Mohon tunggu...
Ardiansyah jainis
Ardiansyah jainis Mohon Tunggu... Arsitek - Mahasiswa

Arsitektur Universitas Riau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terima Kasih, Ibu Pertiwi

29 Mei 2020   17:52 Diperbarui: 29 Mei 2020   17:48 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika saya gagal mungkin saya tidak tau lagi bagaimana cara untuk berkuliah, jadi saya berpikir saya tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan itu, tapi kembali lagi ke kepercayaan saya selaku umat beragama tentang mainset semua sudah di tentukan tuhan.

Setelah saya lulus pdss dan saya beranikan untuk mengambil Teknik sipil di universitas Riau, karna ini ada kaitan dengan mimpi menjadi seorang insinyur, namun kembali lagi ke persaingan SNMPTN tidak lah mudah. Kita bersaing dengan semua lulusan SMA yang ada di Indonesia, bukan hanya dengan teman satu sekolah, namun disini lah hambatanya, saya yang biasa-biasa saja berani mengambil jurusan teknik sipil, yang mana banyak orang yang menginginkan jurusan tersebut, ternyata pesaing datang bukan dari orang luar, melainkan dari teman sejawat saya sendiri, yang mana waktu itu dia posisinya sebagai juara umum sekolah.

Jika  bersaing dengan saya maka saya akan kalah telak, dan disitu saya harus berimprovisasi untuk tidak menyia-menyiakan kesempatan SNMPTN itu, saya harus memikirkan bagaimana saya harus tembus jalur ini, jikalau tidak tembus maka saya tidak akan kuliah, karna kemampuan otak yang pas pasan membuat peluang SB dan pengaruh ekonomi yang menghambat saya untuk masuk swasta. dan ketika dekat waktu pendaftaran SNMPTN tiba-tiba saya melihat di televisi seorang gubernur jawa barat yang dulunya masih menjabat sebagai walikota Bandung, yap benar bapak Ridwan Kamil, seorang pemimpin yang mampu merubah wajah bandung dan seorang akademisi yang berlatar belakang arsitek, dari hal ini saya memutuskan untuk berbelok dari teknik sipil ke arsitektur, dan ternyata jodoh, di Universitas Riau waktu itu baru berdiri jurusan Arsitektur, berdiri sebagai jurusan baru dua tahun waktu saya masuk tepatnya pada tahun 2018 dan ada sudah sejak dari 2009, yang mana Arsitektur Unri sebelum jadi jurusan dulu dia berada di naungan jurusan Teknik Sipil.

Berkat melihat bapak Ridwan Kamil ini saya memutuskan untuk mengambil jurusan Arsitektur, pada waktu itu saya belum tau bagaimana banyaknya keluar uang sewaktu menimba ilmu sebagai mahasiswa arsitek, dan mungkin jikalau di hubungkan ke ekonomi saya lagi semakin tidak akan bisa orang tua saya untuk menguliahkan, dan disinilah di mulai sakit sakit nya untuk berkuliah.

Sebelum memututuskan mengambil arsitek terlebih dahulu saya mempertimbangkan di masalah biaya, waktu itu belum terpikir biaya penunjang kuliahnya, seperti biaya alat gambar dan lain lain,  saya masih memikirkan biaya SPP atau mungkin kalo di universitas negri lebih di kenal sebagai Uang Kuliah Tunggal. Dan akhirnya saya mendapat info kalau beasiswa bidikmisi itu ada, yang saya ketahui waktu itu bidikmisi adalah beasiswa berprestasi, dan saya adalah siswa yang tidak memiliki prestasi satupun, tapi kembali lagi ke cara yang saya ambil waktu SNMPTN, yaitu coba dulu, lulus Alhamdulillah galulus gajadi kuliah, akhirnya saya ambil beasiswa ini.

Waktu pengumuman SNMPTN pun tiba, dan saya terkejut sewaktu saya mau berangkat sekolah saya di hampiri salah seorang guru saya di jalan, dan dia memberitahu kalau saya lulus SN, tapi saya masih belum mau terlalu berharap, walau sebenarnya pengumuman SN ini hari kemarin, namun karna saya tidak memiliki hp untuk mengakses internet jadi saya telat dapat info, dan allhamdulillah mimpi buat jadi seorang insinyur seperti pak haibibi perlahan lahan terwujud, walau pak habibie di bidang penerbangan dan saya di bidang pembangunan, dan dua hal ini Cuma berbeda subjek saja,  setidaknya saya berhasil lulus di Arsitektur Unri, walau waktu itu akreditasi masih C, bagi saya akreditasi jurusan bukanlah masalah bagi seorang engineer, ang terpenting adalah skill dan softskill.

Walau tak menjadi  seorang insinyur saya bersyukur bisa lulus di kampus Unri dan lulus di jurusan Arsitektur fakultas teknik. Namun itu hanyalah awal perjuangan, perjuangan belum di mulai, itu menurut saya.  Awal niat saya di uji pertama kali ialah sewaktu penentuan UKT Mahasiswa, dan saya terkejut karna mendapat golongan 4, sekitaran 3 juta'an waktu itu kalau tidak salah, dan saya sangat sangat  sedih menimbang bagaimana cara saya mendapatkan uang sebanyak itu dengan kondisi orang tua seperti itu, pintu pertama terbukak tetapi masih ada pintu lain yang harus saya lewati, niat di uji berkali kali rasanya,  dan saya belum tau masih berapa pintu yang harus saya hadapi, begitulah kurang lebih gambarannya.

Kembali lagi ke tekad kuliah, akhirnya saya mendapatkan jalan bahwa seorang pelamar bidikmisi ternyata di perbolehkan tidak membayar UKT, dan waktu itu status saya masih berstatus sebagai pelamar  bidikmisi, dan allhamdulillah sudah ada jalan, namun pintu masalah selanjutnya datang, yaitu masalah dimana saya menetapjikalau di pekanbaru, kita tau untuk ngekos atau ngontrak itu di kota  sangatlah mahal dan orang tua mungkin bakalan minjam sana minjam sini kalau saya tetap bersih kukuh untuk berkuliah, dan lagi lagi tuhan tahu pikiran hambanya sedang buntu, ada saja jalan oleh tuhan bagi kehidupan saya, saya di ijinkan tinggal dengan keponakan serumah tanpa bayar karna mungkin keponakan saya ini orang tuanya sudah menjadi orang berhasil, lagi lagi do'a terjawab, itu Cuma bebarapa masalah yang selalu ada jalan keluarnya bagi saya, titik masalah terberat mungkin ketika saya mau memulai perkuliahan tiba tiba bapak saya sakit dan di vonis gagal ginjal, hampir dua bulan bapak saya tidak bisa bekerja, dan dari mana saya makan, jangan tanyakan itu, karna tak kan sia sia sang pencipta menciptakan hambanya,

Ibaratkan waktu itu sebelum keluar bidikmisi saya berkuliah seakan akan hari demi hari saya selalu berpikir bagaimana cara saya untuk bertahan dari hari ke hari di kota, dan allhamdulillah satu semester saya bertahan dan bidikmisi saya lulus, dan sekarang saya sudah menikmati uang bidikmisi, dari sebelumnya saya merasakan kesulitan sekarang saya sudah lumayan walau saya belum merasa cukup karna untuk kuliah di arsitektur mungkin kawan kawan tau bagaimana uang yang keluar, tapi yang namanya hidup tidak akan mudah terus, pasti ada lobangnya.

Setelah saya lulus bidikmisi saya berpikiran bagaimana membalas jasa ibu pertiwi ini, saya adalah seseorang yang biasa biasa saja tidak mempunyai prestasi untuk di banggakan, akhirnya saya memilih aktif di organisasi, di awali dengan menjadi koordinator bidikmisi untuk fakultas teknik pada forum mahasiswa bidikmisi di kampus saya, namun selaku anak kampung saya memliki kendala dari segi bahasa, karna saya baru megenal kota itu baru baru pas kuliah, dan untuk bergaul saja saya selalu menjadi anak pendiam, bukan karna saya pemalu melainkan karna saya kurang bisa berbahasa Indonesia, padahal ilmu komunikasi di dunia arsitektur sangat sangat di perlukan.

Dan akhirnya ketika saya menjalani amanah sebagai koordinator bidikmisi ini membuat saya tumbuh dan perkembang sebagai mahasiswa sosial, mulai dari memperjuangkan orang orang yang tak bisa kuliah sampai ke mendengar curhatan mahasiswa untuk di loloskan di bidikmisi, sampai saya pernah di telpon salah seorang orang tua dari calon mahasiswa untuk meloloskan beasiswa bidikmisi anaknya karna mengira saya ada wewenang untuk meloloskan mahasiswa bidikmisi, dari sini saya melihat bukan hanya saya yang mengalami hal ini, pikiran saya menjadi terbuka masih banyak di luar sana hati yang sangat ingin kuliah namun terkendala, ada banyak di luar sana mimpi yang tumbuh, Cuma hanya sedikit yang tekadnya mampu mematahkan panggung keadaan, setiap tahun saya terlibat mengantarkan info bidikmisi ini sampai ke desa desa lewat program BIDIKMISI GOES TO SCHOOL FORUM MAHASISWA BIDIKMISI UNIVERSITAS RIAU. Dan yang palin mengesankan itu saya pernah menempuh jarak 200 KM dari kampung menuju lokasi di kabupaten Kampar, dan jalanan kesana sangatlah tidak bersahabat, kebun sawit dan tanpa aspal ,tapi kembali lagi ke niat dan rasa terima kasih tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun