Di antara bukit-bukit sampah itu
Terselib pondok tak berbinar
Dengan rucita sesosok pria dan gadis malang
Menempuh takdir gulana
Di hari elok bulan elok
Hari kelahiran si malang menerpa
Menghasut batinnya tuk bercermin gemerlap dunia Â
Sedang bapak dengan penuh sandiwara
Mengangguk, membungahkan semata wayang
Nasi dan garam sebagai hidangan
Goni dan botol plastik, kado mengejutkan
Sorak sesama pengais sampah menggema
Menyemarakkan kebahagiaan diatas peluh
Sementara gadis kecil kegirangan
Menobatkan diri sebagai putri
Walau sekedar ilusi
Entahlah seberapa lama sang pemulung,
harus mengikat perut
Atas perhelatan penuh dera
Demi sang putri
Demi hari jadi yang selalu dinanti
(Sudah lama halaman ini kosong artikel. Yah, kesibukan sekolah onlinelah alasannya. Kusuguhi sebuah puisi bertajuk balada untuk membuka kembali halaman ini. Selamat membaca,#Salamliterasi)