Mohon tunggu...
Arayu
Arayu Mohon Tunggu... Lainnya - writer

Dare to dream and reach it!!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Iseng

21 September 2020   11:00 Diperbarui: 21 September 2020   11:11 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saya tidak pernah menanggapi serius jika ada laki-laki yang kemudian menyatakan cintanya dan mengajak saya pacaran. Saya pikir sudah tidak jamannya saya pacaran, saya memang malas dan tidak terlalu peduli dengan ajakan seperti itu. Bukannya saya sok cantik menolak beberapa pria yang mendekati, tapi hati saya memang belum tergerak untuk menjalin hubungan serius dengan laki-laki. 

Saya belum siap terluka, saya juga belum siap kalau nanti ditinggalkan lagi. Makanya, saya tidak mau memberi celah bagi siapapun, walaupun sudah dua tahun berlalu setelah peristiwa ditinggal nikah itu. Lucu, patah hati membuat saya belum bisa berdamai dengan masa lalu apalagi berdamai dengan diri sendiri. Iya, dia patah hati terhebat saya.

Singkat cerita, saya masih tetap berkomunikasi baik dengan Ivan. Saya jadi tau beberapa hal tentang dia dan kenyataan statusnya yang ternyata duda, tapi status tidak jadi masalah selama dia bukan suami orang. Ivan selalu menghujani saya dengan perhatian, dan berjanji untuk menemui orangtua saya dalam waktu dekat. 

Tapi janji mungkin tinggal janji. Ivan mendadak menghilang dari peredaran. Dia tidak pernah chat ataupun menghubungi saya lagi. Di saat itulah muncul orang baru lagi bernama Rio, dia juga kenalan saya tapi memang sudah lama sekali tidak pernah ngobrol. Jangankan ngobrol, ingat namanya saja tidak.

Perlakuan saya terhadap Rio tetap sama dengan yang lainnya. Berteman baik. Rio pribadi yang cukup membuat saya terkesan karena kesopanannya dan juga penuh kejutan. Seminggu kami ngobrol, dia membuat saya mengesampingkan laki-laki lain yang juga chat dengan saya. Maklum dari hasil ngobrol iseng di room MIRC tentunya ada beberapa yang kemudian saya putuskan untuk diteruskan ke chat pribadi. 

"Laki-laki ini menarik, dia tidak pernah minta foto saya karena biasanya semua laki-laki yang berkenalan lewat platform chat seperti itu akan langsung meminta WA dan foto atau bahkan video call. Dia mengaku sudah berumur 40 tahun kala itu, dengan status lajang.

"Okelah, berteman mah bebas dengan siapa aja" pikir saya kala itu. Tidak ada pikiran apapun selain memang untuk menambah teman saja. Namun, takdir membawa saya semakin dekat dengan Rio, dan kami beberapa kali bertemu di Semarang. Ketika pertama kali bertemu, Rio sempat minder dengan umurnya yang sudang terbilang lebih tua sepuluh tahun di atas saya. Selama pertemuan, dia lebih banyak diam dan terlihat mengamati saya.

Beberapa minggu kemudian, Rio datang lagi menemui saya dan kali ini dia sudah sampai pada keputusan untuk mengajak saya berpacaran. Seperti biasa, keisengan saya muncul lagi, saya mengatakan jika saya malas pacaran dan kalau memang mau serius dia harus menemui orangtua saya. Dia hanya menjawab, Oke, mau kapan?" jawaban yang agak membuat saya kaget sesaat. "Ya, terserah bisanya kapan" balas saya cepat menutupi kekagetan saya.

Setelah kejadian itu, Rio ternyata makin serius dengan ucapannya. Dia bertanya apakah perlu membawa orangtuanya ikut serta ke rumah orangtua saya. Saya yang tidak menyangka jika Rio serius langsung berkata "Baiknya kenalan sendiri dulu aja sama mama papa." Dia pun mengiyakan jawaban saya. 

Saya kemudian menceritakan kepada ibu mengenai beberapa nama yang mendekati saya, termasuk Rio. Entah kenapa dari beberapa nama itu, ibu saya lebih condong ke Rio. Apalagi setelah saya mengatakan jika nanti Rio mau ke rumah. 

Ibu saya menyambut riang karena akhirnya anaknya ini mau mengenalkan lagi laki-laki kepadanya. Walaupun beliau tau siapa saja pacar saya dulu, namun hanya ada satu laki-laki yang pernah saya ajak menemuinya dan itu Randi, yang memilih selingkuhannya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun