Mohon tunggu...
Ardiansyah
Ardiansyah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pendidik

Belajar-Lakukan-Evaluasi-Belajar Lagi-Lakukan Lagi-Evaluasi Kembali, Ulangi Terus sampai tak terasa itu menjadi suatu kewajaran. Mengapa? Karena Berfikir adalah pekerjaan terberat manusia, apakah anda mau mencoba nya? Silahkan mampir ke : ruangkara.id

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Biografi Singkat Martin Heidegger

18 Oktober 2021   23:59 Diperbarui: 31 Mei 2023   20:43 1193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Heidegger merupakan salah satu filsuf besar yang hidup pada abad ke-20, lahir pada tanggal 26 September 1889 ayahnya bernama Friedrich dan ibunya bernama Johanna Heidegger. Ayah Heidegger adalah seorang Katolik yang taat, Ia bekerja di sebagai koster di gereja St. Martin di kota itu, dan Heidegger hidup dalam lingkungan Katolik yang sangat saleh. 

Sosok Heidegger yang digambarkan oleh muridnya Stefen Simanski, ialah seorang yang lebih cocok menjadi petani dibandingkan dengan cendikiawan "Perawakan Professor Heidegger pendek dan ramping: rambutnya cukup tebal berwarna hitam dengan lintasan-lintasan putih" (Hardiman, 2020). Heidegger kecil berkeinginan menjadi seorang iman dan masuk seminari. Cita-cita itu sudah tumbuh sejak kecil karena lingkungan keluargannya yang saleh. 

Pada tahun 1906, Heidegger bersekolah di gimnasium kota Konstanz, di tepi Danau Bodensee. Lalu melanjutkan studinya di novisiat Serikat Yesus di Tisis pada tanggal 30 September 1909. Tapi karena alasan kesehatan, Heidegger memutuskan untuk tidak melanjutkan studinya dan bertahan di sana sekitar dua minggu. Setelah pulih akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan studinya di bidang filsafat dan teologi di Freiburg im Bresgau. Hingga pada titik terendahnya pada tahun 1911 dan akhirnya drop out dari pendidikan imamatnya dan memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan gereja Katolik delapan tahun setelahnya (Hardiman, 2020).

Heidegger berkenalan dengan fenomenologinya Husserl dan memutuskan untuk mempelajarinya lebih dalam. Menurut catatan dari F Budi Hardiman dalam bukunya yang berjudul Heidegger: Mistik Keseharian (2020) Heidegger mampu memahami buku yang ditulis oleh Husserl yang berjudul Logische Untersuchungen (Penelitian-penelitian logis, 1900) yang sangat sulit untuk dipahami, bahkan karena terlalu sulit buku itu jarang sekali dilirik oleh para mahasiswa. Namun Heidegger mampu memahaminya dan hingga ingat tentang detail-detail yang tertulis di dalamnya. Hingga pada akhirnya antara Heidegger dan Husserl menjadi akrab satu sama lain karena Heidegger terlalu sering mengikuti kuliahnya Husserl.

Dalam menempuh studi professornya pada tahun 1915, Heidegger menulis Habitlitationsschrift (sebuah karya tulis yang yang menjadi syarat untuk menjadi professor di Jerman) bertemakan filsafat skolastik, Die Kategorian und Bedeutungslehre des Duns Scotus (Teori Duns Scotus tentang Kategori-kategori dan Makna). Pemahaman Heidegger mengenai filsafat sangat luas, Ia sangat tertarik dengan metafisika, terutama metafisika abad pertengahan, dan sangat menguasai filsafat-filsafat Yunani Kuno. Pernah pada tahun 1922 di Marburg ia membawakan kuliah yang membahas tentang Aristoteles dan entah bagaimana caranya, banyak yang tertarik untuk mengikuti kuliahnya. 

Martin Heidegger menikah dengan Elfriede Petri pada tahun 1917 dan dikaruniai dua anak laki-laki. Istri Heidegger Perti sangat setia mendampingi Heidegger. Namun kesetian tersebut dibalas dengan perselingkuhannya dengan salah satu mahasiswanya sendiri yang nantinya akana menjadi seorang filsuf yang sangat berpengaruh dalam bidang etika dan politik, yaitu Hannah Arendt. Ketertarikan Heidegger terhadap Arendt dikarenakan kecerdasannya dalam memahami berbagai hal terutama filsafat. Dan pada akhirnya hubungan mereka terpakasa harus diakhiri karena Heidegger mendukung pemerintahan Nazi dan Arendt adalah seorang Yahudi yang menjadi incaran Nazi untuk memusnahkan bangsa Yahudi dari dunia. 

Keterlibatan Heidegger dengan Nazi membuat rekan-rekan intelektualnya menjadi tidak lagi dekat dengannya, hingga akhirnya Heidegger memutuskan untuk berhenti mendukung Nazi. Sosok Heidegger menjadi merupakan filsuf yang kontoversional. Ia terlibat perselingkuhan dengan mahasiswanya, juga mendukung Nazi, dan memutuskan hubungan dengan agama katolik, merupakan sisi gelap dari pribadinya (Hardiman, 2020). Semasa hidupnya Heidegger lebih memilih untuk tinggal di pondok Todtnauberg dan menghembuskan napas terakhirnya di sana pada tanggal 26 Mei 1976.

Pemikiran Heidegger dalam filsafat memang cukup sulit untuk dipahami. Karya-karyannya menggunakan bahasa yang sulit untuk diterjemahkan bahkan sampai ada yang membuatkan kamus tertentu untuk menjelaskan bahasa-bahasa yang digunakan oleh Heidegger (Lihat Hardiman 2020 dan Pamungkas 2018). Akan tetapi, dibalik kesulitan untuk memahami tulisannya bukan berarti tidak mungkin untuk dipahami. Dewasa ini banyak buku-buku ataupun artikel yang membahas mengenai pemikirannya dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Dan walaupun sulit, pemikiran Heidegger mampu mengubah sudut pandang kehidupan manusia dan filsafat. Kutipan menarik dari Heidegger adalah "Ketika hujan lalu disusul oleh badai dan petir, saat itulah untuk mulai berfilsafat".

Sumber : 

https://www.radarliterasi.web.id/2022/06/mengenal-macam-macam-filsafat.html?m=1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun