Mohon tunggu...
Aris Dany Setyawan
Aris Dany Setyawan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Sejarah Universitas Negeri Malang

Malang,2 April 2003, Pecintas Sastra I Author Kesejarahan I Pengamat Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Sekolah Daring Banyak Dikeluhkan, Siapa yang Patut Disalahkan?

19 Juli 2020   04:23 Diperbarui: 19 Juli 2020   04:36 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dampak Sekolah Daring Banyak Dikeluhkan, Siapa yang Patut Disalahkan? SUMBER :arisdanysetyawan

Sampai pertengahan Juli, jumlah korban dari adanya pandemi COVID-19 di Indonesia kian meningkat. Hal ini mengisyaratkan bahwa negara kita masih belum menang dalam menghadapi badai yang satu ini. 

Segala kebijakan yang sejak awal sudah menjadi tradisi masih terus di galakkan. Seperti ; memakai masker, selalu jaga jarak dan tidak membuat kerumunan yang berisikan orang banyak. 

Bersekolah misalnya, kegiatan yang sudah menjadi aktivitas rutin para penerus bangsa ini juga tak luput untuk diberhentikan. Meski saat ini sudah menginjak tahun ajaran baru, dengan keterpaksaan hampir seluruh siswa di penjuru negeri  harus melakukan proses belajar dari rumah yang sekarang diistilahkan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). 

Yang baru-baru ini menimbulkan polemik yang cukup mencuat di semua kalangan yang bersentuhan dengan pendidikan. Bukan tanpa alasan, proses belajar mengajar dari jarak jauh ini memang  memberi beban tersendiri bagi sebagian kalangan. Karena harus merelakan berapa meteri berupa  aspek finansial, tenaga dan juga waktu. Sehingga banyak muncul curhatan oleh para orang tua peserta didik di media sosial mereka. 

Dengan serempak mereka mengeluarkan sindiran halus dengan maksud menuntut agar masalah ini bisa terselesaikan dengan jalan keluar yakni membuka kembali sekolah seperti sedia kala. Lantas apa saja sih masalah yang dihadapi oleh wali murid sampai- sampai melakukan hal sedemikian? Simak sampai habis artikel ini.

Telah kita ketahui bersama bawasanya saat ini metode pembelajaran jarak jauh merupakan bentuk upaya kebijakan pemerintah khusunya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk tetap menjalankan roda pendidikan di masa pandemi yang menakutkan ini. 

Kebijakan tersebut diambil tentu saja melalui pertimbangan yang cukup matang . Mengingat, anak-anak sangat rawan untuk terinveksi virus Corona ini. Terlebih bagi mereka yang berusia dini sangatlah sulit untuk diarahkan melakukan protokol kesehatan bila mana sekolah dibuka kembali.

Terlepas dari itu semua,  di lain sisi ada orang tua yang saat merasa pusing perihal tersebut. Sebab, bersekolah dari rumah ini dinilai merepotkan dan memberatkan orang tua. Maka tak heran saat ini banyak orang tua yang mengeluhkan beberapa hal seperti harus menyiapkan handphone atau laptop yang harganya  cukup menguras kantong. 

Pembelajaran jarak jauh ini tak lepas dengan adanya dukungan dari teknologi khusunya gadget, benda yang sudah menjadi pegangan sehari-hari hampir seluruh orang. Kendati demikian, tak jarang masih banyak dijumpai orang tua yang tidak memiliki smartphone dan dengan susah payah  mengumpulkan uang bagaimana caranya agar bisa membeli handphone untuk dipakai bersekolah. 

Ditambah bagi mereka yang memiliki buah hati lebih dari satu, maka mereka harus juga mempersiakan gadget tambahan karena jam pembelajaran yang bersamaan sangatlah sulit untuk bergantian handphone. seperti kasus yang terjadi pada nenek dengan dua cucu di Jakarta yang setiap hari harus mendatangi rumah tetangga untuk meminjam ponsel agar cucu tetap bisa mengikuti segala arahan yang diberikan bapak ibu gurunya. Kasus itu patutnya digunakan sebagai gambaran kecil pedihnya pendidikan di luar sana.   

Masalah lain yang menimpa orang tua siswa di kala pembelajaran jarak jauh ini adalah harus menyiapkan biaya lebih untuk membeli kuota internet. Tugas yang setiap hari diberikan oleh bapak ibu guru lewat internet ini memang mengharuskan orang tua selain menyiapkan gadget sebagai sarana belajar juga harus menyetok kuota agar mereka bisa menerima maupun mengirim tugas tersebut. Kuota internet yang harus dibeli setiap bulan bahkan setiap minggu ini akan menimbulkan biaya lebih dalam perekonomian rumah tangga dengan anak yang  duduk di bangku sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun