Mohon tunggu...
Arsad Rahim Ali
Arsad Rahim Ali Mohon Tunggu... Administrasi - Epidemiolog, Nutritionist, Perencana Pembangunan Daerah dan Citizen Journalist Blog

Bekerja ditingkat Kabupaten

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lebih Baik Mengkosongkan Hati?

7 Desember 2019   16:13 Diperbarui: 11 Desember 2019   12:45 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hanya selembar catatan dari bacaan buku dihari sabtu ini, saya mencoba belajar agama terutama hal-hal yang berhubungan dengan ilmu dan amal. Kali ini ada dua buku yang saya baca dan mencoba mencatat point utamanya.

Ilmu mencarinya dengan pernyataan pengertian berdasarkan bukti dan argumentasi, pada zaman sekarang ilmu yang dicari sangatlah mudah dengan berbagai kemudahan akses mendapatkannya gratis mau bayar.

Namun amal mencarinya tidak semudah mencari ilmu. Amal mencarinya dengan mengalami dzauq (fruitional experience - hasil dari pengalaman) dan menerimanya adalah keimanan.

Dari kitab Al Munqidz min adh dhalal (Penyelamat dari Kesesatan) oleh Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali Radhiyallahu anhu menulis memori sufinya :  "Aku mengkosentrasikan diri pada jalan sufi, sungguh jalan ini tidak bisa diikuti kecuali dengan ilmu dan amal, yang harus menempuh tanjakan-tanjakan ruhani dan ku bersihkan dari akhlak tercela serta sifat jahat, sedemikian sehingga hati menjadi kosong dari selain Allah Taala, kemudian aku mengisinya dengan zikir". 

Jalan Sufi  yang dimulai dengan mengosongkan diri dari selain Allahu Ta'ala, Pembukanya yang dalam sholat dilakukan dengan takbiratul ihram, adalah menenggelamkan hati dalam zikir; penutupnya adalah fana dalam Allah".

Dari buku "the Achievement of Love. Metode sufi meraih cinta Allah. Rahasia sukses membangun maqam-maqam kesadaran spritual." Oleh Muhammad Iqbal, menjelaskan tentang mata rantai spritual bahwa merupakan sebuah fakta yang terbangun diantara para sufi bahwa Hazrat Ali Radliallahu 'anhu berkata, "Wahai Nabi Allah (Shallallahu Alaihi wa sallam) tunjukkan kepadaku jalan yang terpendak dan termudah bagi manusia namun yang sangat dimuliakan dalam pandangan Allah,". Nabi (Shallallahu Alaihi wa sallam) menjawab; "Bersegera untuk senangtiasa dzikir dalam kesunyian,". Hasrat Ali Radliallahu anhu kemudian bertanya mengenai cara zikir tersebut (rumus dan gambaran mengingat Allah). 

Nabi (Shallallahu Alaihi wa sallam) menjawab, " TUTUP MATAMU dan DENGARKANLAH AKU". Setelah itu, beliau segera mengucapkan "LA ILAHA ILLA ALLAH"  dan kemudian Hazrat Ali (radhiallahu anhu) mendengar dan mengucapkan pula tiga kali serta didengar oleh Nabi (Shallallahu Alaihi wa sallam)

Sepertinya dengan berbagai macam permasalahan hidup, baik secara pribadi, keluarga dan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terutama yang dengan pemberitaan orang-orang yang berpancasila dan yang tidak berpancasila, tentang cerita nabi Muhammad diwaktu kecil yang disamakan dengan anak kebanyakan dan berbagai permasalahan bangsa, yang sadar atau tidak sadar telah membuat sayapun terpapar, lebih baik menjernikan pikiran dan mengkosongkan hatiku, kemudian mencari jalan tercepat mencapai maqam spritual dengan mengisinya dengan zikir.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun