Industri penyiaran terus beradaptasi dan berkembang guna menyetarakan diri dengan perubahan yang terjadi. Inovasi menuju arah yang lebih baik, praktis dan digital menuntut adanya pergeseran total yang semula berada pada ranah analog. Media elektronik (radio dan televisi) perlahan juga mengalami nasib yang sama. Meski belum gulung tikar, namun mereka mulai melakukan efisiensi di segala bidang. Industri penyiaran terus beradaptasi dan berkembang guna menyetarakan diri dengan perubahan yang terjadi. Inovasi menuju arah yang lebih baik, praktis dan digital menuntut adanya pergeseran total yang semula berada pada ranah analog.
Menurut bapak Abdul Khalik, ada beberapa strategi untuk menjaga eksistensi media TV, seperti misalnya, merger, konvergensi, dan Layanan On demand.
Merger dilakukan untuk melakukan efisiensi, menguasai pasar dan iklan, melalui penggabungan perusahaan, media dapat menguasai informasi, termasuk mendistribusikan informasi yang terkait dengan kepentingan perusahaan bahkan pemilik.
Konvergensi, dilakukan untuk menggabung atau mengintegrasikan media - media yang ada untuk diarahkan dan digunakan ke satu titik tujuan. Kemajuan teknologi memungkinkan media melakukan distribusi sebuah produk media melalui berbagai format dan platform.
Layanan on Demand, yaitu penjualan layanan streaming melalui video on demand, meningkat 11% secara global, sedangkan pendapatan televisi konvesional  secara global menurun hingga 6%. Rata - rata waktu yang dihabiskan konsumen di Indonesia untuk menonton televisi tidak berubah, sementara waktu yang di habiskan untuk internet  semakin naik.Â
Pada era industri 4.0 disrupsi komunikasi terjadi secara masif dengan tersedianya sebagian besar informasi pada dunia maya. Sehubungan dengan itu, media industri TV pastinya menghadapi persaingan sengit dengan media online yang menghadirkan kemudahan pengaksesan data maupun informasi.Â
Atas dasar urgensi terkait kemampuan media televisi dalam menjaga eksistensinya ditengah gempuran media sosial, membuat praktisi beserta akademisi menggelar berbagai forum diskusi salah satunya melalui Webinar Nasional yang diselenggarakan oleh Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie pada Jumat, 30 April 2021.Â
Media sosial memberikan dampak yang cukup kuat dari aspek pengguna hingga media penyiaran. Kehadiran media sosial sendiri seakan menjadi ancaman yang patut dikhawatirkan oleh berbagai stasiun televisi. Bahkan pengguna media sosial telah bertransformasi dari konsumen menjadi produsen (prosumen). Saat ini media sosial adalah sebuah keniscayaan, namun hal ini tidak menandakan keruntuhan media TV. Kendati tantangan yang dihadapi tidaklah sedikit, media TV dapat menerapkan berbagai strategi untuk mempertahankan tahtanya.Â
Media sosial dimanfaatkan guna menciptakan ekosistem tersendiri dalam berbagai bentuk dengan tetap memegang unsur jurnalistik sesuai core MetroTV dan Media Group. Hal ini diimplementasikan MetroTV melalui peningkatan penyiaran secara analog tetapi juga pada media-media lainnya dengan sifat digital. Â Fenomena digitalisasi televisi ini merupakan hal yang sangat alamiah sebab televisi masih harus menjalankan tugasnya sebagai pemenuh kebutuhan masyarakat akan akses informasi terkini dan terbarukan. Faktanya, televisi tetap menjadi sumber informasi terpercaya yang tentunya reliable terbukti dengan masyarakat yang kembali ke "media konvensionalnya" untuk memeriksa kebenaran dari apa yang mereka dapatkan di media sosial. Masyarakat lebih mempercayai televisi sebab informasi yang ditampilkan dianggap lebih kredibel.Â
Selain itu memang diperlukan adanya adaptasi sesuai dengan perubahan zaman guna menyediakan layanan lebih baik dengan kebutuhan masyarakat yang memungkinkan untuk dipenuhi dengan menyediakan berbagai macam pilihan. Bahkan era digitalisasi ini membawa MetroTV untuk melebarkan sayap melalui Integrated Digital Media, struktur baru Newsroom milik MG News, hingga perencanaan penuh akan fungsi newsroom terintegrasi yang masih dalam tahap pengembangan. Ini berarti baik siapapun dan dimanapun tidak dapat menghindari adanya digitalisasi.