Bayangkan ini: seorang ayah tengah bersantai di ruang tamu, menyalakan sebatang rokok sambil menonton televisi. Di sebelahnya, anak berusia tiga tahun sedang bermain boneka, tampak riang tanpa tahu bahwa setiap hembusan asap rokok yang ia hirup diam-diam merusak tubuh mungilnya. Mungkin terlihat sepele, tapi faktanya, merokok di dekat anak bisa menjadi bencana kesehatan jangka panjang bagi sang buah hati.
Jika Anda masih suka merokok di dekat anak, saatnya berhenti dan menyimak fakta-fakta berikut. Karena bahaya yang mengintai bukan hanya sesaat, tapi bisa berdampak seumur hidup.
Racun dalam Asap Rokok: Lebih dari Sekadar Bau Tak Sedap
Tahukah Anda bahwa asap rokok mengandung lebih dari 7.000 zat kimia? Di antaranya terdapat sekitar 70 zat yang terbukti bersifat karsinogenik, alias pemicu kanker. Zat berbahaya seperti nikotin, karbon monoksida, formaldehida, arsenik, hingga amonia tersebar di udara setiap kali seseorang merokok.
Dan yang paling mengerikan: anak-anak yang tidak merokok tapi terpapar asap rokok---disebut perokok pasif---ikut menanggung risikonya.
Menurut World Health Organization (WHO), lebih dari 1,2 juta orang meninggal setiap tahun akibat paparan asap rokok meskipun mereka bukan perokok aktif. Banyak di antaranya adalah anak-anak.
Mengapa Anak Lebih Rentan?
Tubuh anak masih berkembang. Paru-parunya belum sepenuhnya matang, sistem kekebalan tubuhnya belum sekuat orang dewasa. Artinya, saat mereka menghirup asap rokok, dampaknya jauh lebih parah.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tinggal dengan orang tua perokok memiliki risiko 2 kali lipat lebih tinggi untuk mengalami infeksi saluran pernapasan, seperti bronkitis dan pneumonia. Belum lagi risiko asma, batuk kronis, infeksi telinga tengah, dan gangguan tidur.
Bahkan, menurut riset dari American Lung Association, anak-anak yang terpapar asap rokok sejak dini cenderung memiliki kapasitas paru-paru yang lebih rendah saat dewasa.