Saya kecanduan thrifting alias berburu dan membeli barang bekas untuk kemudian dipakai lagi setelah menemukan sebuah gaun pengantin yang masih sangat bagus seharga ratusan ribu rupiah saja di sebuah market place. Gaun pengantin itu kemudian saya pakai untuk pemberkatan nikah kudus hampir setahun lalu.
 Beruntung sekali rasanya bisa memiliki gaun cantik dengan harga jauh lebih murah dibanding menyewanya di bridal salon.
Sejak saat itu, saya cukup sering menyisihkan waktu berburu barang-barang thrift, terutama jika bertepatan dengan harbolnas. Umumnya barang yang saya cari adalah pakaian.
Tadinya saya berpikir bahwa thrifting hanyalah aktivitas yang hanya dilakukan golongan masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Namun saya salah, beberapa teman saya yang dari kalangan berada terkadang juga masih berburu barang-barang thrift. Mereka umumnya mencari pakaian-pakaian yang akan dibawa traveling ke luar negeri di musim tertentu.Â
"Gue biasanya beli winter coat bekas, nyari-nyari online di market place. Habis sayang juga sih misalnya beli baru, udahlah harganya mahal, pakainya juga cuma sesekali. Nggak ada yang tahu juga ini kalau bekas," kata Nanda, salah seorang teman saya sambil tertawa.
Berburu barang bekas memang bisa jadi kepuasan tersendiri. Terlebih jika berhasil memperoleh barang-barang dari brand ternama dalam kondisi baik dengan harga super miring. Namun jika memilih melakukan aktivitas thrifting secara online, ada beberapa hal yang harus diperhatikan karena kita tidak bisa melihat dan menyentuh barangnya secara langsung, yakni :
*Â Perhatikan Ukuran
Khusus untuk pakaian, sangat penting untuk memastikan ukurannya dengan detail. Mulai dari lingkar dada, lingkar pinggang, panjang pakaian, hingga lingkar bahu dan panggul.
Cocokkan dengan pengukuran tubuh sendiri, sehingga meminimalisir kesalahan ukuran. Jika penjual tidak mencantumkan detail, sebaiknya ditanyakan terlebih dahulu melalui kolom chat.
* Pertimbangkan Review
Jika pembelian dilakukan di market place, sangat penting mempertimbangkan review yang ada. Â Jangan hanya fokus kepada penilaian yang ratingnya tinggi, namun perlu di-kepo-in juga rating rendahnya.
Penilaian bintang rendah biasanya menunjukkan kekurangan seller tersebut. Jika cukup banyak, pertimbangkan untuk mencari seller lain.
* Batasi Budget
Jika budget tidak dibatasi, thrifting bisa menjadi hal yang sangat memboroskan. Harga yang kelewat murah seringkali membuat kita kalap untuk memborong.
Seni berburu barang bekas alias thrifting online merupakan salah satu manfaat internet yang saya rasakan. Untuk kelancaran berselancar di dunia maya, di rumah saya saat ini memasang WiFi IndiHome dari Telkom Indonesia. IndiHome sejauh ini sudah terbukti mampu memenuhi kebutuhan internetnya Indonesia, termasuk untuk kelancaran menjalankan hobi thrifting ini.
Kalian? Suka thrifting juga tidak?