Mohon tunggu...
Dwi Ardian
Dwi Ardian Mohon Tunggu... Lainnya - Statistisi

Pengumpul data belajar menulis. Email: dwiardian48@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Strategi Pep Guardiola Mudah Terbaca?

17 Agustus 2020   06:44 Diperbarui: 17 Agustus 2020   06:45 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lagi-lagi Josep Pep Guardiola harus gigit jari tidak bisa membawa timnya melangkah jauh di pentas Liga Champions 2019/2020. Secara mengejutkan kembali harus terjungkal di babak perempat final setelah dipermalukan Olympique Lyon dengan skor 3-1 Ahad (16/8) dini hari. Hasil tersebut menambah penderitaan Pep tidak pernah lolos ke babak semifinal UCL. Musim pertamanya menukangi City hanya sampai di babak 16 besar, setelahnya membuat hattrick hanya sampai perempat final.

Dari waktu ke waktu Guardiola seakan begitu perkasa dengan kemenangan-kemenangan yang fantastis, sayang itu ibarat sebuah ilusi. Musim ini pasukan Pep berhasil mencetak 102 gol di EPL saja, terbanyak dari semua tim di liga top Eropa, bahkan seluruh liga di dunia. Tetapi ada catatan besar yang menyertainya bahwa Pep sering mengalami kekalahan pada partai-partai penting. 

Sejak menangani City pada musim 2016/2017, musim ini adalah kekalahan terbanyak yang dialami oleh The Cityzens, bahkan saat melatih Muenchen dan Barcelona tidak pernah mengalami kekalahan sebanyak musim ini. Total 9 kali kekalahan. Musim 2016/2017 6 kekalahan, 2017/2018 2 kekalahan, dan 2018/2019 4 kekalahan.

City kalah di EPL dari MU dan Wolverhampton Wanderers (masing-masing 2 kali), Norwich City, Liverpool, dan Tottenham Hotspur. Dari 9 kekalahan yang diderita oleh para punggawa Pep musim ini, hampir semua dengan penguasaan bola yang sempurna. Setengah bahkan sepertiga lapangan dikuasai. 

Mereka selalu kalah dengan serangan balik cepat. Para pemain bertahan seperti tidak tahu harus berbuat apa saat mendapat serangan cepat. Saat sangat diunggulkan melawan Arsenal di semifinal Piala FA pun, Pep harus gigit jari oleh dua gol serangan balik cepat Aubameyang.

Taktik Pep yang dipakai saat melawan pun mendapat kritikan pedas dari berbagai pengamat, di antaranya jurnalis BBC Sport, Julien Laurens. "Lyon benar-benar mendapat manfaat dari taktik gila Guardiola," kata Laurens. Lyon tampil percaya diri dan mereka bermain dengan terorganisir dan percaya bahwa pemain bertahan City akan (kembali) melakukan kesalahan, sambungnya lagi.

Kekalahan demi kekalahan dengan pola yang hampir sama membuat Guardiola diragukan. Dia dianggap tidak bisa belajar dari kesalahan yang sama. Sedangkan tim-tim lawan mulai belajar dengan baik bagaimana mematikan taktik miliknya. Taktik dengan penguasaan bola yang begitu mendominasi dengan menempatkan hanya dua bek di belakang, bahkan sering maju ke depan juga sudah mulai mudah terbaca. Tim lawan tinggal bermain solid di pertahanan dan menempatkan pemain cepat di depan.

Pemain-pemain juga belum cukup bisa diandalkan, sering melakukan kesalahan. Umpan tiki-taka yang pernah dipraktikkan di Barca tidak berjalan dengan baik. 

Pemain lawan bisa memanfaatkan dengan mudah counter attack saat pemainnya kehilangan bola. Rata-rata dari kekalahan di musim ini The Cityzens mendapat counter attack sebanyak 4-5 dan selalu membahayakan pertahanannya, bahkan berujung gol. Seperti yang terjadi di pertandingan terakhir saat melawan Lyon, mereka kebobolan 3 gol dari 4 counter attack.

Saat melawan Arsenal di semifinal Piala FA pun, mereka dikalahkan 2 gol counter attack Aubameyang. Dan lucunya Arsenal hanya melakukan 3 serangan yang berbahaya berbanding belasan serangan City yang berhasil diredam para pemain Arsenal. Begitu pun saat melawan 2 kali Wolves serta Norwich City dan Hotspur. Pemain lawan hanya fokus bertahan dengan penguasaan bola hanya di atas 30 persen saja dan menunggu pemain City melakukan kesalahan dan melakukakn serangan balik cepat. Dan membuahkan gol-gol kemenangan.

Mungkin Pep Guardiola akan tetap aman dari ancaman pemecatan tetapi dia harus secepatnya berbenah. Jika memilih tetap memakai taktik yang "gila" (menurut Laurens) dia harus mempersiapkan pemain-pemain yang benar-benar bisa menjaga bola. Tidak mudah lepas dari penguasaannya. 

Pemain depan juga harus dengan insting mencetak gol yang bagus. Taktik yang digunakan memungkinkan pemain-pemain lawan akan "memarkir bus" sehingga penyelesaian yang tidak bagus dari pemain (seperti yang dilakukan Sterling) sangat tidak pas buat taktiknya.

Dengan uang yang dimiliki  Sheikh Mansour, pemilik Manchester City, bukan tidak mungkin mendatangkan pemain "pembunuh" di kotak penalti. City bisa mengangkut Messi dari Barcelona yang sedang frustrasi karena nirgelar musim ini serta Barca yang butuh dana besar untuk menyeimbangkan keuangan klub. Atau, bisa mendaraatkan Christiano Ronaldo yang kabarnya bakal dilepas oleh Juventus.

Kita tunggu saja terobosan klub dan langkah Pep selanjutnya. Seperti katanya, "Saatnya berlibur," tetapi liburan tetap harus berpikir untuk musim depan yang EPL sisa 4 pekan lagi dimulai. Harus bisa merebut dominasi Liverpool di EPL dan bisa membawaa timnya melangkah jauh di UCL. Kalau tidak, bukan tidak mungkin bisa saja dilengserkan oleh Sheikh Mansour dari kursi pelatih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun