Mohon tunggu...
ardhani prameswari
ardhani prameswari Mohon Tunggu... Guru - guru

seorang yang sangat menyukai photography

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pentingnya Melenyapkan Intoleransi di Negara Multietnis

19 Mei 2022   22:49 Diperbarui: 19 Mei 2022   22:55 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Minggu ini kita dikejutkan dengan berita soal penolakan negara Singapura terhadap kunjungan Ustadz Abdul somad yang akan ke Singapura pada Senin (16/5/2022) bersama enam orang lainnya. Berita itu menjadi viral dan terus dibicarakan sampai sekarang.

Beberapa orang termasuk anggota DPR,  melihat hal itu sebagai hal yang tidak seharusnya terjadi, alasannya UAS adalah ulama besar di Indonesia. Bahkan ada pihak yang menganggap bahwa UAS terzalimi. Namun sebagian besar lainnya mengingatkan bahwa hal itu sudah seharusnya dilakukan oleh Singapura mengingat track UAS dengan ceramah-ceramahnya selain itu kita diingatkan bahwa itu adalah sepenuhnya kewenangan dari negara itu.

Alasan utama menurut pemerintah Singapura yang disampaikan oleh menteri dalam negeri mereka karena selama ini UAS dikenal sebagai penyebar ajaran ekstrimis dan segregasi yang cenderung tidak bisa diterima di wilayah yang multi ras dan multi agama seperti Singapura. Mendagri Singapura menyebut khotbah UAS soal bom bunuh diri adalah sah dan hukumnya mati syahid dan bagaimana dia membahas konflik Palestina dan Israel.

Menteri itu juga mengungkap bahwa UAS sering memberi komentar yang merendahkan komunitas non muslim dan menggambarkan salib Krsten sebagai jin kafir. Kebijakan ini mereka putuskan sebagai kebijakan negara yang harus diambil.

Asia Tenggara termasuk Indonesia , Singapura, Malaysia dan Filipina memang ditadirkan sebagai negara yang multietnis karena sejarah kewilayahan dan jejak perdagangan dari Eropa, Arab dan Asia Timur ke wilayah Asia Tenggara.  Tercatat, Indonesia punya paling banyak keberagaman.

Meski banyak orang menganggap bahwa UAS adalah ulama besar, namun point yang menjadi alasan Singapura adalah benar adanya. Bahkan yang bersangkutan sering mengkaitkan agama dengan politik dan menggunakan agama sebagai alat untuk membantu beberapa pihak untuk meraih kemenangan (kekuasaan). Sehingga kitabisa melihat keterbelahan terjadi di Jakarta sewaktu Pilkada Jakarta dan Indonesia umumnya juga terjadi saat Pemilihan Presiden 2014 dan 2019.

Kejadian ini sebenarnya bisa dibuat sebagai titik balik bahwa kita seharusnya lebih peka dan tidak lagi permisif soal radikalisme dan terorisme. Jika pihak lain mampu/bisa melihat apa yang dilakukan UAS itu sebagai faktor yang bisa memecah, maka seharusnya kita bisa mengambil hikmah dari kejadian ini untuk tidak lagi mentolelir sikap/tindakan yang mengarah kepada ajakan intoleran dan radikal.

Tak seharusnya kejadian ini diglorifikasi dan menjadikan ybs korban yang terzalimi.  Bertamu juga memiliki adab, kita harus meminta ijin kepada pemilik rumah untuk masuk ke dalam rumahnya. Namun jika tidak di ijinkan masuk, itu merupakan hak si pemilik rumah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun