Mohon tunggu...
Arako
Arako Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Best in citizen journalism K-Award 2019 • Pekerja Teks Komersial • Pawang kucing profesional di kucingdomestik.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Valentine di Fiksiana] Dunia Tanpa Nada

24 Februari 2017   23:24 Diperbarui: 21 Agustus 2017   13:28 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Piano itu sudah tak pernah lagi terdengar dentangnya di rumah ini. Sudah berapa lama? Entahlah, aku sendiri tidak yakin. Mungkin enam..., ehm, bukan! Tujuh. Ya, hampir tujuh tahun rasanya. Sama seperti umur Davie.

Aku memang pernah menggantungkan hidup dan duniaku pada musik. Pada piano. Pada kelompok orkestra terkenal yang membesarkan namaku. Segalanya telah kutinggalkan sejak bertahun lalu, hanya beberapa bulan setelah putra semata wayangku lahir.

 

***

 

“Papa...!”

Senyumku spontan mengembang pada sumber suara di pintu depan. Tubuh mungil dan lincah itu langsung melesat ke arahku yang berjongkok, menyambutnya dalam pelukan. Ah, menghirup aroma apel di rambut ikalnya benar-benar menenangkan.

“Davie, papa selalu bilang apa? Hati-hati...,” kataku sembari menatap lembut mata mungilnya. Kedua tanganku yang jari tengah dan telunjuknya membentuk huruf V saling kubenturkan beberapa kali. Sebuah gerakan isyarat standar yang bermakna ‘hati-hati’. 

Davie balas menatapku. Tangan kanannya bergerak memutar persis di depan dada. “Ma-af, Pa-pa,” ucapnya terbata. Namun bibirnya tersenyum. Bocah itu tahu bahwa aku sama sekali tak marah padanya.

Kuusap puncak kepalanya dengan sayang. “Sana, tukar baju dulu. Papa tunggu di meja makan...”

Davie menurut. Dia melangkah menuju kamarnya di lantai atas, diikuti Mbok Rum yang baru keluar dari dapur. Kuperhatikan punggung anak kesayanganku itu lekat-lekat. Dengan seragam biru kotak-kotak dan tas spider man, dia benar-benar tampak seperti bocah TK biasa yang demikian normal. Tak akan ada yang menyangka jika dia sebetulnya punya kekurangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun