Mohon tunggu...
Ardi
Ardi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Swasta Mengabdi 12 Tahun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Baru di PHK, Apa yang Bisa Dilakukan?

19 Februari 2023   18:13 Diperbarui: 19 Februari 2023   18:32 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi hantu bagi sebagian orang. Karena bagi mereka yang sebelumnya tidak punya kerja sampingan, pasti galau. Makan tak enak, tidur tak enak, emosi jadi tak stabil, dan lain-lain. Khususnya bagi karyawan yang sudah berumah tangga. Tak dapat dipungkiri seorang kepala rumah tangga pasti akan memikirkan bagaimana agar dapur tetap ngepul.

Saya juga mengalaminya. Saya belum bisa berpikir dengan tenang selama lebih 2 minggu. Bahkan mencoba untuk menulispun belum bisa. Beberapa judul artikel sudah di kepala. Tapi ketika melanjut menuliskan materinya, ide jadi buntu. Hingga pada titik tertentu, saya berkata pada diri saya bahwa hidup terus berjalan, keluarga harus di nafkahi.

Namun sangatlah tak mudah untuk menata semangat itu kembali. Karena sudah terbiasa bekerja dan menerima gaji. Umur yang berbanding jauh dengan fresh graduated ini membuat tak mudah beberapa instansi menerimanya. Pasti kalah dengan usia muda yang masih segar dalam segala hal.

Artinya cara lama sudah tak bisa dipakai lagi. Yang saya amati umumnya, pada usia hampir kepala empat kebanyakan orang sudah punya usaha sendiri. Maka, saya pun 'putar kepala' kembali. Usaha. Ya, usaha. Menjual sebuah produk. Dulu saya pernah merintis jualan makanan beku. Apa masih bisa dilanjutkan? Sedangkan nomor WA saya sudah berganti, dan para pelanggan yang dulu juga sudah kehilangan kontak.

Lalu saya kembali pada konsep rejeki itu tadi, bahwa rejeki makhluk di muka bumi ini sudah ditetapkan oleh-Nya. Saya melanjutkan membuat produk yang sama. Karena hanya itu yang bisa saya buat. Yang penting saya buat dan saya pasarkan. Selanjutnya serahkan kepada Allah. Alhamdulillah masih ada yang beli walaupun tidak banyak. Saya kembali merintis dari awal.

Selanjutnnya apa yang saya lakukan? Saya perlu kata-kata motivasi untuk membangkitkan semangat saya. Beberapa tayangan di youtube yang saya tonton memberikan sedikit banyaknya wawasan baru. Diantaranya video dari Denny Santoso dengan judul Kena PHK, Stress? Kamu Ga Punya ini sih. Poinnya adalah diri kita ini adalah aset.

Ia melanjutkan, kita harus berpikir skill apa yang kita miliki? Lama kita di sekolah untuk mendapatkan ijazah. Lantas kita bergantung pada ijazah tersebut untuk bisa diterima kerja. Maka dapat dikatakan yang menjual kita adalah ijazah, bukan skill yang kita miliki. Kita dibekali ilmu untuk bekerja, tapi tidak memiliki kemampuan untuk menjual ilmu tersebut.

Yang pertama tanya pada diri sendiri skill apa yang kita punya? Yang kedua, bagaimana caranya menjual skill yang kita miliki? Jika kita tidak memiliki skill apapun, maka carilah dan pelajarilah. Bisa dari browsing, atau langsung belajar kepada orangnya. Ia juga menggambarkan hidup itu seperti kita bermain game.

Untuk meningkat pada level berikutnya kita harus memiliki skill. Semakin banyak berlatih, maka kitapun mempunyai banyak skill yang dapat kita gunakan untuk menaikkan level tersebut. Lain pula kata Helmy Yahya dalam acaranya Helmy Yahya Bicara. Dalam videonya yang berjudul PHK Bukan Kiamat, ia mengatakan bahwa ia gagal berkali-kali.

Saat posisinya menjadi Dirut RRI, lalu ia dipecat maka apa yang ia lakukan? Ikhlaskan dan sikapilah dengan positif. Ia percaya bahwa Allah punya rencana lain untuknya. Lanjutnya, ia pernah memanggil temannya yang baru dipecat. Rencananya ia ingin membantu temannya dengan memberikannya pekerjaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun