Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Di Bilik Pengakuan Dosa

25 Februari 2017   22:44 Diperbarui: 26 Februari 2017   14:00 2591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Anakku. Pertama, engkau harus tahu, bahwa rasa cinta bukanlah dosa...,” kata Romo. “Namun kita manusia harus senantiasa berhati-hati dengan apa yang disebut keinginan. Kitab suci berkata, ‘Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.’**)

“Setiap manusia diciptakan lengkap dengan keinginan dan hawa nafsu. Namun dalam diri manusia itu pula telah dibekali dengan sesuatu yang disebut pengendalian diri. Rasa cinta bisa mustahil dihilangkan, namun nafsu selalu bisa dikendalikan. Berlatihlah untuk itu. Dan camkanlah, wahai Anakku. Ingatlah selalu pada kebaikan dan kasih Tuhan. Pikirkan senantiasa kebaikan-kebaikan di sekitarmu, limpahan cinta dari suami, anak-anak, juga kerabatmu. Dan paling penting, berdamailah dengan dirimu. Beri pengertian pada hatimu, bahwa masa lalu adalah bagian dari rancangan Tuhan yang paling indah untuk setiap jejak perjalanan kehidupanmu...”

Selesai berbicara, Romo Frans melanjutkan dengan memberikan penistesi yang harus dijalani perempuan itu. Tak terlalu berat, hanya harus menunaikan doa Rosario berulang setelah sakramen rekonsiliasi***) ini berakhir.

Sungai di mata perempuan itu kembali membanjir kala menyenandungkan doa tobat. Namun kelegaaan langsung mengikuti seiring kata-kata pengampunan yang mengucur dari bibir Romo Frans, “Dalam nama Tuhan Yesus, telah diampunilah dosa-dosamu.”

Ketika Romo Frans memberkati dengan membentuk tanda salib, untuk pertama kalinya sebuah senyum terbit di bibir perempuan itu.

“Terima kasih, Romo...,” ucapnya seraya bangkit keluar ruangan. Namun tepat saat tangannya meraih pegangan pintu , suara Romo Frans menahannya.


"Gloria...," Romo Frans memanggil perempuan itu, namun dengan nada dan intonasi jauh berbeda dengan sebelumnya. Sepertinya suara Romo Frans sedikit --mungkinkah?-- bergetar. "Aku sungguh minta maaf, atas segalanya..."


Air mata Gloria menetes lagi. Namun tak seperti tadi. Justru kelegaan, seolah segala beban telah terangkat sepenuhnya. Tanpa menoleh ke belakang, Gloria mengangguk. "Tentu saja, Di. Aku memaafkanmu."

Ya. Tak ada alasan bagi Gloria untuk tak memaafkan Adi, atau yang kini bernama lengkap Romo Fransiskus Wahyu Septiadi, Pr. Gloria mengerti kini, lelaki itu mematahkan hatinya dulu bukan tanpa alasan. Semata hanya karena dia telah menyerahkan seluruh hidupnya pada Tuhan. 


Gloria bersyukur mantan pacarnya itu dipindahtugaskan ke gereja ini. Dengan demikian, perempuan itu akhirnya benar-benar bisa berdamai dengan masa lalu yang selama ini terendap tebal di dasar hatinya.

-----End-----

Note :

*) denda dosa

**) Kutipan surat Yakobus 1:14-15

***) sakramen (=upacara/ritus) pengakuan dosa. Disebut juga sakramem tobat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun