Mohon tunggu...
Ardiansyah
Ardiansyah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pendidik

Belajar-Lakukan-Evaluasi-Belajar Lagi-Lakukan Lagi-Evaluasi Kembali, Ulangi Terus sampai tak terasa itu menjadi suatu kewajaran. Mengapa? Karena Berfikir adalah pekerjaan terberat manusia, apakah anda mau mencoba nya? Silahkan mampir ke : ruangkara.id

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tentang Keputusasaan

17 Oktober 2021   04:24 Diperbarui: 17 Oktober 2021   05:46 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada kalanya diriku sekedar membasuh luka di hatimu
Untuk sekarang purnama bulan belum redup dalam hatimu
Bintang-bintang masih butuh jutaan tahun cahaya untuk sirna
Matahari masih mempertahankan wibawanya dalam hatimu
Aku...
Apa aku?
Sekedar komet yang lewat di belahan dunia lain
Berkunjung dalam kehampaan mu
Sekedar tegur sapa untuk lebih mengenalmu
Cincin Saturnus masih terus melekat dalam dirimu
Sekedar hati Mars pun tetap tak bisa jatuh hati padamu, mengingat Jupiter jauh lebih elegan
Aku, apalah aku
Bercahaya ketika engkau redup
Memikat hati ketika engkau bersedih
Sejatinya aku ingin sepertinya
Menjadi bagian dari cincin kehidupan mu
Peliknya menusuk hati
Ketika kamu masih memiliki yang lain
Seperti anak kecil
Aku mencoba untuk menarik hatimu lebih dalam
Menjelajahi galaksi dari berbagai sudut
Seumpama kamu pergi.... Tak apa karena sedari awal cahaya bintang hanya redup ketika fajar
Cahaya matahari akan bersinar jauh lebih terang
Tak apa engkau meninggalkanku
Karena kehadiranku menurutmu hanyalah penyembuh atmosfer kehidupan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun