Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Seorang Pengajar dan Penulis lepas yang lulus dari kampung Long Iram Kabupaten Kutai Barat. Gamers, Pendidikan, Sepakbola, Sastra, dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa yang Membuat Hidup di Kota Jakarta Terasa Begitu Keras?

10 November 2024   11:00 Diperbarui: 10 November 2024   11:16 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://blog.kazee.id/menelisik-tradisi-merantau-dan-stigma-jakarta-keras)

Jakarta, ibu kota Indonesia, adalah kota dengan sejuta harapan dan peluang. Namun, di balik segala hiruk-pikuk dan gemerlapnya, Jakarta menyimpan berbagai tantangan yang membuat kehidupan di sana terasa berat. 

Dari kemacetan yang tiada henti, kualitas udara yang memprihatinkan, hingga persaingan yang ketat di dunia kerja, banyak faktor yang menyulitkan warga Jakarta untuk menjalani hidup dengan tenang.

1. Kemacetan Lalu Lintas yang Tak Kunjung Usai

Salah satu aspek yang paling nyata dari kerasnya kehidupan di Jakarta adalah kemacetan yang sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Menurut laporan dari TomTom Traffic Index, Jakarta termasuk dalam 10 kota paling macet di dunia pada tahun 2023. 

Kemacetan ini bukan hanya menghabiskan waktu, tetapi juga energi serta kesehatan mental warganya. Rata-rata warga Jakarta menghabiskan sekitar 4 hingga 5 jam per hari hanya untuk bepergian dari rumah ke kantor dan kembali lagi. Dampak negatif dari kemacetan ini bahkan lebih besar bagi masyarakat yang tinggal di pinggiran kota, yang harus rela mengorbankan waktu lebih banyak lagi.

Selain itu, kemacetan juga berkontribusi terhadap meningkatnya emisi karbon di kota tersebut. Setiap hari, ribuan kendaraan pribadi dan angkutan umum mengeluarkan polutan berbahaya yang mengotori udara. 

Dampak dari polusi udara ini sangat serius; Jakarta sering tercatat sebagai salah satu kota dengan kualitas udara terburuk di dunia, seperti yang dilaporkan oleh IQAir pada tahun 2024. Kualitas udara yang buruk ini dapat memicu berbagai penyakit pernapasan dan meningkatkan risiko kesehatan bagi penduduknya.

2. Biaya Hidup yang Tinggi

Kehidupan di Jakarta tidaklah murah, terutama bagi mereka yang tidak memiliki penghasilan tinggi. Biaya kebutuhan dasar, seperti makanan, tempat tinggal, dan transportasi, terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), biaya hidup di Jakarta lebih tinggi dibandingkan dengan kota-kota besar lain di Indonesia. Rata-rata biaya hidup per bulan untuk seorang individu di Jakarta mencapai Rp 7 juta hingga Rp 10 juta, tergantung pada gaya hidup dan lokasi tempat tinggal.

Harga sewa tempat tinggal juga merupakan salah satu tantangan besar. Di pusat kota, harga sewa apartemen kecil bisa mencapai Rp 4 juta hingga Rp 6 juta per bulan, sementara rumah di pinggiran kota pun kini ikut melonjak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun