Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Filsafah Minang dan Masjid yang Tak Berkubah

24 Maret 2023   21:38 Diperbarui: 24 Maret 2023   21:46 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngarai Sianok foto: Rahmatdenas

'Adat basandi sarak, sarak basandi kitabullah'

Aku sebetulnya tak pernah paham-paham betul dengan kalimat itu.

Ya, terlahir sebagai peranakan Jawa-Minang yang menghabiskan hidup dari lahir di tanah Jawa, membuat kesadaranku sebagai keturunan Minang hanya muncul saat makuo, pak angah atau etek menelepon. Sisanya? Aku benar-benar merasa sebagai seorang Jawa tulen.

Bahkan jangankan aku, Ibuku yang asli Minang karena terlalu lama tinggal di Jawa, kadang lupa arti kalimat yang dituliskan temannya di grup WhatsApp alumni SD.

Padahal menjadi seorang keturunan Minang sangatlah menyenangkan. Aku begitu bangga dengan pandangan suku ini yang sangat menghormati perempuan dan menempatkannya pada kedudukan istimewa, karena sistem matirilineal yakni mengikuti garis keturunan Ibu.

Bundo Kanduang, seperti itu kata makuo di suatu waktu, saat aku akhirnya memilih menghabiskan tiga hari terakhir puasa Ramadan di tanah kelahiran Ibuku yakni Simaung, Nagari Nan Tujuah, Palupuh, Kabupaten Agam sana. Menurut penjelasan makuo yang adalah kakak perempuan Ibuku, perempuan dalam suku Minang memiliki peran penting terutama dalam menentukan berhasil tidaknya keputusan yang sudah ditetapkan kaum lelaki.

Praktis ketika aku pulang kampung hingga merayakan Idulfitri di desa pedalaman Sumatera Barat itu, aku yang adalah perempuan satu-satunya dalam ketiga anak orangtuaku, mendapat 'pelayanan' yang sangat maksimal.

Termasuk saat aku meminta sepupu untuk mengantarkanku berkeliling Sumatera Barat dan singgah di bangunan ikonik mereka, Masjid Raya Sumatera Barat.

Filosofi Masjid Seribu Pintu Angin

foto: holamon.cat
foto: holamon.cat

Tidak sulit sebetulnya untuk jatuh hati pada Masjid Raya Sumatera Barat atau yang sering juga dijuluki sebagai Masjid Mahligai Minang, maupun Masjid Seribu Pintu Angin karena banyaknya pintu sehingga angin selalu bertiup di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun