Mohon tunggu...
ardhani prameswari
ardhani prameswari Mohon Tunggu... Guru - guru

seorang yang sangat menyukai photography

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jadilah Penyeru Kebenaran, Bukan Penyeru Kebencian

2 November 2017   09:58 Diperbarui: 2 November 2017   10:14 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop Hoax - http://www.rmolsumbar.com

Perkembangan teknologi informasi saat ini begitu pesat sekali. Banyak pihak yang merasakan dampak positif akibat perkembangan ini, namun tidak sedikit pula yang merasakan dampak negatif ini. Hal ini menunjukkan, bahwa perkembangan teknologi informasi ibarat dua sisi mata uang. Jika disalahgunakan untuk kepentingan yang tidak baik, maka dampak yang dihasilkan pun akan negatif, dan memunculkan kejahatan siber. Salah satunya adalah ujaran kebencian. Ujaran kebencian ini begitu masif terjadi, ketika pilkada DKI Jakarta beberapa saat lalu. Antar pendukung bisa saling hujat, hanya karena berbeda pilihan politik.

Ujaran kebencian ini diperkirakan akan terus mengalami peningkatan. Jelang pilkada 2018 dan pilpres 2019, suhu politik yang terus memanas dikhawatirkan bisa memicu semakin maraknya ujaran kebencian. Menko Polhukam Wiranto memperkirakan, ujaran kebencian akan semakin jelang pilpres. "Saya mengatakan hati-hati jangan dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok yang radikal untuk membangun suatu kebencian, membangun kecurigaan, membangun konflik satu dengan yang lain, ini mereka biasanya kan masuk di situ," katanya dalam sebuah media online beberapa waktu lalu.

Pernyataan Wiranto ini, juga terlihat dalam laporan kejahatan siber di Mabes Polri. Kejahatan berupa pencemaran nama baik, hate speech atau tindak pidana diskriminasi berdasarkan SARA, angkanya melangami peningkatan. Dari semua kasus  kejahatan siber yang terjadi di seluruh Indonesia, 80 persen diantaranya terkait dengan ujaran kebencian.

Untuk itulah, mari kita tangkal ujaran kebencian ini sejak dini. Apalagi  sebentar lagi akan digelar pilkada serentak pada 2018 mendatang. Tinggal hitungan bulan saja. Tentu publik tidak berharap, pilkada serentak di berbagai daerah tersebut tidak terjadi seperti di Jakarta. Semestinya kita bisa belajar dari pilkada DKI Jakarta, yang terus dihujani ujaran kebencian. 

Tidak sedikit para pihak yang menjadi tersangka, karena kasus pencemaran nama baik. Dan tidak sedikit pula, masyarakat tak berdosa yang menjadi korban akibat aksi persekusi. Bahkan, tempat ibadah juga sempat dikotori dengan spanduk berisi ujaran kebencian. Karena itulah, mari kita cerdas dalam bertutur katan dan berujar dalam media sosial.

Cerdas bermedia sosial menjadi jalan tengah yang efektif, agar tidak mudah terprovokasi, dan tidak mudah sharing sebelum saring. Terkadang kita seringkali meneruskan pesan yang tidak kita tahu kebenarannya. Terkadang kita juga sengaja meneruskan pesan provokatif, untuk melihat reaksi publik. Stop. 

Mulai saat ini jangan lagi melakukan tindakan seperti diatas. Jangan lagi menyebarkan pesan negatif. Saatnya, menjadi penyeru kedamaian. Sebarkan pesan-pesan damai dalam setiap status yang kita tulis, dalam setiap tulisan yang kita tulis, dalam setiap ucapan yang kita katakana, dan dalam bentuk karya lain. Karena memang begitulah karakter masyarakat Indonesia. Ramah kepada siapa saja, bukan mudah marah kepada siapa saja.

Generasi muda yang cerdas, tentu tidak akan mudah terprovokasi. Generasi muda yang cerdas, akan menjadi generasi toleran, yang saling menghargai dan menghormati keberagaman. Bukan mempersoalkan keberagaman dan perbedaan, hanya karena merasa dirinya dan kelompoknya paling benar. Generasi yang cerdas, tentu lebih memilih menjadi penyeru kebenaran, bukan penyeru kebencian yang bisa menjadi pemicu konflik. Kalau konflik ini terjadi, tentu akan sangat disayangkan, karena bisa berpotensi mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun