Indonesia sohor dengan produk mie instannya. Bahkan konon, mie instan Indonesia jauh lebih lezat dibandingkan mie instan dari negara-negara timur jauh seperti China, Jepang, dan Korea. Padahal, mie adalah makanan endemik dari kawasan tersebut.
Bukan cuma sohor, mie instan juga sedikit-sedikit sudah mulai menggeser nasi sebagai makanan pokok bangsa ini. Mungkin sedikit lagi kita juga bisa mendengar frase “politik mie instan” sebagaimana istilah “politik beras” atau “politik gula”.
Meskipun posisi mie instan makin strategis, tidak sekalipun Pemerintah Indonesia cq Kementerian Pertanian mencanangkan swasembada gandum, yang mana merupakan bahan baku mie instan. Mengapa? Karena gandum memang tidak akan pernah bisa tumbuh baik di Indonesia. Hampir semua orang tahu ini. Hampir semua orang Indonesia paham akan hal ini.
Namun yang banyak orang Indonesia tidak tahu adalah, bahwa selain gandum, kedelai juga bukan merupakan tanaman yang bisa tumbuh baik di Indonesia. Kedelai adalah tumbuhan yang berasal dari daerah sub tropis. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal kedelai harus mendapatkan sinar matahari dalam intensitas yang lama. Sesuatu yang bisa disediakan oleh kawasan sub tropis, tapi tidak oleh kawasan tropis seperti Indonesia.
Maka sangat tidak adil cemoohan warga negara ini yang berkata, ”moso’ dele aja sampe impor?”
Maka sangat aneh juga jika kemudian Pemerintah bermimpi untuk swasembada kedelai.
Indonesia memang negeri asal muasal tempe, tapi bukan berarti Indonesia harus swasembada kedelai. Serupa dengan Swiss yang terkenal dengan coklatnya, tapi tidak pernah berpikir untuk swasembada coklat.