Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tak Ada Ruang Bernama "Kasihan" untuk ADHD

16 Mei 2018   11:58 Diperbarui: 16 Mei 2018   12:50 1081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ADHD : Attention Deficit Hiperactivity Disorder. Sumber: www.diarysehat.info

Namun setelah tahu ADHD juga tidak lantas membuat segalanya jadi mudah. Saya tidak terlalu bermasalah dengan gejala hiperaktivitas dan inattention (karena sepertinya semua orang sudah maklum dengan saya yang pecicilan dan seolah "punya dunia sendiri"), namun tidak demikian dengan gejala impulsif saya.

Dunia orang dewasa yang kompleks, dan menuntut saya rutin bersosialisasi membuat gejala impulsif menjadi sebuah masalah besar. Tidak ada orang "waras" yang menoleransi mulut nyablak saya. Tidak ada yang tidak marah, kalau saya mulai bertindak seenaknya tanpa memikirkan konsekuensi sama sekali. Tidak ada permakluman untuk kesulitan saya menunda respon.

Semakin rumit, ketika sebaik apa pun saya menjelaskan fakta ilmiah terkait  ADHD, semuanya malah hanya terdengar seperti sebuah pembenaran. Semacam pembelaan diri atas sebuah perbuatan yang jelas-jelas salah dan merugikan orang lain. Bahkan, tidak sedikit pula yang menganggap ADHD adalah lelucon yang tidak diyakini kebenarannya.

Tidak ada yang percaya bahwa setiap harinya, saya selalu sibuk membungkam isi kepala sendiri. Penyandang ADHD berpikir terlalu cepat dan kompleks, namun tidak tahu cara berhenti. Seperti mobil Ferrari yang rem-nya blong.

Bingung?

Coba bayangkan kalian terkurung di satu ruangan dengan 100 televisi menyala bersamaan, tanpa tombol power atau volume. Bingung, mana yang harus didengarkan. Bingung, program mana yang harus diprioritaskan. Belum selesai kamu memutuskan, mulut atau tangan atau kakimu sudah bergerak dengan sendirinya.

Bahkan saat tidur, saya tidak pernah benar-benar beristirahat. Kalau hanya diganggu mimpi sih masih mending,  tapi sampai berjalan sambil tidur itu benar-benar repot dan melelahkan.

Kadang, penyandang ADHD terlihat diam dan sangat tenang. Tapi sesungguhnya itu hanya kelihatannya saja. Otak di dalam hanya sedang dalam mode hiperfokus, yang memang berlaku untuk hal-hal tertentu yang sangat disukai (kalau saya membaca komik dan nonton anime ).

27 tahun, dan ADHD itu melelahkan. Tapi saya tidak tinggal diam, tentu saja. Sudah tahu tidak ada manusia normal yang akan memaklumi, atau mengasihani ... pilihan tersisa ya memang hanya berjuang mengobati. Yup, saya sudah jadi pasien tetap sebuah klinik psikiatri.

Psikiater saya mengatakan ADHD tidak bisa disembuhkan, namun dengan sejumlah terapi (obat, perilaku, psikologi), gejalanya bisa ditekan. Tidak mudah dan tidak instan tentu saja. Saya tidak tahu butuh waktu berapa lama sampai mampu mengendalikan semua gejala impulsif yang paling sering merugikan orang lain ini. Tapi saya tidak akan menyerah. Saya akan buktikan kalau saya lebih dari sekadar ADHD.

Saya tidak minta dikasihani. Tidak pula minta dimaklumi, apalagi dibenarkan atas perilaku saya yang jelas-jelas salah dan merugikan orang lain. Namun, mengingat sungguh tidak mudah bagi saya menjalani semua ini ... saya berharap, orang-orang bisa sedikit --sedikit saja-- menambah dosis kesabaran saat menghadapi saya. Sedikit dosis kesabaran yang sama, ketika mungkin Anda tidak sengaja tertabrak oleh seorang buta di tengah kerumunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun