Mohon tunggu...
ardhani prameswari
ardhani prameswari Mohon Tunggu... Guru - guru

seorang yang sangat menyukai photography

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hijrah, Bukan Asal Beda

4 September 2019   00:56 Diperbarui: 4 September 2019   01:07 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses Hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah dan Madinah adalah satu pekerjaan yang tidak mudah pada masa itu. Apalagi hijrah itu dilakukan pada situasi yang tidak aman. Perang antar suku terjadi. Perisitwa itu juga merupakan fenomena yang  amat bersejarah dalam sejarah Islam.

Saat itu usia Nabi Muhammad adalah 52 tahun sehingga bisa dikatakan sebagai tak muda lagi untuk perjalanan yang mungkin tak jauh tapi butuh energy. Nabi juga focus pada misi khususnya yaitu mendamaikan suku Aus dan Khazraij yang terlibat dalam konflik tak berkesudahan. Perang yang mereka lakukan selama 40 tahun itu membuat mereka lelah dan tidak berdaya lagi.

Akhirnya dengan kehadiran Nabi ke Madinah, pertikaian mereka terhenti dan nabi dielu-elukan bak Pahlawan. Sosok Nabi memang layak untuk dipuji karena jujur, adil dan penuh kasih bagi semua orang. Dia tidak membedakan suka mana dan apa.. Figur yang amat dinantikan oleh penduduk sekitar Madinah. Daerah itu kemudian berubah menjadi damai dan semua suku merasa betah dan hidup rukun.

Lebih jauh soal hijrah adalah lahirnya sebuah peradaban Islam yang memperbaiki semua masa lalu. Peradaban ini adalah peradaban masyarakat modern yang damai dan berkeadaban. Mereka hidup damai sampai jauh setelah Nabi wafat.  

Salah satu inti dari Hijarah itu adalah adil. Adil dalam melihat persoalan, atau peristiwa. Tidak karena dekat dengan salah satu pihak kemudian selalu membela pihak itu meski salah. Atau karena satu garis maka akan selalu membelanya. Adil harus ikhlas untuk bisa memperlakukan orang atau pihak secara sama.

Ketika ikhlas yang perlu diperhatikan adalah pelepasan untuk mengunggulkan kepentingannya. Ikhlas yang termaktub dalam hijrah adalah berani untuk berjalan di jalan yang sebelumnya berbeda dan mungkin tak disukai atau tidak popular.  Tapi semuanya akan bermuara pada kebaikan.

Akhir-akhir ini kita mendengar hijrah maka kita berfikir pada kelompok masyakat yang memandang hijrah dengan tidak tepat. Masyarakat saat ini mudah sekali terprovokasi hoax dan fitnah, bahkan tidak sedikit yang memainkan isu SARA untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Akhirnya, banyak tragedi intoleransi antar sesama yang mengakibatkan konflik horisontal di berbagai daerah. Negara kita masih belum bisa memaknai hijrah dengan tepat dan dalam.

Karena itu Hijrah yang dilakukan Nabi Muhammah harus bermakna jauh lebih luas dan bukan sekadar perjalanan pindah dari Mekkah ke Madinah. Di zaman ini, hijrah harus juga dimaknai sebagai menyatukan bangsa, bukan sal beda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun