Mohon tunggu...
Astriana
Astriana Mohon Tunggu... Freelancer - Pengarang

Review, sastra, diktat kuliah, mental health

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Stereotip Gender-Cowok Gak Boleh Nangis?

2 April 2021   21:37 Diperbarui: 2 April 2021   21:46 1553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Jika kekasih hatiku

            Pergi meninggalkan aku

Silahkan menyanyikannya sendiri sebagai refleksi kamu. Tapi sebelum itu mari kita lanjut.

Menurut Brizendine laki-laki memang lebih pelit menangis karena secara biologis mereka memiliki hormon testosteron yang lebih tinggi sehingga lebih kuat menahan tangis; memiliki saluran air mata yang lebih besar sehingga air mata tidak gampang jatuh; dan yang terakhir karena adanya perbedaan pada sel-sel kelenjar air mata.

Selain itu laki-laki juga lebih mengutamakan logika dibanding dengan perempuan yang mengedepankan hati. Maka bisa dikatakan mereka akan lebih tegar saat menemui masalah. Namun jika dalam keadaan sulit seperti gagal bisnis, tidak lolos seleksi, diputusin pacar, gagal nikah, ditipu orang ratusan juta, atau apalah terserah yang kira-kira sangat mengecewakan dan kesedihan itu membuat kamu (laki-laki) ingin menangis atau bercerita. Ya lakukan saja, itu hal wajar dalam mengkespresikan emosi. Dan lebih baik daripada menyalurkan kesedihan itu dengan mencekik mantan kamu, menyebar teror ke rekan bisnis, atau mengkonsumsi narkoba.

Tidak mudah menghapus stereotip yang telah melekat sangat lama seperti itu. Tapi kita masih bisa memulai perubahan diawali dari diri sendiri terlebih dahulu. Tanpa menghapus hakikat tanggung jawab yang diembankan kepada laki-laki. Kesedihan atau dalam hal ini menangis untuk beberapa kesempatan saya pikir malah menjadi kebutuhan. Baik oleh laki-laki atau perempuan sebenarnya.

Well, menangis bukan berarti lemah. Menangis adalah bahasa emosional yang bisa mencegah laki-laki dari depresi, pelecehan seksual, atau gila akut. Tidak adil jika kemudian lelaki yang menangis dikatakan lemah. Menangis juga tidak serta merta mengubah kamu (laki-laki) menjadi banci. Lagi pula tidak ada hukum di negara ini yang secara mutlak melarang laki-laki menangis. Bahkan mungkin diluar pengetahuan kita para wakil rakyat (yang laki-laki) pun pernah menangisi ketika gagal pemilu atau tidak mendapat kursi di senayan. Intinya tidak ada yang salah dengan menangis. Adalah hal yang wajar dan sangat normal untuk mengekspresikan kesedihan. Jadi yang ingin saya tekankan disini bukan cuma tentang laki-laki itu juga boleh nangis. Tapi yang tak kalah penting adalah menangis bisa menjadi follow up yang lebih baik ketika kamu (laki-laki) mempunyai masalah. Menangis kepada teman atau menangis sambil berdoa kepada Tuhan, itu akan menjadi alternative yang lebih menenagkan perasaan. Dibanding melampiaskannya pada hal-hal yang akhirnya merugikan diri sendiri. Lebih-lebih merugikan orang lain juga.

Sekian, terimakasih.

Referensi:

  • Yulianti Iswandiari. 2020. "Alasan Psikologis Mengapa Pria Lebih Sulit Menangis Dibanding Wanita. https://hellosehat.com/pria/penyakit-pria/mengapa-pria-sulit-menangis/ (diakses pada 2 April 2021
  • Hermawanti, Tanti. 2007. Budaya Jawa dan Kesetaraan Gender. Jurnal Komunikasi Massa. Vol. 1, No. 1.
  • Sakina, Ade Irma. Siti A, Dessy Hasanah. Menyoroti Budaya Patriarki di Indonesia. 118SHARE: SOCIAL WORK JURNAL. Vol. 7. No 1.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun