Mohon tunggu...
www.ArdaDinata.com
www.ArdaDinata.com Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Peneliti, Penulis dan Blogger

Pengasuh Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, blogger, dan penulis lepas. Minatnya dalam bidang motivasi, pendidikan, keluarga, psikologi, kesehatan, lingkungan hidup, dan jurnalistik. Kegiatan harian, selain membaca dan menulis, juga tercatat sebagai seorang PNS di Loka Litbangkes Pangandaran, Balitbangkes Kementerian Kesehatan R.I. \r\nhttps://www.ArdaDinata.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tikus Bersifat Parasitisme?

14 November 2011   07:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:41 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh  ARDA DINATA

Tikus merupakan hewan liar yang paling menikmati dampak positif dari kemajuan ekonomi di negara-negara Asia.” [Mc Neely dan Watchel].

TIKUS ini adalah hewan liar, yang ada di bumi ini jauh lebih tua dari usia peradaban manusia. Seperti dikatakan antropolog Mc Neely dan psikolog Watchel, bahwa bumi Asia merupakan tempat kelahiran tikus sekitar 10 juta tahun yang lalu, yang belakangan berkembang ke seluruh dunia. Penyebarannya ini berlangsung bersamaan dengan migrasi manusia antar pulau dan benua.

Lalu, apa hubungannya tikus ini dengan kehidupan manusia? Ternyata, tikus itu benar-benar merugikan manusia. Ia sering kali bersifat parasitisme. Yakni, tikus dapat keuntungan dan manusia peroleh kerugiaan. Meminjam istilah Swastiko Priyambodo dari IPB, tikus itu bersifat kleptoparasitik. Kleptoparasitik ialah tikus memarasit manusia dengan mencuri sumberdaya yang berharga.

Jadi, bila Anda diberi julukan “tikus-tikus kantor”, jangan berbangga hati dulu. Sebab, berarti Anda dalam kehidupan di kantor bersifat merugikan dan memarasiti kantor. He… he… he….!!!

Fakta sifat parasitisme dari tikus ini dapat kita temukan dalam bidang pertanian, keberadaan tikus jadi ancaman dalam pengelolaan pertanian (budidaya tanaman, komoditas pangan, hortikultura, dan perkebunan).

Dalam bidang peternakan, hewan yang masuk sebagai lambang Shio (Tikus) ini, keberadaannya sering mengganggu unggas, kambing, sapi, kerbau, dll. Dalam kehidupan manusia di permukiman, tikus sering mengganggu, meninggalkan kotoran dan bau, serta merusak barang-barang yang ada di rumah, kantor, toko, dan lainnya.

Walau tikus umumnya bersifat merugikan, namun ada juga lho… yang menguntungkan (mutualisme). Inilah yang saya istilahkan dengan “tikus-tikus putih”. Contohnya: Rattus norvegicus (tikus putih) dan mencit putih (Mus musculus) yang keduanya strain albino dan merupakan hewan yang sering dijadikan sebagai hewan percobaan di laboratorium. Dalam hal ini, biasanya untuk pengujian perilaku, fisiologi, dan toksikologi obat manusia, vaksin, dan pestisida.

Akhirnya, memang dalam kehidupan ini ada yang baik dan buruk. Lalu, Anda sendiri apakah termasuk golongan manusia kategori “tikus kantor” atau “tikus putih”? Bagaimana pendapat Anda?***

Arda Dinata
Peneliti di Loka Litbang Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Ciamis, Balitbangkes Kemenkes R.I.

MIQRA INDONESIA, sebuah komunitas yang berusaha selalu belajar mengembangkan diri melalui INSPIRASI KECERDASAN HATI. Tulisan-tulisan di blog ini merupakan catatan tentang berbagai inspirasi yang telah dikembangkan menjadi tulisan sederhana dengan berusaha memasukan hikmah di dalamnya. Sahabat KOMPASIANER silahkan memberi komentar dan masukan atas apapun tentang isi tulisan di blog ini. Saya tunggu komentarnya sekarang juga ya...!!! Salam inspirasi dan sukses selalu buat Anda.

<  HOME >

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun