mendapatkan perlakuan rasis. Berdasarkan bbc.com, masyarakat Papua terkadang masih mendapatkan perlakuan rasis, seperti anggapan bahwa orang berkulit hitam identik dengan hal-hal negatif, seperti jelek, kotor, dan bodoh, serta berbagai hinaan lainnya. Selain itu, seiring dengan berkembangnya teknologi dan meningkatnya penggunaan media sosial, diskriminasi ini tidak hanya secara langsung dalam interaksi sehari-hari, tetapi juga marak di jagat maya. Rasisme juga sering muncul dalam bentuk komentar atau ujaran kebencian yang tersebar di berbagai platform digital yang dapat menimbulkan perpecahan sosial. 

Seharusnya, perbedaan ini bukan menjadi senjata menuju perpecahan, tetapi menjadi kekuatan untuk memperkaya bangsa. Indonesia dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti "Berbeda-beda tetapi tetap satu jua," menekankan akan pentingnya persatuan di tengah keberagaman suku, agama, ras, dan budaya yang ada di Indonesia. Nilai ini menjadi fondasi untuk persatuan di masyarakat, yang mana perbedaan bukanlah penghalang, melainkan dapat menjadi kekuatan yang memperkaya identitas bangsa. Dengan tertanamnya prinsip ini dan tidak hanya dipahami secara teoritis, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan nyata, perilaku rasisme dan diskriminasi dapat dicegah. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah melalui pendidikan untuk mengenalkan pentingnya toleransi, menghargai hak setiap individu, dan menghilangkan stereotip negatif yang sering kali memicu perlakuan diskriminatif. 

Sebagai negara yang memiliki banyak keberagaman, hal ini juga dapat menjadi tantangan untuk menjaga persatuan dan kesatuannya. Nilai Bhinneka Tunggal Ika menjadi kunci untuk mewujudkan masyarakat yang harmonis, yang mana perbedaan bukan merupakan sumber pepecahan, melainkan kekuatan untuk memperkaya bangsa. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan komitmen dari setiap individu, masyarakat, dan pemerintah untuk terus melawan segala bentuk diskriminasi dan rasisme. Melalui pendidikan, penguatan toleransi, serta kesadaran kolektif, kita dapat menciptakan Indonesia yang lebih inklusif. Dengan begitu, kita dapat mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai bangsa yang bersatu, adil, dan sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA

Amnesty International. (2021). Rasisme dan HAM. Diambil 1 Februari 2025, dari amnesty.id website: https://www.amnesty.id/referensi-ham/amnestypedia/rasisme-dan-ham/04/2021/ 

Hamoes,  riantini S. (2020). Diskriminatif dan Rasisme dalam Prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Diambil 30 Januari 2025, dari buletin.k-pin.org website: https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/743-diskriminatif-dan-rasisme-dalam-prinsip-bhinneka-tunggal-ika

HRWG. (2020). Indonesia Tak Serius Atasi Rasisme. Diambil 1 Januari 2025, dari hrwg.or.id website: https://www.hrwg.or.id/2020/06/16/indonesia-tak-serius-atasi-rasisme/ 

Jumaidi, S., & Indriawati, T. (2023). Diskriminasi Terhadap Tionghoa Indonesia pada Masa Orde Baru. Diambil 31 Januari 2025, dari kompas.com website: https://www.kompas.com/stori/read/2023/04/15/140000979/diskriminasi-terhadap-tionghoa-Indonesia-pada-masa-orde-baru

Michelle, F. J., Sagyta, J. N., & Koulan, S. (2024). Peningkatan Kesadaran Nilai Bhinneka Tunggal Ika untuk Mencegah Rasisme yang Terjadi di Indonesia. Bhinneka: Jurnal Bintang Pendidikan dan Bahasa, 2(3), 12–22. https://doi.org/10.59024/bhinneka.v2i3.801

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun