Mohon tunggu...
Ila Rizky Nidiana
Ila Rizky Nidiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Blogger

Karena cinta adalah bahagia, maka berbahagialah wahai jiwa. Blogger-@ila_rizky-Gadis Tegal-a part of Blogger Perempuan dan Freelance writer - http://ilarizky.com/ dan https://www.celotehkiky.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sinergi Bank Indonesia dan Masyarakat Demi Kestabilan Harga selama Ramadhan

25 Juli 2014   21:21 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:14 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap bulan Ramadhan datang, tingkat konsumsi kebutuhan belanja di masyarakat selalu naik. Mulai dari kebutuhan pokok seperti pangan, baju, transportasi, dll. Tendensi peningkatan konsumsi masyarakat ini tidak terlepas dari budaya konsumsi masyarakat untuk selalu berbenah dalam hal gizi dan kebutuhan untuk berbagi selama bulan Ramadhan.

Dalam hal gizi, puasa justru memicu orang untuk konsumtif berbelanja. Jika biasanya kita tidak sering memasak ayam dan daging, kini setiap puasa Ramadhan, makanan ini kerap hadir mengisi menu utama buka puasa kita. Lalu, belanja bahan untuk membuat kue-kue kering khas lebaran pun sudah dimulai sejak awal Ramadhan membuat kebutuhan gas, telur, tepung, gula, margarine meningkat setiap tahun.

Ditilik dari budaya, kita pun terbiasa untuk mewajibkan diri pulang kampung atau mudik mengunjungi keluarga dan sanak saudara. Sejak jauh hari, tiket kereta, bus, kapal, maupun pesawat diburu oleh pemudik. Bagaimana bila kebutuhan tiket melonjak sedangkan stoknya sedikit? Inilah yang membuat harga tiket menjadi naik hingga mencapai dua kali lipat. Bahkan ada yang bersedia membeli pada calo saat tidak mendapatkan  jatah agar bisa mudik ke kampung halaman. Bagi masyarakat, selain untuk dikonsumsi diri sendiri, belanja kebutuhan pun digunakan untuk memberikan parcel lebaran pada karyawan, kerabat, maupun tetangga.  Ini yang membuat kebutuhan di pasar meningkat.

[caption id="attachment_316776" align="aligncenter" width="300" caption="Sembako pasar murah di Tegal (foto : doc. pribadi)"][/caption]

Dalam prinsip ekonomi, pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Permintaan jumlah barang yang tidak sebanding dengan penawaran stok yang ada, membuat harga menjadi melambung tinggi. Keterjangkauan harga pun akan sulit dicapai jika masyarakat tidak mampu mengontrol kebiasaan berbelanja secara berlebihan selama Ramadhan dan Lebaran. Adalah hal yang lazim jika setiap Ramadhan kita mendapati kenaikan harga ini membuat inflasi meningkat. Inflasi mengakibatkan nilai uang menjadi merosot. Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk mengurangi laju inflasi?

Masyarakat sebagai agen of change ada baiknya mulai membenahi pola belanja yang sering berulang setiap kali Ramadhan tiba. Dengan bijak dalam berbelanja dan sederhana kita bisa mengontrol pengeluaran yang ada selama Ramadhan. Selain itu, melalui Bank Indonesia sebagai tim pengendali inflasi bersama TPID, keduanya membuat gebrakan dengan membuat strategi yang harus dicapai guna menahan laju inflasi di bulan Ramadhan. Inflasi yang meningkat membuat harga baru bisa stabil setelah dua minggu pasca Lebaran.

[caption id="attachment_316775" align="aligncenter" width="300" caption="Sale baju lebaran (foto : doc. pribadi)"]

14062725131928512571
14062725131928512571
[/caption]

Bank Indonesia bersama TPID bekerjasama untuk mengatur laju agar inflasi tidak membuat lonjakan harga makin tinggi. Karena jika harga trus naik, akhirnya akan membuat sebagian masyarakat tidak bisa berbelanja. Banyak orang yang tidak bisa mendapatkan kebutuhan pokok itu. Cukuplah dengan kita merayakan puasa dan lebaran ini dengan kesederhanaan, dan berbelanja secukupnya sehingga kestabilan harga bisa kita rasakan. Tujuan utama pengendalian inflasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah meminimalkan sekaligus menghilangkan potensi-potensi yang bisa mendongkrak harga kebutuhan pokok di masyarakat.

Satuan TPID yang antara lain terdiri dari Deperindag, Dinas Perindustrian, Dinas Perhubungan saling bersinergi untuk memantau pergerakan harga. Dalam rangka pengendalian inflasi selama Ramadhan dan menjelang lebaran 2014, telah disepakati ada 4 paket kebijakan (4K) Bank Indonesia yaitu ketersediaan pasokan barang, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga dan komunikasi ekspektasi masyarakat. Sejauh ini paket kegiatan tersebut telah berjalan dengan baik, seperti penyelenggaran bazar/pasar murah  yang diselenggarakan Pemkot Tegal bersama dengan Bank Indonesia di empat kecamatan (sejak tanggal 14-17 Juli 2014), penanyangan iklan layanan masyarakat (ILM) di radio(di kota Tegal di Radio Sebayu FM), dan himbauan bijak berbelanja menjelang lebaran sebagai bentuk komunikasi ekspektasi masyarakat.

Ketersediaan stok barang-barang kebutuhan pokok di Kota Tegal masih mencukupi. Stok operasional yang dikuasai Perum Bulog Sub Drive VI Pekalongan per tanggal 14 Juli 2014 tercatat sejumlah 51.480 ton setara beras, dengan ketahanan hingga hingga bulan Februari 2015. Bulog juga menguasai stok gula hingga 145 ton dan minyak goreng 2.000 liter yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat melalui bazaar/pasar murah yang dilaksanakan Bulogmart dengan harga 10% dibawah harga pasar.(sumber : http://dprd-tegalkota.go.id)

Di bazar murah Kota Tegal tersedia paket sembako senilai 40 ribu yang cukup dibayar 20 ribu saja. Pemerintah Kota Tegal telah menyediakan paket 7500 bungkus sembako murah di mana 2500 bungkusnya disediakan oleh Bank Indonesia. Di kecamatan saya yaitu Kecamatan Tegal Timur telah berlangsung bazar sembako murah pada tanggal 14 Juli 2014.

Nah, ini foto kupon pasar murahnya

[caption id="attachment_316773" align="aligncenter" width="560" caption="kupon pasar murah Ramadhan 2014 (foto : doc. pribadi)"]

14062723491502661266
14062723491502661266
[/caption]

Selain itu, dibutuhkan pula ketiga faktor yang membuat inflasi menjadi terkendali yaitu

·Kesadaran distributor untuk mengendalikan harga pasar. Pemerintah Kota Tegal bersama TPID dan BI telah melakukan inspeksi bersama ke pasar-pasar tradisional dan sejumlah supermarket agar kenaikan harga masih bisa dikendalikan.

·Tidak ada penimbunan dari oknum yang ingin memanfaatkan momen Ramadhan

·Ekspektasi masyarakat agar tidak terlalu besar dalam berbelanja

Nah, jika segala aspek tersebut dapat dilakukan oleh seluruh masyarakat Indonesia, Ramadhan harga stabil bisa kita rasakan kan? Ramadhan nyaman karena harga stabil, hati pun senang. Selamat menjalankan ibadah puasa. :)

Sumber :

http://dprd-tegalkota.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=3123&Itemid=18

Siaran radio sosialisasi Bank Indonesia di Sebayu FM Tegal tanggal 04 Juli 2014

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun