Mohon tunggu...
Rae Arani
Rae Arani Mohon Tunggu... -

There's nothing new under the same sun.

Selanjutnya

Tutup

Money

Kenapa Kita Tidak Harus Swasembada Kedelai?

12 September 2013   19:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:59 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Indonesia sohor dengan produk mie instannya. Bahkan konon, mie instan Indonesia jauh lebih lezat dibandingkan mie instan dari negara-negara timur jauh seperti China, Jepang, dan Korea. Padahal, mie adalah makanan endemik dari kawasan tersebut.

Bukan cuma sohor, mie instan juga sedikit-sedikit sudah mulai menggeser nasi sebagai makanan pokok bangsa ini. Mungkin sedikit lagi kita juga bisa mendengar frase “politik mie instan” sebagaimana istilah “politik beras” atau “politik gula”.

Meskipun posisi mie instan makin strategis, tidak sekalipun Pemerintah Indonesia cq Kementerian Pertanian mencanangkan swasembada gandum, yang mana merupakan bahan baku mie instan. Mengapa? Karena gandum memang tidak akan pernah bisa tumbuh baik di Indonesia. Hampir semua orang tahu ini. Hampir semua orang Indonesia paham akan hal ini.

Namun yang banyak orang Indonesia tidak tahu adalah, bahwa selain gandum, kedelai juga bukan merupakan tanaman yang bisa tumbuh baik di Indonesia. Kedelai adalah tumbuhan yang berasal dari daerah sub tropis. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal kedelai harus mendapatkan sinar matahari dalam intensitas yang lama. Sesuatu yang bisa disediakan oleh kawasan sub tropis, tapi tidak oleh kawasan tropis seperti Indonesia.

Maka sangat tidak adil cemoohan warga negara ini yang berkata, ”moso’ dele aja sampe impor?”

Maka sangat aneh juga jika kemudian Pemerintah bermimpi untuk swasembada kedelai.

Indonesia memang negeri asal muasal tempe, tapi bukan berarti Indonesia harus swasembada kedelai. Serupa dengan Swiss yang terkenal dengan coklatnya, tapi tidak pernah berpikir untuk swasembada coklat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun