Mohon tunggu...
Arai Amelya
Arai Amelya Mohon Tunggu... Freelancer - heyarai.com

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Rayuan Likupang, Nirwana Para Bidadari di Ujung Celebes

23 Februari 2022   23:44 Diperbarui: 23 Februari 2022   23:47 1668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
terumbu karang desa Bahoi Instagram @brian_etho

Tak ada yang bisa menyalahan Jaka Tarub, ketika dirinya mengambil selendang salah satu bidadari yang sedang mandi di danau Desa Widodaren, Gerih, di Ngawi sana. Pesona perempuan-perempuan surgawi ini memang di luar akal manusia, yang membuat cahaya seolah terpancar dari wajah-wajah cantik mereka. Dan romansa makhluk fana dengan penghuni Nirwana itu bukan cuma dikuasai Jaka Tarub seorang.

Melompat jauh ke ujung utara pulau Sulawesi, legenda Tumetenden seolah memperkuat kisah moyang kita bahwa bidadari pernah turun ke Bumi. Diceritakan secara turun-temurun oleh suku Tonsea, salah satu sub-etnis Minahasa, Tumetenden adalah sebuah kisah romantis yang dialami pria petani bernama Mamanua.

Seperti Tarub yang terpanah asmara dengan seorang bidadari, Mamanua juga tak berkutik sehingga sekonyong-konyong mempersunting satu dari sembilan bidadari yang tengah turun dan mandi di sebuah telaga, di kawasan Semenanjung Minahasa itu. Bidadari dengan kecantikan menembus nalar yang memikat Mamanua itu bernama Lumalundung.

Singkat cerita, Mamanua mengajak Lumalundung untuk tinggal di kaki Gunung Tamporok (saat ini dikenal sebagai Gunung Klabat) sampai akhirnya pasangan suami istri ini dikaruniai anak bernama Walangsendau. Namun kebahagiaan mereka berakhir saat Mamanua melakukan kesalahan, sehingga Lumalundung harus kembali ke Kahyangan.

Sebelum pergi, Lumalundung berpesan jika kelak sang buah hati menangis, Mamanua harus mengajaknya berlari mengikuti arah matahari. Mamanua pun mengikuti anjuran sang bidadari dan terus berlari melintasi hutan, membelah gunung, menyeberangi sungai, hingga berakhir di pantai dengan hamparan pasir putih dan samudera biru luar biasa jernih bersama Walangsendau.

Dari kedalaman lautan, seekor ikan bernama Pongkor menghampiri Mamanua dan putri tercintanya, mengajak mereka untuk bertemu dengan Lumalundung. Konon pantai yang dianggap sebagai gerbang Indraloka tempat Lumalundung berada itu, berada di wilayah yang kini dikenal sebagai Likupang.

Menelusuri Nirwana Tak Berujung di Likupang

kenampakan alam salah satu pantai di Likupang Kemenparekraf
kenampakan alam salah satu pantai di Likupang Kemenparekraf

Terbentang seluas 290,84 kilometer persegi, Likupang Timur adalah kecamatan terluas yang  ada di Kabupaten Minahasa Utara. Mengambil porsi sekitar 27,46 persen dari total Minahasa Utara, Likupang Timur adalah bagian dari Likupang Raya yang meliputi Likupang Barat dan Likupang Selatan. Namun yang menarik, pulau Bangka yang masih wilayah Likupang Timur terpisah dari Pulau Sulawesi dan berbatasan langsung dengan Laut Maluku.

Memiliki ciri area pesisir Sulawesi, Likupang jelas dikaruniai kenampakan alam khas pantai-pantai di bagian utara Celebes yakni hamparan pasir-pasir putih yang begitu lembut, bertahtakan samudera biru nan jernih. Namun jika disuruh memilih, maka titik episentrum yang menjadi jantung dari KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Likupang diletakkan kepada Pantai Pulisan dan Pantai Paal.

Disebut sebagai the hidden paradise, Pantai Pulisan menawarkan utopia samudera yang begitu eksotis lengkap dengan perbukitan savana berwarna hijau, sehingga memberikan kesan rindang. Disempurnakan dengan bebatual coral dasar laut aneka warna, Pulisan menyimpan biota laut menawan seperti ubur-ubur, bintang laut hingga nemo. Ada sebuah gua laut di Pulisan yang tentunya menjadi destinasi fotografi yang begitu istimewa.

Sedangkan untuk Paal, pantai ini memukau berkat air biru kehijauan sejauh mata memandang yang luar biasa jernih, sehingga membuat siapapun bisa mengintip terumbu karang dengan mata telanjang. Paal yang perairannya berpendar bak kristal sangatlah cocok menjadi tempat impian para pemburu senja. Bagaimana tidak, ombak yang menderu bak gulungan kertas putih seolah lukisan di atas kanvas Tuhan yang membungkus semburat merah senja.

pemandangan pantai Pulisan Instagram @udangmerah40
pemandangan pantai Pulisan Instagram @udangmerah40

Bersolek selayaknya Tanjung Benoa atau kawasan Nusa Dua di Bali, kalian juga bisa menikmati sensasi water sport di Pantai Paal. Beranikan diri memacu adrenalin dengan mencoba menaiki banana boat maupun ufo boat, sambil menghempaskan diri langsung ke Laut Sulawesi.

Lepas dari Pantai Pulisan dan Pantai Paal, Likupang juga mempunyai wilayah yang menanti untuk dijamah. Langkahkan kaki kalian ke Bukit Larata dengan hamparan rumput begitu luas bak Bukit Teletubbies, Pantai Lihasa yang mempunyai spot diving perawan, ekowisata Desa Bahoi dengan spot hutan mangrove dan terumbu karang seindah Bunaken. Di Bahoi ini pula, kalian bisa menikmati terumbu karang dan mengamati nudibranchia alias kelinci laut yang menari-nari, sembari kemudian menuju pulau Gangga yang disebut-sebut sebagai surga diving di Sulawesi.

Dengan berbagai pesona eksotis itulah, Likupang tak pelak akan menjadi salah satu 'anak emas' wisata di Indonesia Timur. Eksostime mayapada yang dijanjikan membuat Likupang tak ubahnya Nirwana yang seolah terbentang tanpa ujung.

Seperti halnya surga yang menawarkan pemandangan indah dan berbagai kudapan menggugah selera, begitu pula yang bisa kalian temukan di Likupang. Jangan pernah meninggalkan daerah ini tanpa memanjakan lidah dengan santapan bubur tinutuan yang berisi berbagai macam sayuran lengkap dengan taburan ikan asin jambal goreng, lalampa si lemper ikan tongkol, roti goreng isi ikan yang disebut panada, serta tentunya pisang goroho yang digoreng dan disajikan lengkap bersama sambel roa yang berbahan dasar ikan roa.

Aah, hanya membayangkan saja, kepingan surga sepertinya benar-benar 'dijatuhkan' Tuhan di Likupang.

Karena nikmat Tuhan mana yang kalian dustakan jika diberi kesempatan menyantap aneka olahan ikan lezat, sambil menatap samudera sebening kristal di depan mata?

Wisata Healing nan Romantis, Asa Masa Depan Likupang

Tepat pada Juli 2019, Presiden Jokowi memberikan status baru pada Likupang yakni DSP (Destinasi Super Prioritas). Bersama-sama dengan Danau Toba, Candi Borobudur, Mandalika dan Labuan Bajo, Likupang dipersiapkan secara khusus untuk menjadi KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional). Bersama-sama dengan Manado, Likupang siap berdenyut sebagai Wonderful Indonesia di bumi Celebes yang bakal mendunia.

Bukan sebuah impian kosong, karena Likupang jelas memiliki pesona yang tak terbantahkan.

Kawasan yang dulu dijuluki Linekepen, sebuah kata dari bahasa etnis Tonsea yang bermakna tenggelam karena kondisi air laut pasang yang membuat pemukiman terendam, kini mulai memberanikan diri memamerkan pesonanya.

Dan tak ada yang lebih sempurna menurutku dalam membungkus Likupang sebagai destinasi wisata healing, selain eksotisme pantai dan samuderanya. Dan untuk mewujudkan hal itu, Likupang bisa belajar mempercantik diri dari berbagai wisata pantai terindah di Bumi ini.

pesona bukit Pulisan Instagram @christyangkouw
pesona bukit Pulisan Instagram @christyangkouw

Mulai dari pulau Aruba di Laut Karibia sana yang juga dikenal sebagai tempat terbaik melakukan parasailing hingga kite-surfing, Likupang jelas lebih dari mampu menawarkan berbagai aneka water sport yang memuaskan adrenalin. Atau mungkin ingin mengikuti jejak Palawan si pulau surga milik Filipina yang menawarkan lanskap bawah laut? Likupang juga tak kalah mempunyai biota laut super menawan

Bahkan saat ini Likupang tengah menyambut kehadiran Wallace International Conservation Resort and Marine Park. Terbentang seluas 374 hektar, area wisata ekologi flora dan fauna di dataran Minahasa itu bahkan digadang-gadang bakal jadi KEK terbaik di Indonesia kelak.

Mendambakan kawasan liburan yang lebih romantis bak Bora-Bora maupun Maldives? Sekali lagi, Likupang di North Sulawesi ini jelas mampu mewujudkannya.

Diproyeksikan menyerap tenaga kerja hingga 65.300 orang hingga tahun 2040 mendatang, Konsep KEK Likupang bakal mengembangkan resort-resort kelas premium dan menengah. Tinggal menunggu waktu hadirnya bungalo-bungalo eksostis di atas perairan Likupang akan memberikan suguhan wisata samudera yang luar biasa intim dan eksklusif.

Bosan dengan wisata-wisata bahari dan ingin duduk tenang menikmati tradisi budaya Likupang yang luar biasa kaya? Maka biarkan dirimu menjadi saksi bagaimana tari Mesalai milik suku Nusa Utara itu ditampilkan, sebagai perwujudan rasa syukur dalam kegiatan penuh sukacita. Atau yang ingin lebih gahar, nikmati tari Kabasaran atau tari peperangan milik suku Minahasa. Dan yang tak boleh dilupakan adalah Maengket, tarian khas masyarakat Minahasa dalam memperlihatkan rasa syukur.

Namun kembali lagi dengan wisata bahari yang jadi identitas utama Likupang, kawasan ini jelas masih harus banyak berbenah untuk jadi destinasi healing berkualitas. Namun Presiden Jokowi sudah mendesak agar seluruh pembangunan infrastruktur penunjang DSP Likupang, bisa segera selesai seluruhnya sebelum akhir tahun 2023.

terumbu karang desa Bahoi Instagram @brian_etho
terumbu karang desa Bahoi Instagram @brian_etho

Dan bukan hanya sibuk memoles Likupang, pemerintah serta pihak yang berwenang sudah seharusnya juga menerapkan konsep pariwisata berkelanjutan alias sustainable tourism. Di mana dalam setiap perjalanan pengembangan DSP Likupang ini, haruslah ramah lingkungan yang melibatkan jajaran pemerintah pusat, pemerintah daerah, para stakeholder dan yang paling utama, peran aktif masyarakat Likupang.

Bagaimana masyarakat Likupang bisa sama-sama mewujudkan aksi sustainable tourism? Lewat penerapan zero waste lifestyle yang menyeluruh, sehingga wisatawan yang hadir baik lokal maupun mancanegara akan merasa jauh lebih nyaman, aman dan tenang.

Kelak saat seluruh hal itu bisa terwujud, Likupang jelas akan menjadi kepingan surga di Bumi.

Aah, aku bisa membayangkan diriku berpetualang dari satu pantai ke pantai lain di Likupang. Membelah lautan demi lautan, menyapa samudera sebening kristal yang menjadi gerbang-gerbang magis di mana surga tak pernah memperlihatkan ujungnya. Kubiarkan diriku menutup mata, menikmati deru ombak dan angin laut sepoi-sepoi, sambil mendengar alunan bia, alat musik khas Likupang yang terbuat dari kerang berukuran besar.

Aah, kenapa harus ke luar negeri kalau di Indonesia Aja jauh lebih memuaskan?

Teruslah bersolek Likupang, kelak suatu hari, tunggu aku menjejak di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun