Mohon tunggu...
ardhani prameswari
ardhani prameswari Mohon Tunggu... Guru - guru

seorang yang sangat menyukai photography

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ulama Sebagai Penjaga Kerukunan Bangsa

22 Maret 2018   07:23 Diperbarui: 22 Maret 2018   09:37 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jaga Persatuan - sahabattanahair.id

Dalam beberapa bulan kebelakang, kita tentu mengenal beberapa istilah yang mendadak muncul, lalu mendadak hilang. Mendadak menjadi agamis, tapi mendadak menjadi alim. Jelang pilkada DKI pada saat isu penistaan agama mencuat, muncul istilah aksi bela Islam. Masyarakat pun mengamini dengan ikut datang dalam aksi 411 dan 212. Jutaan manusia berkumpul di monas, karena merasa agama yang diyakininya dinista. Lalu, setelah polisi menetapkan HRS sebagai tersangka, muncul aksi bela ulama. Karena penetapan tersangka itu dianggap sebagai upaya mengkriminalkan ulama. Dan aksi bela ulama ini, terus masih sering kita dengar hingga saat ini.

Pertanyaan sederhana kemudian muncul. Apakah ulama harus dibela? Lalu, ulama seperti apa yang harus dibela? Dan orang seperti apa yang disebut sebagai ulama? Mungkin masih banyak pertanyaan-pertanyaan lagi yang bermunculan. Kenapa? Karena akhir-akhir ini seringkali banyak orang yang merasa mengerti agama menyebut dirinya sebagai ulama. Ironisnya, pihak yang merasa dirinya sebagai bagian dari ulama ini, justru berperilaku yang terkadang tidak patut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ulama adalah orang yang ahli dalam hal atau dalam pengetahuan agama Islam. Sementara dalam bahasa Arab, bisa diartikan sebagai orang yang berilmu atau yang mempunyai ilmu. Dalam Al Quran sendiri juga disebutkan,  "Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberikan ilmu (ulama) beberapa derajat."(QS. Al-Mujadalah: 11)

Jika mengacu pada definisi diatas, setidaknya keseharian seorang ulama harus bisa memberikan pesan positif, pesan damai, dan pesan yang menyejukkan bagi lingkungan sekitar. Ilmu yang dimiliki oleh ulama, harus bisa memberikan pencerahan bagi semua orang. Jangan sampai ulama justru melakukan tindakan-tindakan yang tidak bertanggung jawab. Misalnya, menebar kebencian terhadap pihak-pihak yang berbeda secara agama, latar belakang, dan lain sebagainya. Tak jarang, informasi yang disebarkan tersebut hoax alias tidak benar.

Ulama harus bisa sinergis dengan semua pihak, termasuk dengan pemerintah atau pejabat tinggi. Bentuk sinergis ini harus tetap mengingatkan, jika para pihak tersebut melakukan hal-hal yang bertentangan. Harapannya, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah bisa memberikan manfaat kepada masyarakat. Sehingga kebijakan yang keluar adalah kebijakan yang bisa merangkul semua kepentingan. Ulama juga harus tetap mengingatkan pentingnya menghormati keberagaman. Karena pada dasarnya ulama adalah penjaga bangsa.

Tanpa ulama negeri ini tidak akan bisa berjalan secara semestinya. Indonesia merdeka tidak bisa dilepaskan dari peran ulama. Sebelum muncul sekolah modern seperti sekarang ini, pendidikan masyarakat ketika itu banyak memilih belakar di pesantren adan sekolah yang dikelola Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Dua organisasi ini juga mempunyai banyak ulama, yang terbukti telah memberikan kontribusi untuk negeri ini. Dan kontribusi tersebut terbukti tidak hanya mencerdaskan, tapi juga merukunkan dan mampu hidup berdampingan dalam keberagaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun