Mohon tunggu...
ardeliastephaniejuganda
ardeliastephaniejuganda Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Kelas XII SMA

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Ancaman Tersembunyi di Balik Merkuri dalam Kosmetik

25 November 2024   07:26 Diperbarui: 25 November 2024   08:35 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto skincare yang mengandung merkuri (Sumber: berkeluarga.com)

Kosmetik merupakan produk yang digunakan pada organ tubuh bagian luar manusia, bertujuan untuk membersihkan dan memelihara tubuh agar tetap dalam kondisi yang baik secara fisik. Merkuri (Hg) merupakan salah satu bahan yang seringkali dimunculkan dalam komposisi kosmetik di zaman ini. Kerap dikenal sebagai air raksa, merkuri merupakan logam berwujud cairan dalam suhu ruang (25C) dan memiliki warna keperakan. Terdapat 3 jenis merkuri, yaitu merkuri elemental, merkuri organik dan merkuri anorganik.

Pada awalnya, merkuri anorganik dapat dikaitkan dengan kosmetik karena kandungannya yang ditemukan pada salep-salep sebagai antiseptik. Penggunaan merkuri sayangnya tidak boleh diterapkan sembarangan. Saat ini, merkuri dianggap sebagai alat untuk memutihkan kulit dengan cepat. Hal ini dapat terjadi karena kemunculan stigma yang menyatakan bahwa kulit seseorang harus putih agar dapat dikategorikan sebagai 'cantik'. Stigma tersebut mendorong merkuri untuk marak ditonjolkan dalam kosmetik oleh berbagai produsen kosmetik sebagai krim pencerah wajah.

Kembali lagi dengan fakta bahwa merkuri merupakan zat logam berat yang sifatnya beracun. Menurut penelitian yang dimuat dalam Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology, bahan kimia seperti merkuri dapat memicu terjadinya iritasi kulit. Gejala iritasi kulit yang dirasakan berupa gatal, perih, dan kemerahan pada wajah. Ruam kemerahan merupakan efek samping merkuri pada wajah yang paling sering muncul. Ini karena merkuri mengandung senyawa klorida yang dapat membuat kulit terasa terbakar. Kulit akan semakin mudah terkelupas akibat merkuri sehingga dapat membuat kulit wajah menjadi perih.  Lapisan kulit pun akan semakin menipis. Kulit yang menipis akan membuat skin barrier menjadi rusak.

Akan tetapi, apabila digunakan dalam jangka waktu panjang, merkuri dapat menyebabkan berbagai penyakit organ dalam. Merkuri memiliki sifat karsinogenik yang berarti merkuri dapat memicu munculnya kanker kulit. Tidak hanya menyerang orang dewasa, merkuri juga dapat menyerang anak-anak dan mengakibatkan penyakit infantile acrodynia atau sering disebut sebagai pink disease yang disebabkan oleh keracunan merkuri. Selain itu, ketika merkuri masuk ke dalam tubuh, para konsumen dapat mengalami beberapa gejala seperti insomnia serta penurunan fungsi kognitif dan daya ingat. Meskipun memiliki banyak dampak yang merugikan kesehatan manusia, produk kosmetik yang mengandung merkuri masih kerap kali dijual di toko-toko offline maupun online. 

Mengingat bahwa maraknya dampak negatif dari penggunaan merkuri bukan hal sepele, pemerintah pun telah bertindak melakukan pencegahan. Berdasarkan PP Nomor 74 Tahun 2001 tentang Bahan Berbahaya dan Beracun, merkuri termasuk dalam kategori bahan berbahaya dan beracun. Selain itu, BPOM pun telah melarang penggunaan merkuri dalam kosmetik melalui Peraturan BPOM Nomor 23 Tahun 2019 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetik. Melalui peraturan tersebut, diharapkan agar produsen kosmetik mengurangi penggunaan merkuri dalam pembuatan kosmetik.

Selain memberikan dampak pada kesehatan fisik konsumen, penggunaan merkuri juga dapat menyebabkan suatu ketergantungan. Pengguna dapat merasa tidak percaya diri dengan penampilan alami kulitnya tanpa produk merkuri karena terbiasa menggunakan produk yang memberikan efek secara instan. Ini sering menyebabkan kecanduan untuk terus menggunakan produk berbahaya tersebut. Setelah berhenti menggunakan produk merkuri, kulit dapat mengalami breakout parah seperti jerawat, iritasi, atau peradangan.

Penggunaan kosmetik merkuri juga sering menyebabkan kulit tampak cerah secara instan karena merkuri menghambat pembentukan melanin. Namun, jika pengguna berhenti, kulit bisa menjadi kusam, iritasi, atau bahkan muncul bercak hitam karena lapisan pelindung kulit telah rusak. Ketergantungan ini membuat pengguna merasa harus terus memakai produk untuk menjaga penampilan. Hal ini membuat pengguna merasa terpaksa kembali menggunakan produk tersebut untuk memperbaiki efek negatifnya.

Walaupun merkuri memberikan hasil instan terhadap kulit, merkuri pun dapat memberikan dampak yang sangat buruk bagi kesehatan. Penggunaan dalam jangka waktu singkat hanya akan merusak kulit, tetapi apabila digunakan dalam jangka waktu panjang, organ dalam tubuh berpeluang untuk rusak. Oleh karena itu, marilah kita menjaga kesehatan, baik dari dalam maupun luar dengan mengurangi penggunaan bahan berbahaya dalam kosmetik. Cara menghindari terpapar bahaya kandungan merkuri adalah membaca komposisi bahan yang digunakan dalam produk secara cermat, mengecek izin BPOM pada produk, serta menguji coba produk terlebih dahulu sebelum rutin digunakan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun