Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

[Review] Weathering With You, Pesona Gadis Pawang Hujan dalam Romantisme Remaja Negeri Matahari Terbit

28 Agustus 2019   06:25 Diperbarui: 28 Agustus 2019   07:45 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

"Dibandingkan Laut, Langit Menyimpan Lebih Banyak Misteri ..." - Weathering With You.

Bicara soal pawang hujan, ingatan saya melayang pada masa nyaris satu dekade lalu, saat masih semangat-semangatnya mendaki gunung lewati lembah berburu berita.

 Dalam satu tugas liputan di salah satu Kabupaten di Bengkulu, saya pernah ngobrol dengan seorang sesepuh yang dikenal oleh warga setempat punya kemampuan mistis, yakni mampu menghentikan hujan. 

Beliau, Si Mbah yang sayangnya saya lupa namanya ini sering dimintai tolong oleh berbagai lapisan masyarakat untuk hal-hal yang berhubungan dengan cuaca, khususnya yang bertepatan dengan momen hajatan atau acara penting. 

Meski begitu, Si Mbah berulang kali meyakinkan saya, bahwa dirinya sama sekali tidak berkuasa membuat atau menghentikan hujan. Yang dilakukannya hanya berdoa pada Tuhan, memohon agar hujan bisa ditunda sejenak turunnya, atau dipindahkan lokasinya. 

"Ingat ini baik-baik, Nduk. Tidak ada satu manusia pun yang berkuasa membatalkan hujan. Mbah cuma bantu berdoa ke Gusti Allah, meminta agar hujannya bisa ditunda sebentar atau kalau tidak bisa, ya digeser sedikit turunnya jadi tidak mengganggu jalannya hajatan. Dikabulkan atau tidaknya, itu benar-benar haknya Gusti Allah," ucapnya lebih kurang saat itu.

***

Saya mendadak ingat sosok Si Mbah tersebut karena sebuah film yang baru ditonton Senin (26/8) kemarin. Judul aslinya Tenki no Ko, yang terjemahan harafiahnya berarti Anak (Sang) Cuaca. Entah kenapa judul internasionalnya jadi Weathering With You (selanjutnya saya singkat WWU). Nah, film ini secara garis besar juga berkisah tentang sosok pawang hujan, tentunya dengan versi kearifan lokal ala negeri Matahari Terbit. 

Beda dengan di Indonesia yang sosok pawang hujannya kebanyakan sudah sepuh, di film animasi ini pawang hujannya berupa gadis belia bernama Amano Hina (pengisi suara : Nana Mori). Setelah ibunya meninggal, dia cuma hidup bersama seorang adik lelakinya dan harus bekerja keras agar bisa bertahan di kerasnya kehidupan Tokyo.

Meski mengetahui bakat uniknya yang bisa menghentikan hujan dan membuat langit cerah hanya dengan berdoa, Hina sama sekali tak kepikiran untuk mencari keuntungan apapun. Bahkan kemampuan tersebut cenderung dia sembunyikan. 

Semua berubah ketika Hina bertemu dengan Morishima Hodaka (Kotaro Daigo), cowok SMA yang kabur ke Tokyo. Di pertemuan pertama, Hina memberi makan Hodaka yang kelaparan dengan burger di sebuah restoran cepat saji tempatnya bekerja. Pertemuan berikutnya, giliran Hodaka yang menyelamatkan Hina dari pria hidung belang.

Setelah saling mengenal, dua anak muda yang kesulitan ekonomi ini melihat peluang until mengomersialisasikan kemampuan Hina. Hodaka yang punya ide, termasuk membuat konsep dan mengiklankannya secara online. 

Mudah ditebak, jasa pawang hujan Hina laris manis. Apalagi cuaca Tokyo benar-benar "suram" karena turun hujan setiap hari. Selalu saja ada alasan orang untuk meminta hujan berhenti. Trio Hodaka, Hina, dan Nagi (adeknya Hina) mulai menikmati pekerjaan mereka sebagai tim pawang hujan. Bukan cuma dari segi bayarannya, namun sebuah kebahagiaan tersendiri melihat senyum orang-orang begitu matahari bersinar. 

Cuaca langit benar-benar bisa mempengaruhi suasana hati manusia. Hujan berhari-hari berarti kemuraman, matahari yang hangat berarti keceriaan. Yang sering tidak disadari, langit menyimpan misteri besar melebihi lautan. Termasuk oleh trio pawang hujan ini. 

Persis seperti kata Si Mbah pawang hujan yang saya temui dulu, bahwa tidak ada manusia yang berkuasa membatalkan hujan, rupanya hukum yang sama berlaku di dalam WWU. Hujan tak pernah benar-benar berhenti. Cuma tertunda ... atau dipindahkan ke tempat lain.

Kisah manis sepasang anak muda ini pun mulai terusik, kala menyadari konsekuensi besar di balik perbuatan mereka bermain-main dengan cuaca. Jika dihadapkan pada cinta dan keselamatan umat manusia, pilihan mana yang harus diambil?

Animasi Lampaui Imaji

Buat penggemar anime (animasi Jepang) seperti saya, film WWU ini kian memantapkan nama Makoto Shinkai sebagai maestro. Seperti film-film karyanya yang lain, kualitas gambar adalah kekuatan terbesarnya. 

Saya suka bagaimana scene-scene yang realistis berpadu apik dengan scene fiktif nan imajinatif dalam porsi memukau, namun tidak lebay. Saya bisa ikut merasakan dinginnya Tokyo saat hujan (Iya, Ra ... bioskopnya yang dingin ), namun sekaligus juga bisa menikmati khayalan "negeri di balik awan".

Dan film ini sepertinya juga akan mengubah sudut pandang saya tentang hamparan awan putih yang biasanya terlihat begitu membosankan dari jendela pesawat. Duh, jadi nggak sabar pengen travelling lagi biar bisa lihat awan seperti yang ada di film.

Potret Kehidupan Keras Tokyo

Saya suka bagaimana Shinkai membingkai kerasnya kehidupan Tokyo. Saya yang selama ini "memuja" Jepang dengan segala kelebihan dan keindahan termasuk pesona keajaiban attitude warganya itu jadi seperti kembali disadarkan kalau nggak pernah ada negeri yang benar-benar surga. 

Tekanan kerja berlebih, prostitusi, sulitnya mencari tempat tinggal, sulitnya mencari kerja (apalagi kalau masih di bawah umur), sampai keberadaan senjata api.

Dan saya punya perasaan, film ini dibuat untuk mengingatkan seluruh dunia tentang cuaca ekstrem dan pemanasan global. Meski di film semua itu dihubungkan dengan mistis, namun di dunia nyata semua hal mengerikan itu bukannya benar-benar sudah mulai dan sedang terjadi?

Sulitnya Lepas dari Kimi no Na Wa

Tantangan terbesar bagi sineas bukanlah membuat sebuah karya master piece, namun apa yang dilakukan setelahnya. Sepertinya ini yang sedang dihadapi Makoto Shinkai.

Film Kimi no Na Wa yang rilis 3 tahun lalu begitu fenomenal. Terlalu fenomenal. Banyak teman saya yang sama sekali bukan penggemar anime berubah pandangannya setelah menonton film tersebut. Akan sulit sekali menandingi, bukan cuma dari segi kualitas namun juga popularitasnya.

Sebelum nonton WWU, saya sounding ke diri sendiri agar tidak membanding-bandingkan dengan Kimi no Na Wa. Nanti takutnya kecewa. Secara Kimi no Na Wa itu bagus banget. 

Saya berhasil karena terbukti bisa menikmati film WWU sampai selesai. Tapi juga gagal untuk tidak membandingkan karena Makoto Shinkai sendirilah yang sepertinya sulit lepas dari Kimi no Na Wa. 

Apalagi Soundtracknya tuh. Shinkai kembali menggandeng Radwimps untuk mengisi musiknya. Dan, meski harus mengakui versi Kimi no Na Wa masih lebih baik, saya nggak bilang versi WWU mengecewakan. Sebaliknya, saya justru bilang kalau animasi Shinkai dan musik Radwimps itu jodoh. Mereka saling melengkapi dan menyempurnakan ... (apasih Ra?!)

Dari segi cerita juga begitu. Meski tak sekuat dan sedramatis Kimi no Na Wa, namun WWU jelas masih berada di satu nafas dan frekuensi yang sama. Setidaknya masih satu universe. Ini dibuktikan dengan kemunculan tokoh-tokoh dari Kimi no Na Wa di WWU yang sukses bikin seisi studio ber-Kyaaaaa Kyaaaaaa walau cuma beberapa detik. 

Kesimpulan

Masih belum mampu melampaui Kimi No Na Wa. Kisah Hodaka - Hina masih kalah dramatis dengan Taki - Mitsuha. Nggak sampai bikin mewek bombay nyeseque atau berdarah-darah hatinya. 

Tapi ini kisah manis sepasang anak manusia yang tentu saja tetap layak ditonton. Apalagi oleh mereka yang sedang jatuh cinta. Skor akhir 3,9 /5. 

Ps.

Buat yang belum nonton Kimi no Na Wa, mending nonton WWU dulu ya.

Salam dari Tepian Musi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun