Seorang guru berperan penting dalam perkembangan siswa, menjadi pembimbing dalam proses belajar mengajar yang menentukan sejauh mana siswa dapat memahami materi dan mengembangkan keterampilan.Â
Namun, tanpa disadari, beberapa kebiasaan yang mungkin dianggap sepele justru dapat berdampak buruk pada cara mengajar. Berikut ini adalah lima kebiasaan yang perlu dihindari karena berpotensi menghambat efektivitas pembelajaran di kelas.
1. Terlalu Fokus pada Metode Ceramah
Metode ceramah atau pengajaran satu arah masih banyak diterapkan dalam proses pembelajaran. Walaupun ceramah memiliki tempatnya, jika terlalu sering digunakan, siswa dapat menjadi pasif, hanya menerima informasi tanpa keterlibatan aktif.Â
Data dari sebuah studi di Indonesia menunjukkan bahwa 75% siswa merasa kurang tertarik dengan pembelajaran yang hanya mengandalkan ceramah dibandingkan dengan metode yang lebih interaktif seperti diskusi atau kegiatan kelompok.
Ceramah yang terlalu panjang dapat menyebabkan siswa kehilangan minat dan motivasi belajar. Akibatnya, proses pembelajaran yang diharapkan aktif dan produktif malah menjadi sebaliknya. Sebaiknya, guru memadukan berbagai metode pembelajaran seperti diskusi, kerja kelompok, dan proyek untuk meningkatkan partisipasi siswa dan membuat materi lebih mudah dipahami.
2. Mengabaikan Umpan Balik dari Siswa
Umpan balik dari siswa adalah informasi berharga yang dapat membantu guru meningkatkan kualitas pengajaran. Sayangnya, masih banyak guru yang kurang memanfaatkan umpan balik ini. Menurut hasil survei pada 2022, 60% siswa merasa bahwa pendapat mereka jarang didengar di kelas.
Ketika siswa merasa suaranya tidak didengar, mereka mungkin kehilangan minat dan merasa tidak dihargai. Hal ini juga menghambat guru dalam menyesuaikan metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk secara aktif meminta dan menerima umpan balik dari siswa, misalnya melalui kuesioner sederhana atau diskusi terbuka, sehingga dapat mengetahui apa yang perlu ditingkatkan.
3. Terlalu Berfokus pada Materi Akademik
Guru yang terlalu fokus pada pencapaian materi akademik dan nilai ujian sering kali lupa bahwa proses pembelajaran juga mencakup pengembangan keterampilan sosial, kreativitas, dan karakter siswa. Berdasarkan data dari UNESCO, siswa yang terlibat dalam kegiatan non-akademik seperti seni, olahraga, dan program pembelajaran karakter memiliki tingkat kepuasan belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang hanya terfokus pada aspek akademik.
Kondisi ini mengingatkan kita bahwa guru perlu menyisihkan waktu dalam pembelajaran untuk aktivitas yang mendorong perkembangan karakter siswa, seperti bekerja sama, berpikir kritis, dan mengelola emosi. Dengan begitu, siswa tidak hanya pandai secara akademik, tetapi juga memiliki keterampilan hidup yang diperlukan untuk masa depan.
4. Kurang Mengembangkan Kreativitas dalam Mengajar
Kreativitas dalam mengajar bukan hanya soal menggunakan alat bantu visual atau teknologi, tetapi juga cara menyampaikan materi dengan cara yang menarik dan relevan bagi siswa. Banyak guru yang terjebak dalam rutinitas mengajar tanpa variasi, padahal hal ini dapat membuat pembelajaran monoton dan membosankan bagi siswa.