Mohon tunggu...
Astriana
Astriana Mohon Tunggu... Freelancer - Pengarang

Review, sastra, diktat kuliah, mental health

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

FOMO, Penyakit Takut Ketinggalan

13 September 2022   19:44 Diperbarui: 14 September 2022   10:59 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang yang FOMO sekonyong-konyong ingin menjadi manusia super yang bisa dan berkesempatan untuk mendapatkan hal yang sama. Mendadak ingin kuliah sambil kerja plus merintis small bisnis dan setiap hari dapat semangat dari Mas Pacar. 

Ingin mempunyai kehidupan yang keren tanpa melihat mana yang sebenarnya dibutuhkan/diinginkan dan yang sesuai dengan kapasitas dirinya. Ingin terlibat dalam segala trend. Ingin sama dengan yang lain. Dan keinginan-keinginan lain yang menjelma menjadi obsesi buta.

Kehidupan media sosial seolah dibingkai menjadi kehidupan tanpa celah kesedihan. Sementara itu banyak hal yang tidak kita ketahui. Sisi pahit dibalik hal-hal tersebut, proses panjang yang telah dilewati, serta kekecewaan besar yang telah dialami.

Menjadi FOMO sama dengan menggonsumsi narkoba?

Menuruti FOMO yang tidak pada porsinya sama saja menjadi manusia rakus. Sama saja mengonsumsi narkoba. Karena jika diteruskan akan membentuk sebuah habit/kebiasaan yang merangsang otak kita untuk terus melakukannya setiap menemui rumput tetangga yang lebih hijau.  

Dan jika sebenarnya narkoba bisa dijadikan obat untuk menyembuhkan penyakit. Begitu juga dengan FOMO jika disetir menjadi motivasi diri yang disesuaikan dengan keinginan, kebutuhan, dan kemampuan. 

Kemudian diikuti dengan usaha yang telaten dan sungguh-sungguh. Maka FOMO jelas bisa memberi dampak positif tidak hanya bagi diri sendiri bahkan mungkin untuk orang lain. 

Sebaliknya jika FOMO disetir menjadi obsesi buta yang grasak-grusuk tanpa memperhatikan kemampuan diri maka kita akan menjadi gila karena hal itu. Kemudian terjadi keajadian yang tidak enak didengar seperti, "Karena ingin tas branded seseorang rela jual diri sambil pinjol sana-sini." konyol bukan?

Sehinga perlu bersyukur dengan apa yang dimiliki, bisa jadi posisi kita saat ini adalah posisi yang diinginkan banyak orang di luar sana. Jangan buru-buru tidak puas dengan apa yang dimiliki saat ini. Ketika terlintas sinyal-sinyal FOMO tanyakan pada diri sendiri setidaknya tiga kali, "Apakah ini hanya obsesi buta atau memang mimpi yang ingin aku wujudkan? Aku tidak melakukannya untuk mendapat validasi atau pujian dari orang lain tapi memang untuk diriku pribadi?" 

Sudah besar, jadilah orang yang punya pendirian. Tidak semua harus kita miliki. Jika dalam perjalanan kamu mengendarai motor jangan tiba-tiba ingin memakai mobil seperti orang yang kamu temui di jalan karena bisa jadi di perempatan depan akan macet. Tapi karena mengendarai motor kamu bisa menyelip lewat sela-sela yang kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun